bentuk  radiasi  kalor  tiap  satuan  waktu  sebanding  dengan  luas permukaan  benda  A  dan  sebanding  dengan  pangkat  empat  suhu
mutlak permukaan benda itu. 4.
Azas Black Pada awalnya teori kalorik menyatakan bahwa setiap benda
mengandung sejenis zat alir kalorik yang tidak dapat dilihat oleh mata  manusia.  Teori  ini  diperkenalkan  oleh  Antoine  Lavoiser.
Teori  ini  juga  menyatakan  bahwa  benda  yang  suhunya  tinggi mengandung  lebih  banyak  kalor  dari  pada  benda  yang  suhunya
rendah.  Ketika  kedua  benda  disentuhkan,  benda  yang  suhunya tinggi  akan  kehilangan  sebagian  kalor  yang  diberikan  kepada
benda bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa kalor sebenarnya merupakan salah satu bentuk energi.
Karena  merupakan  energi  maka  berlaku  prinsip  kekekalan energi  yaitu  bahwa  semua  bentuk  energi  adalah  ekivalen  setara
dan  ketika  sejumlah  energi  hilang,  proses  selalu  disertai  dengan munculnya sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya.
Kekekalan  energi  pada  pertukaran  kalor  pertama  kali ditemukan  oleh  seorang  ilmuwan  Inggris  Joseph  Black  dengan
pernyataan  :  kalor  yang  dilepaskan  oleh  air  panas  Q  lepas  sama dengan kalor yang diterima air dingin Q terima. Secara matematis
pernyataan tersebut dapat ditulis dengan: Q lepas = Q terima
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kalor  jenis  suatu  zat.  Kalorimeter  yang  paling  banyak  digunakan
adalah  kalorimeter  aluminium.  Alat  ini  dirancang  sedemikian sehingga  pertukaran  kalor  tidak  terjadi  di  luar  bejana.  Untuk
mengurangi  radiasi  kalor  dan  kehilangan  kalor  karena  penyerapan dinding bejana, maka kedua dinding bejana bagian dalam dan luar
dibuat mengkilap. Cincin  serat  fiber  yang  memisahkan  kedua  bejana adalah
penghantar  panas  yang  jelak.  Ruang  antara  kedua  dinding  bejana berisi  udara  yang  berfungsi  sebagai  isolator  kalor  sebab  udara
adalah penghantar kalor yang jelek. Sebuah bahan  yang kalor jenisnya diketahui dicelupkan ke
dalam  air  dingin  yang  terdapat  dalam  bejana  bagian  dalam.  Kalor jenis zat dapat dihitung dengan mengukur massa air dingin, massa
bahan  massa  kalorimeter  bejana  dalam  dan  mengukur  suhu  air dan bahan sebelum dan sesuah pencampuran.
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian  ini  termasuk  jenis  penelitian  deskriptif  kuantitatif.  Data yang diperoleh dianalisis untuk mendiskrisikan suatu keadaan yang dalam
penelitian  ini  adalah  miskonsepsi  siswa  terhadap  konsep  suhu,  kalor,  dan perpindahan kalor. Termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif karena
peneliti  ingin  mengetahui  pemahaman  partisipan  tentang  suhu,  kalor  dan perpindahan kalor.
Penelitian  ini  dilakukan  dengan  cara  mengujikan  soal-soal  yang berhubungan dengan konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Pekerjaan
partisipan  dianalisis  untuk  mengetahui  tingkat  pemahaman  dan miskonsepsi  partisipan.  Untuk  mendalami  miskonsepsi  atau  salah  konsep
partisipan  dilakukan  wawancara  pada  beberapa  partisipan.  Hasil  peneliti ini bersifat individual dan tidak bisa digeneralisasikan pada kelompok lain.
B. Waktu dan Tempat
1. Tempat
: SMA Budya Wacana Yogyakarta 2.
Bulan : Oktober
– November 2014 3.
Tanggal : 30 Oktober dan 06 November 2014
C. Partisipan
Partisipan  penelitian  dipilih  siswa  kelas  XI  Mia  .  Mereka  pernah diajarmateri tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor di SMP dan waktu
mereka kelas X. Secara umum siswa kelas XI Mia SMA diharapkan telah memahami suhu, kalor, dan perpindahan kalor.
D. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan dua cara, yaitu:
1. Tes PilihanGanda
Tes  yang digunakan dalam  penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Tes  pilihan  ganda  merupakan  soal  yang  jawabannya  dapat  dipilih  dari
beberapa  kemungkinan  jawaban  yang  telah  disediakan.  Konstruksinya terdiri  dari  pokok  soal  dan  pilihan  jawaban.  Pilihan  jawaban  terdiri  atas
kunci  dan  pengecoh.  Kunci  jawaban  harus  merupakan  jawaban  yang benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun  daya
jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilih jika tidak menguasai  materinya.  Soal  pilihan  ganda  dapat  diskor  dengan  mudah,
cepat,  dan  memiliki  obyektifitas  yang  tinggi,  mengukur  bernbagai tingkatan  kognitif,  serta  dapat  mencakup  ruang  lingkup  materi  yang  luas
dalam suatu tes. Dalam penelitian ini tes pilihan ganda yang disertai dengan skala CRI,
diberikan  kepada  partisipan  untuk  mengukur  tingkat  pemahaman partisipan  terhadap  konsep  suhu,  kalor,  dan  perpindahan  kalor.
Berdasarkan  CRI  kemudian  dapat  diketahui  miskonsepsi  yang  dibawa partisipan dan dalam bidang apa saja. Setelah ditemukan miskonsepsinya,
beberapa  partisipan  diwawancarai  untuk  mengklarifikasi  dan  lebih mendalami miskonsepsi mereka.
2. Wawancara
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes, dengan skala CRI dapat ditentukan tingkat pemahaman dan miskonsepsi yang dipunyai partisipan
terhadap  konsep  suhu,  kalor,  dan  perpindahan  kalor.  Wawancara digunakan untuk mengklarifikasi miskonsepsi mereka.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen, yaitu :
1. Tes PilihanGanda
Soal tertulis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 25 soal tes  pilihan  ganda.  Dalam  penelitian  ini,  soal-soal  tersebut  disusun
berdasarkan  kisi-kisi  materi  tentang  suhu,  kalor,  dan  perpindahan  kalor. Bentuk tes tertulis ini berupa soal pilihan ganda yang disertai dengan skala
CRI  Certainty  of  response  index.  Pada  CRI  ini  siswa  diminta  untuk memberikan  derajat  kepastian  mereka  dalam  menyelesaikan  dan
memanfaatkan  pengetahuan,  konsep,  atau  hukum  untuk  menjawab  suatu item soal.
CRI ini digunakan untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa akan jawabannya. Selain itu CRI digunakan untuk membedakan jawaban siswa
yang  menjawab  karena  menerka,  siswa  yang  kurang  pengetahuannya, siswa  yang  miskonsepsi,  dan  siswa  yang  benar-benar  mengerti  konsep.
Jika skala CRI rendah skala CRI  2-3, ini menunjukkan bahwa  jawaban lebih  dijelaskan  dengan  kira-kira,  baikjawaban  itu  benar  atau  salah.
Dengan  demikian,  menunjukkan  kekurangan  pengetahuan  siswanya tersebut.  Jika  skala  CRI  tinggi  1  responden  ini  menunjukkan
kepercayaan  yang  tinggi  pada  hukum  dan  metode  yang  digunakan  untuk sampai  pada  jawaban.  Kalau  jawaban  itu  salah,  ini  menunjukkan
kesalahan  menerapkan  pengetahuannya  dalam  menyelesaikan  persoalan yang  dihadapinya.  Kalau  jawaban  itu  benar,  ini  menunjukkan  kebenaran
menerapkan  pengetahuannya  dalam  menyelesaikan  persoalan  yang dihadapinya.
Kesalahan  menerapkan  metode  atau  hukum  sehubungan  dengan pertanyaan  yang diberikan ini menunjukkan indikasi adanya miskonsepsi.
Peniliti  memilih  tes  pilihan  ganda  karena  ingin  mendapatkan  jawaban yang sama. Tes pilihan ganda ini dibuat sendiri  oleh peneliti. Semua soal
tersebut  diharapkan dapat  dikerjakan oleh partisipan dalam  waktu  kurang dari 60 menit.
2. Wawancara
Wawancara  dilakukan  pada  partisipan  yang  memiliki  perbedaan tingkat  penguasaan.  Partisipan  tersebut  terdiri  dari  siswa  yang  memiliki
tingkat  pemahaman  paham  dan  siswa  yang  memiliki  tingkat  pemahaman