Tujuan Pembelajaran Fisika LANDASAN TEORI

pembawaannya. Pengembangan alternatif teknik komunikasi maru-pakan bagian dari kehidupan profesinya sebagai guru fisika.

E. Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli. Beberapa peneliti lebih suka menggunakan istilah konsep alternatif, karena dengan istilah itu menunjukan keaktifan dan peran siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka. Selain itu, konsep yang dianggap “salah” tersebut dalam banyak hal dapat membantu orang dalam memecahkan persoalan hidup mereka. Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa. Dalam bidang fisika, semua subbidang juga mengalami miskonsepsi seperti mekanika, termodinamika, bunyi dan gelombang, optika, listrik dan magnet, dan fisika modern. Miskonsepsi ada yang mudah dibetulkan, tetapi ada yang sulit, terlebih bila konsep itu memang berguna dalam kehidupan yang nyata. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, bahkan juga terjadi pada guru dan dosen.

F. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme

Konstruktivisme berbeda dengan behaviorisme dan maturasionisme. Bila behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran, konstruktivisme lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam. Bila maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan langkah-langkah kedewasaan, konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruktif aktif si pelajar Fosnot dalam Dwi Asih, 2008. Secara Filosofis terjdinya miskonsepsi pada siswa dapat dijelaskan dengan Filsafat Konstruktivisme. Filsafat Konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk dikonstruksi oleh siswa sendiri dalam kontak dalam lingkungan, tantangan, dan bahan yg dipelajari Suparno,1997. Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuannya, maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat disebabkan siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan.

G. Penyebab Miskonsepsi

Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa kurang baik. Penyebab miskonsepsi dalam buku teks biasanya terdapat dalam penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sering kali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang-kadang saling terkait satu sama lain, sehingga salah pengertiannya menjadi semakin kompleks. Hal ini menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi mereka.

H. Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi

Sebelum dapat membantu menangani miskonsepsi yang dipunyai siswa, kiranya perlu diketahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja dipunyai siswa dan dari mana mereka mendapatkanya. Baru dengan demikian kita dapat memikirkan bagaimana mengatasinya. Menurut Kartika Budi dalam tulisannya yang berjudul Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang terjadi 1992, miskonsepsi dapat dideteksi dan diidentifikasi melalui langkah- langkah : 1 hakikat atau makna suatu konsep dipahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, 2 berdasarkan pemahaman yang benar tersebut dicari kemungkinan-kemungkinan salah konsep yang terjadi, 3 berdasarkan kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan berganda yang memungkinkan kesalahan dapat dideteksi, dan 4 setelah tes dilaksanakan dapat secara lisan maupun tertulis, hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan- kesalahan yang sungguh terjadi. Selain cara identifikasi di atas, Suparno dalam bukunya Miskonsepsi dan Perubahan Konsep yang Terjadi, menyatakan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi salah pengertian tersebut yaitu melalui peta konsep, tes essai, tes pilihan ganda multiple choice, wawancara diagnosis, diskusi kelas, praktikum dengan Tanya jawab

a. Peta Konsep Concept Maps

Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep- konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi dapat didefinisikan dengan melihat