Pengaruh Media Pembelajaran Video terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Suhu dan Kalor

(1)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun Oleh : EVA AFIATUN NUFUS

NIM. 109016300033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

iii

EVA AFIATUN NUFUS (109016300033). Pengaruh Media Pembelajaran Video terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran video terhadap hasil belajar siswa kelas X pada konsep suhu dan kalor. Penelitian ini dilakukan di kelas X-2 dan X-8 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Penelitian berlangsung pada bulan Mei 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design dan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda dan instrumen nontes berupa angket. Data hasil instrumen tes dan nontes dianalisis secara kuantitatif, namun hasil data nontes dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai , sehingga ditolak. Artinya, terdapat pengaruh media pembelajaran video terhadap hasil belajar siswa kelas X pada konsep suhu dan kalor. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media pembelajaran video lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media powerpoint. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih unggul pada jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4. Pembelajaran menggunakan media pembelajaran video memiliki daya dukung terhadap proses pembelajaran pada kategori baik dengan persentase sebesar 78%.

Kata kunci : media pembelajaran video, Suhu dan Kalor, Hasil Belajar Suhu dan Kalor.


(6)

iv

EVA AFIATUN NUFUS (109016300033). Instructional Media Video Effect on Learning Achievment of 10th Grade Students on Heat and Temperature Concept. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

This research aims to determine the effect of instructional media video on learning achievment of 10th grade students on Heat and Temperature concept. This research was done in class X-2 and X-8 in SMAN 4 South Tangerang. The research was done in May 2014. The method used in this research is a quasi experimental with nonequivalent control group design and the technique of sampling is purpossive sampling. Instrumen were used in this research are test instrument which is multiple choices and nontest instrument which is questionaire. Test instrumen and nontest instrument data will be analized quantitatively, but nontest instrument data will be converted to qualitative. Based on data analysis, the result obtained that there is an effect of instructional media video on learning achievment of 10th grade students on Heat and Temperature concept, where higher than so is rejected. Average of student’s learning achievment that uses instructional media video is higher than the average of student learning achievment that uses conventional learning. The result of the experimental group student’s learning is superior in C1, C2, C3, and C4 cognitive levels. Instructional media video has carrying capacity of the learning process in good category with a percentage of 78%.

Key words : Instructional Media Video,

Heat and Temperature Concept, Learning Achievment on Heat and Temperature.


(7)

v

Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang telah mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengeluarkan kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang. Juga kepada keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.

Skripsi ini dapat terselesaikan bukan semata-mata atas kemampuan penelitian saja. Atas ridho yang Allah SWT berikan serta ilham dari-Nya yang membuat penulis mendapatkan ide untuk menulis skripsi berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Video terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Suhu dan Kalor”.

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Erina Hertanti, M. Si, selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi.

5. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku dosen Pembiming II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi.

6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan pendidikan IPA yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

7. Bapak Suhermin, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 4 Tangerang Selatan. Telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian disekolah yang bapak pimpin.

8. Bapak Priono, S. Pd dan Ibu Esty, S. Pd, selaku guru bidang studi fisika SMAN 4 Tangerang Selatan.


(8)

9. Ayahanda Afifi Asnawi, Ibunda Eha Roihatul Janah, S. Pd, yang kasih sayangnya tak terbatas dan tak lekang oleh waktu. Do’a, didikan, nasehat, dan semangat yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat Ibu dan Bapak bangga. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya. Kakakku Andri Hidayatullah dan seluruh keluarga, terimakasih atas segala doa, cinta, harapan, dan semangat yang diberikan, terimakasih atas segalanya.

10. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2009, adik-adik Fisika angkatan 2010 yang telah memberi bantuan, inspirasi, semangat, cinta, do’a, dan motivasi, terimakasih untuk semuanya.

Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran, dan bimbinga yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini sangat dinantikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakrta, Desember 2014


(9)

vii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS …...…….…….…….…….…….…….……. 7

A. Kajian Teoritis ... 7

1. Hakikat Media Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

b. Ciri-ciri media pembelajaran ... 9

c. Fungsi dan manfaat media pembelajaran ... 10

2. Media Video ... 12

a. Pengertian media video ... 12

b. Karakteristik dan unsur-unsur media video ... 15

c. Tujuan media video dalam pembelajaran ... 16


(10)

viii

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 25

4. Kajian Materi Subjek ... 26

a. Karakteristik konsep suhu dan kalor... 26

b. Peta konsep suhu dan kalor... 26

c. Materi konsep suhu dan kalor ... 27

5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 32

C. Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 35 A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

E. Variabel Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Instrumen Penelitian... 37

1. Instrumen Tes ... 37

2. Instrumen Nontes ... 39

H. Kalibrasi Instrumen ... 39

1. Kalibrasi Instrumen Tes ... 39

a. Uji Validasi ... 40

b. Uji Reliabilitas ... 41

c. Taraf Kesukaran ... 42

d. Daya Pembeda ... 43

2. Kalibrasi Instrumen Nontes ... 44


(11)

ix

2. Uji N-gain ... 46

3. Analisis Data Tes ... 47

a. Data terdistribusi normal dan homogen ... 47

b. Data terdistribusi normal dan tidak homogen ... 48

4. Analisis Data Non Tes ... 48

J. Hipotesis Statistik ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 51 A. Hasil Penelitian ... 51

1. Hasil Pretest ... 51

2. Hasil Posttest ... 52

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar ... 54

a. Nilai rata-rata ... 54

b. Hasil pretest dan posttest ... 55

c. Kemampuan berpikir kognirif ... 57

4. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 61

5. Hasil Uji Hipotesis ... 61

6. Hasil Analisis Data Angket ... 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(12)

x

Gambar 2.2 Skema Proses Perubahan Wujud Zat ... 30 Gambar 4.1 Diagram nilai rata-rata kelas kontrol dan eksperimen ... 55 Gambar 4.2 Diagram persentase kelas kontrol dan eksperimen pada

jenjang kognitif ... 57 Gambar 4.3 Diagram peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas

kontrol dan eksperimen ... 58 Gambar 4.4 Diagram N-gain jenjang kognitif kelas kontrol


(13)

xi

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Nontes ... 39

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 40

Tabel 3.5 Hasil Uji Validasi Instrumen Tes ... 41

Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas ... 41

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 42

Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaran ... 42

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 43

Tabel 3.10 Kategori Daya Pembeda ... 44

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 44

Tabel 3.12 Uji Validasi Instrumen Nontes ... 45

Tabel 3.13 Kategori Uji Normalitas ... 46

Tabel 3.14 Kategori Uji Homogenitas Berdasarkan Uji Fisher ... 46

Tabel 3.15 Kategori N-Gain ... 47

Tabel 3.16 Kategori Uji Hipotesis (Uji t) ... 48

Tabel 3.17 Kategori Angket Siswa ... 49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 52

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen ... 53

Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 54

Tabel 4.5 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran data Pretest dan Posttest ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji N-Gain Hasil Belajar Siswa ... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji N-Gain Setiap Jenjang Kognitif ... 59


(14)

(15)

xiii

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ...71

1. RPP Kelas Eksperimen ...71

2. RPP Kelas Kontrol ...108

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ...148

1. Instrumen Tes ...148

a. Kisi-kisi Instrumen ...148

b. Instrumen Tes ...150

2. Analisis Hasil Uji Instrumen ...173

a. Uji Validitas Butir Soal ...173

b. Uji Reliabilitas Instrumen ...174

c. Uji Taraf Kesukaran ...175

d. Uji Daya Pembeda ...176

3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ...177

4. Soal Instrumen Penelitian ...179

5. Lembar jawaban ...183

6. Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket) ...184

7. Instrumen Nontes (Angket) ...185

8. Lembar Validasi Ahli Media...186

9. Lembar Validasi Ahli Materi ...188

Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ...190

1. Hasil Pretest ...190

a. Rekapitulasi pretest kelas kontrol ...190

b. Rekapitulasi pretest kelas eksperimen ...191

c. Hasil pretest kelas kontrol ...192

d. Hasil pretest kelas eksperimen ...195

2. Hasil Posttest ...196


(16)

xiv

a. Uji Normalitas Pretest Kelas kontrol ...206

b. Uji Normalitas Pretest Kelas eksperimen...208

4. Uji Normalitas Hasil Posttest ...210

a. Uji Normalitas Posttest Kelas kontrol ...211

b. Uji Normalitas Posttest Kelas eksperimen ...213

5. Uji Homogenitas Hasil Pretest ...216

6. Uji Homogenitas Hasil Posttest ...219

7. Uji Hipotesis Hasil Pretest ...222

8. Uji Hipotesis Hasil Posttest ...224

9. Data Persentase Ranah Kognitif ...226

10.Data Hasil Angket Respon Siswa ...230

Lampiran D Print screen Media Video ...231

Lampiran E Surat-surat Penelitian ...238

1. Surat Keterangan Penelitian ...238

2. Lembar Uji Referensi ...239


(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari tentang fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Fenomena-fenomena alam dalam fisika sangat kompleks dan kebanyakan bersifat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena-fenomena dalam ilmu fisika ada yang mengalami proses yang sangat cepat adapula yang mengalami proses yang sangat lambat. Hal tersebut membuat fenomena-fenomena alam tersebut menjadi sulit untuk diamati secara langsung oleh siswa. Dalam proses pembelajaran, guru biasanya menjelaskan fenomena tersebut hanya dengan menggunakan metode ceramah dan hanya menggunakan media papan tulis dan spidol. Akibatnya siswa kurang paham dengan fenomena-fenomena yang terjadi, sehingga gambaran siswa terhadap suatu fenomena menjadi tidak seragam dan pemahaman siswa terhadap konsepnya menjadi tidak utuh. Hal ini akan berdampak pada rendahnya hasil belajar fisika siswa.

Salah satu konsep yang sangat terkait dengan adanya fenomena – fenomena alam tersebut adalah konsep suhu dan kalor. Konsep suhu dan kalor sangat aplikatif dan hampir semua fenomena-fenomenanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena-fenomena yang terdapat pada konsep suhu dan kalor ada yang mengalami proses yang cepat dan ada yang lambat. Fenomena dalam suhu dan kalor yang mengalami proses yang cepat contohnya adalah pada proses menguap. Menguap merupakan proses perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas). Ketika kita meneteskan sedikit alkohol atau spiritus pada tangan, alkohol menguap dengan cepat dan tangan akan menjadi dingin. Sebagian siswa mengatakan bahwa spiritus yang dituangkan ke tangan menghilang begitu saja, padahal yang terjadi adalah spiritus berubah wujud dari cair menjadi gas. Karena prosesnya yang cepat, siswa akan sulit memahami bagaimana terjadinya proses penguapan.


(18)

Fenomena dalam suhu dan kalor yang prosesnya lambat contohnya adalah proses pemuaian panjang yang terjadi pada rel kereta api. Celah pada rel kereta api sengaja dibuat, karena pada siang hari rel kereta api akan memuai ketika terkena panas dari sinar matahari. Jika tidak diberi celah, maka rel akan bengkok. Pemuaian pada rel kereta api terjadi cukup lama, karena rel akan memuai hanya ketika terkena panas matahari. Proses-proses tersebut menjadi sulit untuk dipahami siswa karena prosesnya yang lambat serta keterbatasan jarak dan waktu siswa untuk mengamatinya secara langsung. Hal tersebut menyebabkan diperlukannya suatu media yang cocok untuk bisa menampilkan fenomena-fenomena tersebut di dalam kelas, sehingga siswa lebih mudah untuk memahaminya.

Upaya yang dapat dilakukan agar siswa dapat memahami fenomena-fenomena tersebut adalah dengan menggunakan media video, yaitu media visual gerak (motion pictures) yang dapat diatur percepatan gerakannya (gerak dapat dipercepat atau diperlambat).1 Salah satu karakteristik dari media video adalah dapat mempercepat dan memperlambat suatu proses. Selain itu, media video sangat berpotensi dalam menarik minat dan perhatian siswa (sangat kuat mempengaruhi emosi siswa), karena selain terdapat gambar-gambar (visual) yang menarik juga terdapat suara (audio) yang membuat siswa lebih semangat untuk belajar. Karakteristik lain yang dimiliki media video adalah dapat mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, karena dapat ditampilkan langsung di dalam kelas.2 Selain itu, dengan tampilan video yang menarik ditambah penjelasan yang sesuai akan menyeragamkan gambaran siswa terhadap fenomena yang terjadi.

Berdasarkan karakteristik media video tersebut, maka fenomena-fenomena pada konsep suhu dan kalor yang prosesnya terjadi sangat cepat dan sangat lambat dapat dijelaskan. Misalnya ketika menjelaskan fenomena rel kereta api, melalui video dapat ditampilkan proses pemuaiannya, yaitu menampilkan kondisi rel pada saat

1

Bambang Warsita, Teknologi pembelajaran landasan & aplikasinya, ( Jakarta : Rineka cipta, 2008), h. 30.

2

Yudhi Munadi, Media pembelajaran sebuah pendekatan baru, (Jakarta : Gaung persada press, 2010), h. 127.


(19)

sebelum memuai, saat memuai pada siang hari, dan saat kembali menyusut pada malam hari. Fenomena ini dapat disajikan pada siswa melalui video dalam waktu yang singkat. Selain itu, dapat juga ditambahkan animasi pergerakan partikel di dalam besi rel kereta api agar siswa memahami bahwa proses pemuaian terjadi karena ketika suatu benda terkena panas, partikel-partikel di dalamnya akan bergetar lebih cepat, sehingga lama kelamaan partikel-partikel tersebut akan saling menjauh dan benda akan memuai. Dengan menggunakan media video, kita dapat mempersingkat waktu terjadinya proses pemuaian pada rel kereta api tersebut. Proses pemuaian bisa ditampilkan dengan cepat dan siswa pun akan dengan mudah memahaminya.

Selain menampilkan proses pemuaian, pada video dapat juga ditampilkan proses perubahan wujud zat, yaitu proses membeku, mencair, menguap, mengembun, menyublim dan mengkristal. Materi perpindahan kalor seperti konduksi, konveksi dan radiasi juga cocok disampaikan dengan menggunakan video, karena dapat mengembangkan imajinasi peserta didik dan memberikan gambaran yang lebih realistis tentang perpindahan kalor terebut.

Penggunaan media pembelajaran video ini diharapkan dapat memberikan suatu proses pembelajaran yang baru dan menyenangkan bagi siswa, khususnya dalam mempelajari konsep suhu dan kalor. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Media Pembelajaran Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Pada Konsep Suhu dan Kalor.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan jarak dan waktu membuat siswa sulit mengamati fenomena fisika yang terjadi terlalu cepat dan lambat.


(20)

2. Fenomena fisika sulit diamati secara langsung oleh siswa, sehingga siswa tidak paham dengan fenomena-fenomena yang terjadi.

3. Ketidakpahaman siswa menyebabkan gambaran yang tidak seragam pada siswa sehingga bisa menimbulkan miskonsepsi

4. Kesalahan konsep (miskonsepsi) mengenai fenomena yang terjadi berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan diteliti dibatasi hanya pada hasil belajar fisika siswa, dengan aspek-aspek berikut :

1. Media video yang digunakan adalah beberapa video yang terkait dengan konsep suhu dan kalor yang diambil dari situs youtube dan digabungkan dengan beberapa video yang dibuat sendiri. Video tersebut telah dimodifikasi dengan software Windows Movie Maker dan Ulead, untuk disesuaikan dengan indikator pembelajaran.

2. Penggunaan media video diterapkan khusus dalam pembelajaran suhu dan kalor untuk tingkat SMA/MA.

3. Kajian konsep suhu dan kalor yang terdapat pada video meliputi penggunaan termometer, proses pemuaian, proses perubahan wujud zat, asas black, dan proses perpindahan kalor.

4. Hasil belajar yang diukur pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom edisi revisi. Aspek kognitif tersebut hanya mencakup jenjang C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :


(21)

1. Apakah terdapat pengaruh media pembelajaran video terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor?

2. Bagaimana hasil belajar siswa di setiap ranah kognitif setelah diberi perlakuan menggunakan media video?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan media video?

4. Bagaimana respon siswa terhadap media video dalam pembelajaran suhu dan kalor?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran video terhadap hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di setiap ranah kognitif setelah diberi perlakuan menggunakan media video.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan menggunakan media video.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap media video dalam pembelajaran suhu dan kalor.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat khususnya dalam dunia pendidikan diantaranya:

1. Menumbuhkan minat belajar siswa, sehingga hasil belajar fisika siswa pada konsep suhu dan kalor meningkat.

2. Menjadi bahan rujukan bagi para guru untuk memilih media yang tepat dalam mempelajari konsep suhu dan kalor.


(22)

3. Menjadi bukti konkret keefektifan penggunaan media video dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga menjadi rekomendasi bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelas.

4. Memberikan informasi dalam pengembangan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran video, sehingga dapat digunakan untuk menilai dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada konsep suhu dan kalor.


(23)

7

A. Kajian Teoritis

1. Hakekat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.1 Heinich mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.2

Assosiation for Education and Communication Technology (AECT) di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.3 Sedangkan National Education Assosiation (NEA) mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.4 Sementara itu, Gagne dan Briggs mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan

1

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaataannya, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 6

2

Cecep Kustandi,dkk, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 9

3

Arief S. Sadiman, dkk, Op.cit, h. 6

4


(24)

isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain, buku, tape recorder, kaset, video, film, slide, foto, gambar grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.5

Miarso mengatakan bahwa media yang dirancang dengan baik dalam batas-batas tertentu dapat merangsang timbulnya dialog internal dalam diri siswa dengan media atau antara siswa dengan guru sebagai sumber belajar. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.6 Sejalan dengan itu, Hamidjojo dalam Latuhero memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.7

Hamalik mengemukakan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran.8 Rudi Bertz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu : suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : gambar atau grafis, garis (line graphic) dan simbol.9

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan

5

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 4

6

Ibid, h. 5

7

Cecep Kustandi,dkk, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 9

8

Azhar Arsyad, Op cit, h. 15

9

Arief S. Sadiman,dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembagan, dan Pemanfaataannya, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 20


(25)

berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.10 Media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya modul, komputer, radio tape atau kaset, video recorder).11

b. Ciri-ciri media pembelajaran

Gerlach dan Elly mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.12

1) Ciri fiksatif (fixative property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

2) Ciri manipulatif (manipulative property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

3) Ciri distributif (distributive property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan

10

Cecep Kustandi,dkk, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 9

11

Azhar Arsyad, Op cit., h. 7

12


(26)

kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran dalam Pendidikan di Sekolah Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.13 Menurut Kemp dan Dayton, media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam hal (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Sedangkan untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa.14

Kemp dan Dayton dalam Cecep juga mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, sebagai berikut :15

1) Penyampaian pembelajaran tidak kaku 2) Pembelajaran bisa lebih menarik

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang dapat diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

13

Azhar Arsyad, Op.cit, h. 15

14

Cecep Kustandi, dkk, Op.cit, h. 23

15


(27)

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa lebih besar

5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana saja diinginkan atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu 7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar

dapat ditingkatkan.

Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut :16

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme

2) Memperbesar perhatian siswa

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar hidup

6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa

7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

16


(28)

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :17 1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga

dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu 4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum dan kebun binatang.

2. Media Video

a. Pengertian media video

Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video adalah play back, storage media (seperti pita magnetic dan disc), dan monitor.18 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Prastowo, video diartikan sebagai rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan pesawat televisi. Atau dengan kata lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara.19

Bahan ajar noncetak, video kaya informasi dan lugas untuk dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena dapat sampai ke hadapan siswa secara

17

Ibid., h. 26

18

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), h. 132

19

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta : Diva Press, 2012), h. 300


(29)

langsung. Selain itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran. Siswa dapat melihat gambar dari bahan ajar cetak dan suara dari program audio. Tetapi dalam video siswa bisa memperoleh keduanya, yakni gambar bergerak beserta suara yang menyertainya. Sehingga, siswa seperti berada di suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan dalam video.20

Bambang memaparkan bahwa media video adalah media visual gerak (motion pictures) yang dapat diatur percepatan gerakannya (gerak dipercepat atau diperlambat). Hal ini memungkinkan media video efektif bila digunakan untuk membelajarkan pengetahuan yang berhubungan dengan unsur gerak (motion). Misalnya pada mata pelajaran fisika, dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan gerak, seperti gerak partikel pada peristiwa konduksi, konveksi, gerak jatuh bebas, dan lain sebagainya.21

Menurut Paul Bosner dalam Warsita menjelaskan bahwa video pembelajaran merupakan aplikasi dari berbagai metode dan teknologi audiovisual yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Media video pembelajaran adalah program video yang dirancang, dikembangkan, dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Video termasuk dalam kategori bahan ajar audiovisual atau bahan ajar pandang dengar. Bahan ajar audiovisual merupakan bahan ajar yang mengombinasikan dua materi, yaitu materi visual dan materi auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indera pendengaran, sedangkan materi visual untuk merangsang indera penglihatan. Dengan kombinasi dua materi ini, guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas, karena komunikasi berlangsung secara lebih efektif.22

Hal itu berdasarkan pandangan bahwa siswa cenderung akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran jika mereka tidak hanya menggunakan satu jenis indera saja, apalagi jika hanya indra pendengaran. Seperti kata Confucius

20

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 29

21

Ibid, h. 30

22


(30)

(seorang filosof besar cina), “apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham”. Maka dari itu, kalau siswa hanya menerima penjelasan materi auditif semata, sangat dimungkinkan materi akan kurang dipahami. Berbeda halnya jika penjelasan melalui suara juga dikombinasikan dengan gambar, maka siswa akan lebih meningkat kemampuan mengingatnya.23

Hal serupa juga diungkapkan pakar lain, seperti Mell Silberman yang mengungkapkan suatu hasil penelitian bahwa dengan menambahkan visual pada pelajaran, dapat menaikkan ingatan dari 14% menjadi 38%. Penelitian ini juga menunjukkan adanya perbaikan hingga 200% ketika kosakata diajarkan dengan menggunakan alat visual. Bahkan, waktu yang diperlukan untuk menyampaikan konsep berkurang sampai berkurang 40% ketika visual digunakan untuk menambah persentase verbal.24

Menurut Arsyad, media video merupakan sebuah alat bantu yang dapat menggambarkan sebuah objek bergerak disertai dengan efek suara. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan dikombinasikan dengan suara, menjadikan media ini memiliki daya tarik bagi siswa selama belajar.25 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media video merupakan serangkaian gambar bergerak dan juga dilengkapi dengan suara, yang dijadikan alat bantu belajar bagi siswa. Media ini memberikan efek terhadap pendengaran dan penglihatan, sehingga membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar.

b. Karakteristik dan Unsur-unsur media video

Seperti halnya media lain, video sebagai salah satu jenis media audiovisual juga memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media film, diantaranya adalah :26

23

Ibid, h. 31

24

Andi Prastowo, Op cit, h. 302

25

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 49

26

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), h. 127


(31)

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan 3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat 4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa 5) Mengembangkan imajinasi siswa

6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistis 7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa 9) Semua siswa dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang

pandai

10)Menumbuhkan minat dan motivasi belajar

Menurut Diknas dalam Prastowo, struktur bahan ajar video atau film meliputi enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan penilaian. Kalau kita cermati, unsur-unsur bahan ajar video atau film ini memiliki sejumlah perbedaan dengan jenis bahan ajar audiovisual lainnya, karena pada jenis bahan ajar selain video dan film, strukturnya hanya meliputi judul, kompetensi dasar atau materi pokok, dan informasi pendukung. Sementara, komponen latihan dan penilaian terdapat pada lembaran kertas lain.27

c. Tujuan media video dalam pembelajaran

Dewasa ini, video atau video animasi telah banyak dikembangkan sebagai media untuk keperluan pembelajaran. Anderson memaparkan beberapa tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media video atau video animasi, diantaranya :28

27

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta : Diva Press, 2012), h. 310

28


(32)

1) Tujuan kognitif

a) Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan dalam membangun pengetahuan siswa.

b) Dapat menunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai media foto dan film bingkai untuk menunjang pengembangan kemampuan berpikir

c) Melalui video atau video animasi dapat pula diajarkan pengetahuan tentang hukum-hukum atau prinsip-prinsip tertentu

d) Video atau video animasi dapat digunakan untuk menunjukkan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi siswa.

2) Tujuan psikomotorik

a) Video atau video animasi merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Melalui media ini, penjelasan yang ditampilkan dapat digerakkan secara lambat maupun cepat.

b) Melalui video atau video animasi, siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka, sehingga mampu mencoba keterampilan yang menyangkut gerakan yang ditayangkan.

3) Tujuan afektif

a) Video atau video animasi merupakan media yang baik untuk menyampaikan informasi dalam mitra afektif.

b) Dapat menggunakan efek dan teknik, sehingga video atau video animasi menjadi media yang sangat tepat dalam mempengaruhi sikap dan emosi.

d. Kelebihan dan keterbatasan media video

Media video memiliki potensi yang cukup besar jika digunakan dalam pembelajaran di kelas. Pemanfaatan media video dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman secara tidak langsung bagi siswa. Dalam hal ini, siswa dapat mengamati proses suatu kejadian yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, misalnya


(33)

proses perubahan wujud zat, proses pemuaian, dan sebagainya. Kemampuan video dalam menayangkan materi-materi pelajaran, mampu membuat kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan lebih menyenangkan.29

1) Kelebihan dan keterbatasan video menurut American Hospital Assosiation

Dari hasil penelitian American Hospital Assosiation (1978), ditemukan bahwa bahan ajar video memiliki sejumlah kelebihan serta keterbatasan tertentu. Adapun kelebihan-kelebihannya, antara lain bermanfaat untuk menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak terhadap topik yang dibahas, dapat diputar ulang. Selain itu, gerakan mulut dapat direkam dengan video, dapat dimasukkan teknik film lain, seperti animasi, dapat dikombinasikan antara gambar diam dengan gerakan, dan projektor standar dapat ditemukan dimana-mana.

Keterbatasan-keterbatasannya yaitu ongkos produksinya mahal dan tidak kompatibel untuk beragam format video. Namun, untuk dua keterbatasan ini, kalau kita amati dari kondisi sekarang, kelihatannya sudah tidak relevan lagi. Sebab, saat ini kita bisa menemukan berbagai alat perekam video dengan harga murah, misalnya dengan menggunakan peralatan telekomunikasi (terutama hand phone) atau peralatan digital multimedia player (misalnya MP5, MP6, dan MP7). Dari sisi format videonya, untuk saat ini juga lebih kompatibel, bahkan dengan peralatan dan software yang tersedia di pasaran maupun di internet, kita bisa mengubah-ubah formatnya ke berbagai jenis format video yang kita inginkan. Caranya yakni dengan menjalankan software konversi video yang kita inginkan. Beberapa contoh format video digital, antara lain mpeg, avi, flv, 3gp, dan sebagainya.30

2) Kelebihan dan keterbatasan video menurut Anderson

Pandangan serupa juga diungkapkan oleh Anderson dalam Prastowo. Ia mengatakan bahwa video sebagai bahan ajar, meskipun memiliki sejumlah keunggulan dibanding bahan ajar cetak ataupun bahan ajar audio, ternyata juga masih

29

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 32

30


(34)

memiliki keterbatasan. Anderson mengemukakan beberapa kelebihan video, antara lain : 31

a) Kita dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau berupa respons yang diharapkan dari siswa. Semisal, program pendek (vignette) yang memperlihatkan interaksi orang-orang. Dengan melihat program ini, siswa dapat melihat apa yang harus atau tidak dilakukan.

b) Penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi. Caranya yaitu dengan merekam kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan interpersonal, seperti teknik mewawancarai, memimpin sidang, memberi ceramah, dan sebagainya. Semua ini dimaksudkan untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap suatu keterampilan sebelum terjun ke arena yang sebenarnya.

c) Dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut. Beberapa jenis efek visual yang bisa didapat dengan video antara lain penyingkatan atau perpanjangan waktu, gambaran dari beberapa kejadian yang berlangsung bersamaan split atau multiple screen image (pada layar terlihat dua atau tiga kejadian), perpindahan yang lembut dari satu gambar atau babak ke gambar atau babak berikutnya, dan penjelasan gerak (diperlambat atau dipercepat).

d) Kita akan mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan, yang dapat digunakan secara interaktif dengan buku kerja, buku petunjuk, buku teks, serta alat atau benda lain yang biasanya digunakan di lapangan.

e) Informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah penonton (peserta) yang tidak terbatas. Caranya yaitu dengan menempatkan monitor (pesawat televisi) di kelas-kelas.

31


(35)

f) Suatu kegiatan pembelajaran mandiri, dimana siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang. Rancangan kegiatan yang mandiri ini biasanya dilengkapi atau dikombinasikan dengan bantuan komputer atau bahan cetak.

Sedangkan keterbatasan dari video antara lain :32

a) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di tempat penggunaan serta harus cocok ukuran dan formatnya dengan pita video atau piringan video (VCD/DVD) yang akan digunakan.

b) Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah, selain menyita banyak waktu.

c) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya. (Keterbatasan ini tampaknya sudah tidak relevan lagi dengan perkembnagn teknologi digital dan informasi yang begitu pesat saat ini, karena kita bisa memperoleh alat perekaman video dengan harga yang murah. Selain itu, kita juga bisa dengan mudah membuat atau mengedit video tersebut dengan software yang bisa diperoleh dibanyak tempat ataupun melalui sarana dunia maya).

d) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film, hasilnya tidak bagus.

e) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor dan sistem projeksi video diperbanyak.

f) Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas, yakni separuh dari jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam.

g) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan.

32


(36)

e. Langkah-langkah pemanfaatan video

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :33

1) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hubungan program video dengan tujuan pembelajaran menurut Anderson, yaitu :

a) Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu objek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep serta mengajarkan aturan-aturan dan nilai.

b) Pemakaian video untuk tujuan psikomotorik dapat digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Melalui media ini, siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.

c) Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi seseorang.

2) Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran

3) Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi, yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih diri untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan

4) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu

5) Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu

33


(37)

6) Sesudah itu dapat dites berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.

3. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar Siswa a. Pengertian Belajar

Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.34 Belajar juga merupakan tindakan dan perilaku individu yang bersifat kompleks.35 Skinner dalam Dimyati berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.36 Selain itu, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.37

Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, dan lain-lain. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya, apresiasi, dan sebagainya.38 Belajar juga didefinisikan sebagai proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.39

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang diperoleh

34

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 2

35

Dimyati dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), cet. 4, h. 7

36

Ibid, h. 8

37

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 18, h. 68

38

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 85

39

Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), cet. 2, h. 1.


(38)

dari serangkaian pengalaman yang dialaminya, sehingga merubah cara berpikir dan cara berinteraksi dengan orang lain.

b. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana memaparkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.40 Pengalaman belajar memberikan pengaruh terhadap meningkatnya kemampuan siswa. Sukmadinata menambahkan bahwa hasil belajar merupakan realisasi pengembangan kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa. Penguasaan hasil belajar dapat ditunjukkan dari perubahan perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan motorik, serta sikap siswa.41 Selain itu, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.42

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan belajar, yang terlihat dari perubahan pengetahuan, keterampilan serta sikap, dibandingkan sebelum melakukan kegiatan belajar. Meningkatnya kemampuan siswa, mencerminkan bahwa kegiatan belajar berlangsung secara optimal. Gagne dalam Dahar membagi lima macam hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik.43 Berbeda dengan Gagne, Horward Kingsley dalam

40

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 11, h. 22.

41

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandunng : Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 4, h. 102-103.

42

Dimyati dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), cet. 4, h. 3

43

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori belajar & pembelajaran, (Jakarta : Erlangga, 2011), cet. 14, h. 118


(39)

Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.44

Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar kedalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar ranah kognitif saja. Kategori – kategori dalam ranah kognitif ini adalah:45

1) Mengingat (Knowledge)

Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengenali (mengidentifikasi) dan mengingat kembali (mengambil). Proses mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibuatkan dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3) Mengaplikasikan (Application)

Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengeksekusi atau melaksanakan dan mengimplementasikan.

4) Menganalisis (Analysis)

44

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 11, h. 22.

45

Lorin W Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet ke-1, h. 99.


(40)

Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunannya menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusi.

5) Mengevaluasi (Evaluation)

Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan criteria atau standar. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah memeriksa dan mengkritik. Memeriksa ini dengan cara mengkoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan menguji.

6) Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah merumuskan atau membuat hipotesis, merencanakan atau mendesain, dan memproduksi atau mengkontruksi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif, yaitu receiving atau attending, responding atau jawaban, penilaian, organisasi, dan karakteristik nilai. Sedangkan hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni gerakan reflek, keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, keterampilan perseptual, kemampuan fisik, gerakan-gerakan skill, dan kemampuan berkomunikasi.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah. Hal ini dikarenakan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.46

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa hasil belajar adalah perubahan perilaku, bertambahnya pengetahuan, dan kemampuan keterampilan yang

46

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) cet 12, h 23.


(41)

dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan guru sehingga siswa menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:47

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) Faktor yang berasal dalam diri siswa, yaitu: a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kegubagaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

Banyak faktor yang mempengaruhi aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

Faktor eksternal siswa terdapat dua macam, yaitu: a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Dan lingkungan yang lebih

47

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 3, h. 129-136


(42)

banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

b) Lingkungan nonsosial

Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Pendekatan belajar ini dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

4. Kajian Materi subjek

a. Karakteristik Konsep Suhu dan Kalor

Karakteristik dari konsep ini adalah memiliki cakupan materi yang luas dan padat, sehingga penyampaian konsep ini harus menarik dan mudah dipahami. Selain itu, materi ini bersifat aplikatif artinya konsep ini mudah ditemukan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah untuk divisualisasikan. Serta, materi ini juga bersifat matematis karena pada materi ini terdapat banyak rumus dan perhitungan matematis.

b. Peta Konsep Suhu dan Kalor

Suhu dan kalor yang dipelajari pada tingkat SMA kelas X mencakup materi antara lain suhu, pemuaian, kalor, perubahan wujud zat, asas black, dan perpindahan kalor. Peta konsep suhu dan kalor dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.


(43)

Gambar 2.1 Peta Konsep Suhu dan Kalor

c. Materi Konsep Suhu dan Kalor 1) Suhu

Suhu adalah ukuran panas atau dinginnya suatu benda.48 Alat yang dirancang untuk dapat mengukur suhu atau temperatur disebut termometer. Pada pembuatan termometer memerlukan titik acuan, yaitu titik tetap bawah dan titik tetap atas. Saat ini kita mengenal ada 4 macam skala termometer, yaitu skala Celcius, skala Fahrenheit, skala Reamur, dan skala Kelvin.

2) Pemuaian

Jika sebuah benda dipanasi, partikel-partikel di dalamnya bergetar lebih kuat sehingga saling menjauh. Kita katakan bahwa benda memuai. Jika benda didinginkan, getaran-getaran partikel lebih lemah dan partikel-partikel saling mendekat. Sebagai

48

Wawan Setiawan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Lauser Citra Pustaka, 2009), h. 155


(44)

hasilnya benda menyusut.49 Pemuaian merupakan berubahnya ukuran suatu benda karena adanya kenaikan suhu atau karena menerima kalor.

a) Pemuaian Zat Padat

Pemuaian pada zat pada pada umumnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu perubahan suhu benda, karakteristik bahan, dan ukuran awal benda. Pemuaian yang dialami zat padat diantaranya pemuaian panjang, luas, dan volume. Secara matematis pemuaian panjang dapat dinyatakan sebagai:50

ΔL = Pertambahan panjang (m)

Atau α = Koefisien muai panjang bahan(°C-1) L0 = Panjang mula-mula (m)

L = Panjang akhir (m) ΔT = Perubahan suhu (°C)

Benda padat juga mengalami pemuaian luas yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai:

= Koefisien muai luas (°C-1)

Pemuaian volum berbagai zat secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

= Koefisien muai volume (°C-1)

b) Pemuaian Zat Cair

Zat cair mengalami pemuaian volume lebih besar dibandingkan pemuaian volume zat padat. Untuk menghitung pemuaian volume zat cair digunakan persamaan-persamaan pada pemuaian volume zat padat, hanya koefisien muai volume yang digunakan adalah koefisien muai volume zat cair.51

49

Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 96.

50

Wawan Setiawan, Op cit., h. 161

51


(45)

c) Pemuaian Zat Gas

Seperti halnya zat padat dan cair, zat gas juga mengalami pemuaian. Pemuaian pada gas dipengaruhi oleh variabel-variabel suhu (T), volume (V), dan tekanan (P).

3) Kalor

Kalor didefinisikan sebagai energi yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya temperatur52. Satuan kalor dalam satuan SI adalah joule. a) Kalor Jenis

Kalor jenis adalah sifat khas suatu zat yang menunjukkan kemampuannya untuk menyerap kalor. Secara matematis dapat ditulis dalam bentuk persamaan:53

Q = kalor (joule)

m = massa benda (kg)

c = kalor jenis benda (J/kgoC) b) Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk dilepaskan untuk mengubah suhu benda sebesar satu satuan suhu, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:54

C = Kapasitas kalor (J/oC)

c) Perubahan Wujud Zat

Wujud zat ada tiga, yaitu padat, cair, dan gas. Dalam kehidupan sehari-hari benda dapat berubah wujud bila dipengaruhi kalor. Proses perubahan wujud dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.55

52

Giancoli, Fisika Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001) cet 5, h. 490

53

Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 110

54

Ibid., h. 112

55

Wawan Setiawan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Lauser Citra Pustaka, 2009), h. 167


(46)

Gambar 2.2. skema proses perubahan wujud zat

Proses perubahan wujud secara fisika dibagi dua, yaitu Proses perubahan wujud yang memerlukan kalor:

1) Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair 2) Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi gas

3) Menyublim/melenyap adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas. Proses perubahan wujud yang melepaskan kalor adalah:

1) Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat 2) Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair 3) Menyublim adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi padat. d) Asas Black

Menurut Josep Black seorang ilmuwan asal Inggris, dua zat yang berbeda suhunya dicampurkan, maka suhu zat yang memiliki suhu lebih tinggi akan melepas kalor yang besarnya sama dengan kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah. Pernyataan ini disebut dengan Asas Black dan dapat ditulis dalam bentuk persamaan.56

56


(47)

e) Perpindahan Kalor

Kalor berpindah dari benda atau sistem bersuhu tinggi ke benda atau sistem bersuhu rendah. Kalor dapat berpindah melalui 3 cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.57

5. Hasil penelitian yang relevan

Sebagai acuan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan media video antara lain sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Febrian Eko Priandono, dkk, dengan judul “Pengembangan media audio-visual berbasis kontekstual dalam pembelajaran fisika di SMA (2012)”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat, respon siswa baik, pembelajaran menjadi mudah untuk dimengerti dan menarik. Dari 23 siswa yang mengikuti posttest, ada 4 siswa yang nilainya dibawah 75 dan 19 siswa nilainya di atas 75. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan nilai siswa setelah menggunakan media audio-visual.58

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Nurhayati, dkk (2011) dengan judul “Penerapan media pembelajaran video pada pokok bahasan fungi terhadap kemampuan kognitif siswa SMA Negeri 2 Karanganyar”, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai rata-rata untuk ranah kognif kelompok kontrol adalah 73,71 dan untuk kelompok eksperimen adalah 75,14. Perbandingan rata-rata nilai kognitif kelompok kontrol dan kesperimen menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dengan tambahan media pembelajaran lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa tambahan video.59

Penelitian yang dilakukan oleh I.G Winaya, dkk (2013) yang berjudul “Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan video untuk meningkatkan prestasi

57

Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 130

58

Febrian Eko Priandono, dkk, Pengembangan Media Audio-Visual Berbasis Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, vol.1, 2012, h. 247

59

Ika Nurhayati, dkk, Penerapan Media Pembelajaran Video Pada Pokok Bahasan Fungi Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa SMA Negeri 2 Karanganyar, Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS, vol.3, 2011, h. 36


(48)

belajar menulis narasi siswa kelas VII SMP Negeri 3 Banjar Tahun 2012/2013”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor rata-rata tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan media video adalah 79 berada pada kategori positif. Berdasarkan skor yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dengan berbantuan media video dapat meningkatkan prestasi belajar menulis narasi.60

Pada penelitian yang dilakukan oleh Babalola Isiaka (2007) yang berjudul ”Effectiveness of video as an instructional medium in teaching rural children agricultural and environmental science”. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan video sangat efektif digunakan untuk pengajaran. Video juga sangat potensial digunakan sebagai media instruksional untuk berbagai kalangan yaitu anak-anak, remaja dan orang dewasa pada sistem sekolah formal.61

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dongsong Zhang, dkk, (2008) yang berjudul ”Instructional video in e-learning: Assessing the impact of interactive video on learning effectiveness”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai penggunaan video untuk keefektifan pembelajaran bergantung pada ketentuan interaktivitasnya. Siswa yang menggunakan pembelajaran e-learning menunjukkan pencapaian hasil video interaktif yang lebih signifikan daripada siswa yang menggunakan video non-interaktif. Penelitian ini menyarankan untuk meningkatkan instruksional video interaktif pada sistem pembelajaran e-learning.62

60

I.G Winaya, dkk, Penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Video untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Menulis Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Banjar Tahun 2012/2013, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol. 3, 2013.

61

Babalola Isiaka, Effectiveness of Video as an Instructional Medium in Teaching Rural Children Agricultural and Environmental Science, International Journal of Education and Development Using Information and Communication Technology (IJEDICT), vol.3, 2007.

62

Dongsong Zhang, dkk, Instructional Video in e-learning: Assessing The Impact of Interactive Video on Learning Effectiveness, Jurnal ELSEVIER Science Direct, 2007.


(49)

B. Kerangka Berpikir

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, diantaranya adalah penggunaan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik konsep yang diajarkan. Berdasarkan pola pembelajaran yang mengarah kepada siswa (student centered), maka penggunaan media pembelajaran menempati posisi yang cukup strategis dalam mewujudkan kegiatan belajar secara optimal. Media pembelajaran merupakan segala alat bantu dalam menyampaikan pesan atau informasi pelajaran dari guru kepada siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Fisika sebagai ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi di alam, memiliki banyak karakteristik konsep diantaranya fenomena-fenomena dalam fisika ada yang mengalami proses yang sangat cepat dan sangat lambat. Karakteristik ini harusnya dijelaskan dengan menggunakan media yang tepat agar siswa dapat dengan mudah memahaminya. Akan tetapi, selama ini guru hanya menjelaskannya dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan sebagian besar siswa menjadi tidak paham terhadap konsep yang diajarkan, sehingga gambaran pengamatan siswa menjadi tidak seragam .

Pada masalah tersebut di atas, salah satu solusi yang dianggap tepat untuk mengatasinya adalah menggunakan media video. Media video mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat menampilkan fenomena-fenomena fisika yang berlangsung sangat cepat dan sangat lambat, karena dapat diatur percepatan tampilannya. Artinya melalui video pengamatan siswa terhadap suatu fenomena dapat menjadi seragam, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep menjadi utuh.

Pada penelitian ini selama proses pembelajaran, siswa tidak hanya melihat video yang ditayangkan, namun siswa juga mengisi lembar kerja sebagai bentuk umpan balik setelah melihat tayangan video tersebut. Kegiatan belajar tidak menjadikan siswanya pasif, dalam arti hanya sekedar melihat tayangan video saja. Memaksimalkan video sebagai bagian dalam pembelajaran di kelas, menjadi salah satu alternatif bagaimana siswa bisa memahami konsep yang dipelajari, sehingga


(50)

diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Menggunakan video sebagai media dalam pembelajaran suhu dan kalor, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya pada konsep suhu dan kalor.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran video terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X pada konsep suhu dan kalor.


(51)

35 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan, yang beralamat di Jl. W.R. Supratman Komplek Pertamina Pondok Ranji Ciputat Timur Tangerang Selatan. Penelitian berlangsung pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, yaitu pada bulan Mei 2014.

.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu dengan menggunakan satu sampel eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Metode ini merupakan metode penelitian yang menguji hipotesis berbentuk hubungan sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian di laksanakan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah nonequivalent control group design, dimana penelitian ini dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.2 Hal ini dilakukan agar kedua kelompok memiliki homogenitas yang relatif sama. Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa pada konsep yang bersangkutan, yaitu

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2011), cet.13, h.114

2


(52)

konsep suhu dan kalor. Selanjutnya keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media video, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran secara konvensional dengan menggunakan media Powerpoint. Setelah diberikan perlakuan, pada kedua kelompok akan dilakukan posttest untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan. Gambaran mengenai desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) untuk kelas eksperimen dan kontrol O2 : Tes akhir (posttest) untuk kelas eksperimen dan kontrol X1 : Perlakuan menggunakan media video

X2 : Perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.5

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 130

4

Ibid, h.131.

5


(53)

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.6 Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran video, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada konsep suhu dan kalor.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan nontes. Untuk tes berupa tes objektif pilihan ganda (pretest dan posttest pembelajaran), sedangkan non tes menggunakan angket untuk mengetahui hasil respon siswa terhadap penggunaan media video dalam pembelajaran fisika pada konsep suhu dan kalor.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.7 Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontes.

1. Instrumen tes

Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda yang mengukur aspek kognitif, meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes

Indikator Aspek Kognitif Jumlah

soal

% soal

C1 C2 C3 C4

Menjelaskan pengertian suhu, sifat termometrik, skala batas atas dan batas bawah

thermometer

1* 2*

3* 3 7,5 %

6

Ibid, h. 60.

7


(54)

Menerapkan termometer dengan menggunakan skala sembarang

4* 5*

6 3 7,5 %

Menerapkan pengertian dan perbedaan pemuaian panjang, luas, dan volume serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya

7*

8 9* 3

7,5 %

Menganalisiss besar

pemuaian panjang, luas dan volume pada berbagai zat

10

11 12 13*

4 10 %

Menganalisis pemuaian zat padat, pemuaian zat cair dan pemuaian zat gas

14* 15

16* 3 7,5 %

Menerapkan dan

memformulasikan pengertian kalor, kalor jenis, dan

kapasitas kalor dalam kehidupan sehari-hari

17*

18

19* 3 7,5 %

Menganalisis kalor, kalor jenis dan kapasitas kalor dalam menyelesaikan soal-soal

20* 21 22* 23*

4 10 %

Menerapkan konsep perubahan wujud dan karakteristiknya serta memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari

24 25* 26*

27* 4

10 %

Menganalisis grafik suhu kalor, kalor lebur, dan kalor didih zat pada soal

28*

29 30* 31*

4 10 %

Menerapkan konsep Asas Black dalam kehidupan sehari-hari

32*

33 34 3

7,5 %

Menjelaskan konsep

perpindahan kalor dan jenis-jenis perpindahan kalor pada suatu zat

35* 36*

37* 3 7,5 %

Menganalisis perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi.

38* 39

40* 3 7,5 %


(55)

2. Instrumen nontes

Instrumen nontes yang digunakan berupa angket. Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.8 Angket digunakan untuk mengetahui respon atau persepsi siswa terhadap penggunaan media video dalam pembelajaran fisika pada konsep suhu dan kalor. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model angket skala Likert yang berbentuk rating-scale, dimana siswa menjawab pernyataan-pernyataan dengan pilihan sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), cukup (C), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Kisi-kisi instrumen nontes dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Intrumen Nontes (Angket)

No Indikator Angket Media Video Jumlah

Soal Positif Negatif

1 Tampilan desain dan ilustrasi pada

media pembelajaran video 1,3 4 3

2 Penyajian materi pada media pembelajaran video

2,6 5,7 4

3 Penggunaan media video dalam proses pembelajaran

8 9,10 3

Jumlah Soal 5 5 10

H. Kalibrasi Instrumen 1. Kalibrasi Instrumen Tes

Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan pada siswa kelas XI SMAN 4 Tangerang Selatan. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dari setiap soal, dimana soal tersebut harus memenuhi kriteria seperti validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, maupun daya pembeda. Berikut ini adalah pengujian berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen tes dalam penelitian.

8


(56)

a. Uji Validitas

Suatu instrumen dapat dipergunakan dalam penelitian apabila telah dinyatakan valid. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (yang hendak diukur) atau dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.9 Dalam penelitian ini yang diukur adalah hasil belajar fisika siswa, khususnya pada konsep suhu dan kalor. Untuk menguji validitas soal dalam penelitian ini digunakan koefisien point biserial10 sebagai berikut:

Keterangan :

rpbis : Koefisien korelasi point biserial

Mp : Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul Mt : Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah p : proporsi siswa yang menjawab benar. q : proporsi siswa yang menjawab salah

Interpretasi nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.11

Tabel 3.4 Interprestasi koefisien korelasi nilai r

Interval koefisien korelasi Tingkat hubungan

0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah

Hasil uji validasi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini:

9

Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 168.

10

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 79

11


(57)

Tabel 3.5 Hasil Uji Validasi Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 40

Jumlah Siswa 30

Nomor Soal Valid

1, 2, 5, 7, 9, 12, 13, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 27,

28, 29, 33, 35, 39

Jumlah soal valid 27

Persentase (%) 67,5 %

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas terlihat bahwa dari 40 soal yang diujikan terdapat 27 soal yang dinyatakan valid setelah diuji validitasnya.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpulan data dan apabila digunakan akan memberikan hasil yang tetap meskipun diteskan berulang kali. Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Kuder – Richardson yaitu rumus K-R 20, adalah sebagai berikut.12                 

2 2 11 1 s pq s n n r Keterangan: 11

r = koefisien reliabilitas internal seluruh item.

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item salah

q1 p

Σ pq = jumlah hasil perkalian p dan q

k = banyaknya item

penentuan kategori reliabilitas suatu instrumen didasarkan pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas

Rentang nilai r11 Kategori

0,70 ≤ r11 < 1,00 Tinggi

0,50 ≤ r11 < 0,70 Sedang

0,00 ≤ r11 < 0,50 Rendah

12


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

246

BIODATA PENULIS

EVA AFIATUN NUFUS. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Afifi Asnawi dan Eha Roihatul Janah. Lahir di Serang pada tanggal 18 Oktober 1991, bertempat tinggal di Jalan Ciptayasa Km. 5 Kp. Karang Anyar Desa Tirem Kecamatan ciruas Kabupaten Serang Banten.

Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis diantaranya SD Negeri 1 Tirem lulus tahun 2003, SMP Negeri 2 Ciruas lulus tahun 2006, dan MA Negeri 2 Serang lulus tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika pada tahun 2009 melalui jalur UMB.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Media Kuis Interaktif Berbantuan Komputer terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor

4 31 220

Penggunaan media pembelajaran zooming presentation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x pada konsep suhu dan kalor

0 8 6

Pengaruh media audio-visual (video) terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada konsep elastisitas

3 24 8

Pengaruh Modul Digital Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Suhu dan Kalor

1 23 260

Pengaruh Media Pembelajaran Zooming Presentation Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Konsep Suhu dan Kalor

0 9 184

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO MATERI BANJIR DAN KEBENCANAAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DI Pengaruh Media Pembelajaran Menggunakan Media Video Materi Banjir Dan Kebencanaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIIDi SMPN 03

1 2 11

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO MATERI BANJIR DAN KEBENCANAAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DI Pengaruh Media Pembelajaran Menggunakan Media Video Materi Banjir Dan Kebencanaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIIDi SMPN 03

0 3 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERIPOKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 DELITUA.

1 6 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI I PERBAUNGAN.

0 3 18

Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Fisika Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas X pada Konsep Listrik Dinamis JURNAL

0 0 6