atau penurunan rasio hutang akan berpengaruh pada komposisi struktur modal Kesuma, 2006.
2.2.8. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan
kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu Riyanto, 2001 : 35.
Menurut Munawir 2002 : 86 rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk operasi tersebut atau untuk mengukur kemampuan
perusahaan guna memperoleh keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola
perusahaan. Rasio keuntungan atau profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator, yakni Sutrisno, 2001: 254 :
1. Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Net Profit Margin
=
_ EAT__
x
100 Penjualan
2. Return on Asset
ROA ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini,
laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum bunga dan pajak EBIT.
Return on Asset
=
_ EBIT__
x
100 Total Aktiva
3. Return on Equity
ROE ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT.
4. Return on Investment
ROI ROI merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang digunakan. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah
dipotong pajak atau EAT. Return on Equity
=
_ EAT__
x
100 Modal Sendiri
Return on Investment
=
_ EAT__
x
100 Investasi
5. Earning Per Share EPS
Laba per lembar saham earning per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar
saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT.
Earning Per Share
=
_ ____EAT_______ Jumlah lembar Saham
Menurut Weston dan Brigham 1994: 475, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi umumnya menggunakan hutang dalam
jumlah yang relatif sedikit. Karena dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi memungkinkan bagi perusahaan melakukan permodalan dengan
laba ditahan saja. The pecking order theory
Kahle dan Shastri, 2002: 7 menyarankan agar perusahaan mendanai investasinya dengan pertama, dari
laba ditahan retained earning, kedua dari hutang dan ketiga dari ekuitas. Menurut teori ini, perusahaan yang mendapatkan keuntungan lebih
profitable akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan less profitable, karena
perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan laba ditahan.
Menurut Chen, Lensink dan Sterken 1998: 16 the pecking order theory
menyatakan adanya hubungan negatif antara struktur modal dan profitabilitas. Jika sebuah perusahaan memiliki lebih banyak retained
earning , maka akan lebih baik bagi perusahaan tersebut untuk menggunakan
retained earning daripada hutang.
2.2.9. Pengaruh Inflasi Terhadap Struktur Modal