Miskonsepsi Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme

a. Peta Konsep Concept Maps

Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep- konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi dapat didefinisikan dengan melihat hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proporsi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep dengan peta konsep. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya. Untuk latar belakang susunan peta konsep tersebut, ada baiknya peta konsep itu digabung dengan wawancara klinis. Dalam wawancara itu siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gegesannya, dan mengapa ia mempunyai gagasan tersebut. Dalam penelitiannya, Feldsine 1987 dan Flower 1987 yang dikutip oleh Suparno 2005, mendapatkan bahwa peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi, baik kerangka alternatif atau miskonsepsi siswa. Menurut Feldsine yang dikutip oleh Suparno 2005, miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan mudah oleh guru dari peta konsep siswa dan dapat dibantu dengan interview. Novak yang dikutip Suparno 2005 menunjukkan bahwa peta konsep dapat digunakan untuk bahan interview siswa, mengapa ia mempunyai miskonsepsi itu. Dalam interview si peniliti dapat mengerti lebih baik mengapa siswa mempunyai miskonsepsi dan membantu mengatasinya.

b. Tes Esai Tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat diwawancarai dan dari situlah akan kentara dari mana salah pengertian itu dibawa.

c. Tes Pilihan Ganda miltiple choice

Amir dkk. 1987 yang dikutip oleh suparno 2005, menggunakan tes pilihan ganda multiple choice dengan pertanyaan terbuka di mana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya. Treagust 1987 yang dikutip oleh Suparno 2005, menggunakan pilihan ganda dengan alasan reasoning. Dalam bagian alasan, siswa harus menulis mengapa ia memilih jawaban itu. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu, maka peneliti mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara adalah untuk meneliti bagaimana siswa berpikir, dan mengapa mereka berpikir itu.

d. Wawancara Klinis

Wawancara klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang esensial dari bahan yang mau