B B
Bu u
u k
k ku
u u
u u
S S
S ii
s s
s s
wa w
K K
K Ke
el a
s s
X X
I
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
b. Menurut Aliran Murjiah
man adalah ma rifah sama dengan ikrar dan tashdiq, amal tidak termasuk unsur iman. Sedang kufr adalah mengingkari. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan
oleh seseorang tidak mempengaruhi imannya, sekalipun berbuat dosa.
c. Menurut Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu tazilah mengemukakan bahwa, iman adalah ketaatan kepada apa yang diwajibkan dan disunatkan. ni berarti bahwa unsur iman bagi Mu tazilah tidak
hanya ikrar dan tashdiq, tetapi juga pengamalan sangat berpengaruh terhadap iman, sehingga seseorang yang beriman melakukan dosa besar tidak dapat
dikatakan kafir, karena masih ada unsur lain yang dimiliki, yaitu: pengakuan atau ikrar dan tashdiq. Pelaku dosa besar hanya dikatakan sebagai fasiq, bukan
mukmin secara mutlak dan bukan kafir secara mutlak. Manusia dikatakan kafir manakala unsur-unsur iman tidak dimiliki.
d. Menurut aliran Asy’ariyah
Aliran Asy ariyah membedakan antara iman dan slam. man bersifat khusus, berhubungan dengan hati yakni ikrar dan tashdiq. Sementara slam mempunyai
ruang lingkup yang luas meliputi syari at atau pengamalan, sehingga tidak dapat digolongkan kafir karena melakukan dosa besar. anya saja dalam
kehidupan sebagai seorang yang beriman tidak cukup dengan iman atau slam saja, melainkan keduanya harus dipadukan, karena iman dan slam tidak dapat
dipisahkan.
Tentang iman, mam Asy ari menjelaskan bahwa perbuatan manusia dapat menjadikan iman itu kuat dan lemah. Untuk memperkokoh iman itu harus
menjalankan ketaatan. man yang kuat menjadi penghalang dalam berbuat dosa, sementara iman yang lemah memudahkan untuk melakukan pelanggaran.
3. Perbuatan Manusia
a. Menurut Aliran Jabariyah
Aliran jabariyah memandang bahwa manusia tidak merdeka dari mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa fatalism. Aliran jabariyah
memandang manusia tidak mempunyai pilihan. Manusia dalam perbuatannya adalah majbur terpaksa . Manusia digerakkan Allah, sebagaimana benda-
benda yang mati dan tak bernyawa dapat bergerak hanya karena digerakkan oleh Tuhan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
45 45
45 45
45 5
45 45
45 45
45 45
45 45
45 45
45 45
45 45
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
A A
A Ak
k i
id d
d a
h h
h h
A Ah
h h
h h
k k
k k
l la
a a
ak k
k k
k Ku
Ku Ku
K K
r r
ri ii
k k
u u
u k
l llu
u u
um m
m 2
20 1
13 3
3
b. Menurut Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu tazilah memandang bahwa manusia sendirilah sebenarnya yang mewujudkan perbuatannya, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik,
begitu pula iman dan kufur. Paham ini diperkenalkan pertama kali oleh Ma bad
ibn al Juwaini dan Ghailan al Dimasyqi. Keduanya merupakan orang yang paling awal memperkenalkan pembicaraan tentang al qadr, yaitu kemampuan
manusia untuk melakukan perbuatannya. Manusia tidak dikendalikan tetapi dapat memilih.
Kebebasan manusia dalam mewujudkan perbuatannya erat kaitannya dengan kewajibannya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sedangkan
tanggung jawab menghendaki kebebasan. Pemberian siksaan dan pahala tidak relevan kalau manusia tidak aktif. Jadi nampaknya bahwa manusia merdeka
dalam tingkah lakunya. a berbuat baik atas kemauannya sendiri, begitu pula sebaliknya. Keterlibatan Tuhan sama sekali tidak ada dalam mewujudkan
perbuatan manusia.
c. Menurut Aliran Asy’ariyah
Menurut Asy ariyah manusia lemah, banyak bergantung kepada kehendak dan kemauan Tuhan. Dalam menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan
kehendak dan kekuasaan Tuhan. Al Asy ari memakai istilah kasb perolehan . Menurut al Asy ari, inti dari kasb itu adalah bahwa sesuatu itu timbul dari
yang memperoleh dengan perantaraan daya yang diciptakan Allah. Perbuatan- perbuatan manusia oleh Asy ari pada hakikatnya diadakan oleh Allah. Semua
itu mencakup perbuatan-perbuatan gerakan re leks dan perbuatan-perbuatan manusia.
d. Menurut Aliran Maturidiyah
Dalam perwujudan perbuatan terdapat dua perbuatan, perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan mengandung kebijaksanaan hikmah .
Baik dalam cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak
bisa dikatakan wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya
4. Kehendak Mutlak dan Keadilan Tuhan a. Menurut Aliran Mu’tazilah