43 43
43 43
43 3
43 43
43 43
43 43
43 43
43 43
43 43
43 43
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
A A
A Ak
k i
id d
d a
h h
h h
A Ah
h h
h h
k k
k k
l la
a a
ak k
k k
k Ku
Ku Ku
K K
r r
ri ii
k k
u u
u k
l llu
u u
um m
m 2
20 1
13 3
3
Muhammad Al Bazdawi. Dia merupakan pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Al Bazdawi dapat menerima ajaran
Al Maturidi dari orang tuanya. Al Bazdawi tidak selamanya sepaham dengan Al Maturidi. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagian umat slam
yang bermazhab ana i. Pemikiran-pemikiran Maturidiyah sampai sekarang masih hidup dan berkembang di kalangan umat slam.
H. Perbandingan Pemikiran Aliran Kalam 1. Akal dan Wahyu
a. Menurut aliran Mu’tazilah
Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah
wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban- kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu tazilah dapat
diketahui melalui akal.
b. Menurut Aliran Asy’ariyah
mam Asy ari menjelaskan bahwa, wahyulah yang menentukan baik dan buruk, menentukan kewajiban terhadap Tuhan dan kewajiban melaksanakan yang baik
dan menjauhi yang buruk. Akal tidak berperan dalam hal tersebut, sehingga kalau dikatakan bohong itu adalah buruk karena wahyulah yang menetapkannya.
c. Aliran Maturidiyah
Antara Abu Mansur dengan al Bazdawi berbeda. Abu Mansur menjelaskan, bahwa akal dapat mengetahui Tuhan, baik dan buruk serta mengetahui kewajiban
terhadap Tuhan, akan tetapi wahyulah yang menetapkannya. Begitu pula tidak semua yang baik dan buruk diketahui akal sehingga sangat diperlukan wahyu.
Termasuk menjelaskan kewajiban melaksanakan yang baik dan menjauhi yang
buruk. Sedangkan al Bazdawi berpendapat bahwa, semua pengetahuan dapat dicapai oleh akal sedang kewajiban-kewajiban diketahui melalui wahyu.
2. Iman dan Kufur a. Menurut Aliran Khawarij
man dan kufr mulai dipersoalkan ketika aliran Khawarij memandang semua yang menerima tahkim adalah ka ir. Bagi aliran Khawarij, iman tidak cukup
hanya diucapkan atau dibenarkan melainkan harus dibuktikan dengan perbuatan, karena itulah yang merupakan penentu iman. Maka dari itu bagi
yang melakukan dosa besar adalah ka ir.
Di unduh dari : Bukupaket.com
B B
Bu u
u k
k ku
u u
u u
S S
S ii
s s
s s
wa w
K K
K Ke
el a
s s
X X
I
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
b. Menurut Aliran Murjiah
man adalah ma rifah sama dengan ikrar dan tashdiq, amal tidak termasuk unsur iman. Sedang kufr adalah mengingkari. Oleh karena itu, apapun yang dilakukan
oleh seseorang tidak mempengaruhi imannya, sekalipun berbuat dosa.
c. Menurut Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu tazilah mengemukakan bahwa, iman adalah ketaatan kepada apa yang diwajibkan dan disunatkan. ni berarti bahwa unsur iman bagi Mu tazilah tidak
hanya ikrar dan tashdiq, tetapi juga pengamalan sangat berpengaruh terhadap iman, sehingga seseorang yang beriman melakukan dosa besar tidak dapat
dikatakan kafir, karena masih ada unsur lain yang dimiliki, yaitu: pengakuan atau ikrar dan tashdiq. Pelaku dosa besar hanya dikatakan sebagai fasiq, bukan
mukmin secara mutlak dan bukan kafir secara mutlak. Manusia dikatakan kafir manakala unsur-unsur iman tidak dimiliki.
d. Menurut aliran Asy’ariyah
Aliran Asy ariyah membedakan antara iman dan slam. man bersifat khusus, berhubungan dengan hati yakni ikrar dan tashdiq. Sementara slam mempunyai
ruang lingkup yang luas meliputi syari at atau pengamalan, sehingga tidak dapat digolongkan kafir karena melakukan dosa besar. anya saja dalam
kehidupan sebagai seorang yang beriman tidak cukup dengan iman atau slam saja, melainkan keduanya harus dipadukan, karena iman dan slam tidak dapat
dipisahkan.
Tentang iman, mam Asy ari menjelaskan bahwa perbuatan manusia dapat menjadikan iman itu kuat dan lemah. Untuk memperkokoh iman itu harus
menjalankan ketaatan. man yang kuat menjadi penghalang dalam berbuat dosa, sementara iman yang lemah memudahkan untuk melakukan pelanggaran.
3. Perbuatan Manusia