Pasar BSD Bumi Serpong Damai Jakarta

34 Pasar Beringharjo Timur mempunyai terdapat fasilitas-fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain: • Tempat parkir • Mushola • Kamar mandi atau WC sejumlah 15 unit • Kios • Tempat dagang losd sebanyak 3.006 unit • Tempat penitipan anak • Kantor pengelolaan pasar • Tempat layanan kesehatan • Alat pemadam kebakaran

II.5.2. Pasar BSD Bumi Serpong Damai Jakarta

Pasar tradisional BSD merupakan salah satu contoh pasar hasil redevelopmen pemerintah yang bisa dikatakan cukup berhasil. Pasar ini tidak memiliki bentuk yang luar biasa, namun berhasil membuat suatu bentuk sederhana, dimana masyarakat yang berbelanja merasa cukup nyaman dan efektif. Berdasarkan tanggapan masyarakat yang ada di salah satu website, pasar BSD ini dianggap salah satu pasar tradisional yang baik. Hal itu dimulai dari Gambar 2.13. Peta Satelit Pasar BSD Sumber: Website Gambar 2.14. Tampak Depan Pasar BSD Sumber: Website Universitas Sumatera Utara 35 sistem sirkulasi kendaraan dan ketersediaan lahan parkir untuk kendaraan. Kemudian masuk kedalam penataan kios-kios yang rapi, terorganisasi dan fungsional. Sehingga pengunjung yang datang sama sekali tidak kesulitan menemukan barang yang dicari, dikarenakan adanya pengelompokan yang jelas. Selain itu salah satu hal pendukung yang penting adalah pasar ini dikelola dengan baik, dimana semua petugas pasar, mulai dari petugas pembersih, petugas parkir, sampai kepada pengelola mempunyai kerjasama yang baik. Pada studi banding ini, penulis mengharapkan mendapatkan suatu sistem utilitas dari pasar tradisional yang efesien yang ada pada pasar ini, sehingga dapat diterapkan dalam desain nantinya. Selain itu pengelolaan parkir dan sirkulasi kendaraan juga akan menjadi salah satu perhatian dari studi banding ini. Gambar 2.15. Situasi Loods di Pasar BSD Sumber: Website Gambar 2.16. Kondisi atap dan Sirkulasi Di Pasar BSD Sumber: Website Universitas Sumatera Utara

BAB III ELABORASI TEMA

Universitas Sumatera Utara

BAB III ELABORASI TEMA

Universitas Sumatera Utara 35

BAB III ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian Pendekatan tema Pengembangan Kawasan Pasar Marelan adalah melalui pendekatan Arsitektur Hijau Green Architecture. Kata Green, berasal dari bahasa Inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan dan alam. Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal. Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri. Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi arsitektur ramah lingkungan. Ciri-ciri Green Architecture diantaranya: • Peka terhadap lingkungan. • Konservasi energi mengkonsumsi energi seminim mungkin. • Mengusahakan pencahayaan alami. • Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri. • Mengusahakan penghawaan alami. • Memakai material daur ulang atau material yang ekologis. Universitas Sumatera Utara 36 Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya: penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat kegiatan yang terjadi di kawasan proyek. Terdapat 6 prinsip Green Architecture sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brenda dan Robert Vale tentang Green Architecture, yakni: 1. Konservasi energi • Meminimalkan penggunaan energi. • Perlindungan terhadap sumber daya alam. • Pendayagunaan alam sebagai sumber energi sebagai keperluan studi dan rekreasi. • Memanfaatkan limbah dengan sebaik-baiknya. • Penentuan lokasi yang tepat guna dengan cara memilih penggunaan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan atau proyek. 2. Bekerja sama dengan iklim • Bekerja sama dalam pengunaan energi dari alam. • Memanfaatkan energi yang tersedia dengan sebaik-baiknya. • Pencahayaan alami pada siang hari. • Penghawaan alami. 3. Meminimalisir sumber-sumber daya baru • Penggunaan material daur ulang. • Penggunaan material yang dapat diperbaharui. • Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya. • Penggunaan material yang ramah lingkungan. 4. Ramah menghargai pengguna di dalamnya • Menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun tetap selaras dengan prinsip-prinsip Green Architecture. Universitas Sumatera Utara 37 5. Menghargai site • Seminimal mungkin merubah tapak yang sudah ada. Memberi pori- pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara. • Interaksi bangunan terhadap site. 6. Holistik • Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang akan dibangun. Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor lingkungan. Tujuan dari Green Architecture adalah menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan konsep-konsep Green Architecture pada bangunan yang akan dirancang. Dengan menerapkan prinsip Green pada bangunan, maka akan dapat menjawab beberapa isu global mengenai kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang sedang terjadi saat ini. III.2. Interpretasi Tema Dengan maraknya permasalahan golobal yang ada saata ini , banyak negara menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup. Hal ini banyak disebabkan karena kerusakan lingkungan yang akibatnya fatal bagi kehidupan manusia. Sala satu contohnya adalah kerusakan fisik bumi seperti rusaknya hutan yang mengakibatkan ketersediaan lahan hijau berkurang, otomatis oksigen yang diproduksi akan mengalami gangguan. Untuk memecahkan permasalahan diatas maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, yakni mengembangkan konsep-konsep kota yang berwawasan hijau Green City. Selain itu polusi yang timbul juga menimbulkan dampak yang Universitas Sumatera Utara 38 buruk terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain keberlangsungan suatu kota sangat tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut. Di beberapa negara maju telah dikeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan suatu kawasan yang harus ramah lingkungan, kontrol terhadap emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, hingga pembatasan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi terhadap lingkungan. Departemen Lingkungan hidup merupakan lembaga yang harus bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan. Green Architecture Dalam Konteks Kota Medan Pemerintah kota Medan telah menetapkan Rencana Strategik Restra Kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2002, dengan visi: “Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan bercirikan Masyarakat Madani yang menguasai Iptek, dan bermuatan Imtaq serta berwawasan Lingkungan Hidup” Selai visi tersebut, terdapat beberapa isu lingkungan hidup di kota Medan yang menyebabkan diperlukannya konsep pendekatan “Green” terhadap perencanaan dan perancangan arsitektur kotanya. Isu-isu tersebut diantaranya: pencemaran akibat limbah industri, rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, pencemaran udara, konflik sosial, lingkungan, transportasi, dan ruang terbuka hijau. Dengan mempertimbankan isu tersebut, maka dalam pengembangan Kawasan Pasar Marelan akan diterapkan konsep Green Architecture. Penerapan tema Green Architecture pada bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut: • Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan lahan hijau dengan lahan terbangun yang sesuai. Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06PRTM2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Universitas Sumatera Utara 39 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40:60 . Hal tesebut tercantum dalam KDH koefisien Dasar Hijau yaitu persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan penghijauan dan luas tanah perpetakan daerah perencanaan yang dikuasai. • Mengembangkan Tata Vegetasi yang baik Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim makro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang secara otomatis akan mengurangi dampak pemanasan global. • Mengembangkan bangunan hijau Green Building Dalam konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut: - Membuat atap Hijau Roof-Garden - Menempatkan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada tempat yang tepat - Menggunakan teknologi Photovoltaic, water filtration, air filtration, dan sebaginya. - Menghadirkan taman pada bangunan. - Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan - Melakukan penanganan limbah yang efektif - Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat pemakaian air - Menerapkan sistem utilitas pada bangunan yang hemat energy. • Melakukan Proses recycle dan reuse untuk air dan limbah Untuk mewujudkan konsep green pada bangunan perlu dilakukan proses pendaur ulangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah. Universitas Sumatera Utara 40 III.3. Keterkaitan Tema dengan Judul Pasar tradisional merupakan salah satu topik yang sangat hangat saat ini. Banyaknya masalah yang disebabkan ketika beroperasi seperti kemacetan hingga limbah,dan sebab itu perlunya perhatian khusus dalam pemecahan masalahnya. Sebagai salah satu tempat publik, dimana berlangsungnya transaksi jual beli maka diperlukan suatu pasar yang nyaman bagi pengguna maupun pengunjung serta ramah terhadap lingkungan. Selain itu isu krisis energi dan isu kerusakan lingkungan yang ada saat ini mengharuskan Kota Medan memerlukan banguan-bangunan yang hemat energi dan dapat memanfaatkan sumber energi alamiah. “Pengembangan Kawasan Pasar Marelan” merupakan suatu alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kondisi pasar yang ada saat ini. Dengan menerapkan kosep Green Architecture, desain yang ada akan mampu memecahkan berbagai permasalahan lingungan, seperti penghematan energi sampai pengolahan limbah. Sesuai dengan rencana pemerintah yang ingin memperbaiki kondisi pasar tradisional menjadi tempat yang dapat menjadi alternatif bukan hanya untuk masyarakat menengah ke bawah melainkan juga dapat menjadi alternatif bagi masyarakat menegah ke atas. Dengan adanya Pengembangan Pasar Marelan yang menerapkan konsep green architecture ini, diharapkan akan dapat menciptakan suatu suasana yang alami, yang dapat membuat nyaman para pengguna baik itu pedagang maupun pembeli. Serta dapat memberi kontribusi dalam pemecahan permasalahan lingungan. Universitas Sumatera Utara 41 III.4. Studi banding Tema Sejenis III.4.1. Heping Park, Tianjin, Cina Ini adalah proyek Perkins Will untuk Heping Park di Tianjin, China. Melukiskan pita tumbuh-tumbuhan yang melukiskan zona atap. Proyek diberi tanda oleh 3 menara besar. Seperti halnya ruang parkir, ruang hijau di buat dengan menciptakan suatu langit-langit dengan benih tumbuh- tumbuhan setinggi level jalan. Pengembangan kembali rencana Lingkungan meliputi konstruksi kediaman bertingkat baru yang akan menekankan suatu yang lebih tinggi mutu hidup sampai pengintegrasian ruang hijau. Pita ruang hijau yang menggelombang ke seberang, memudahkan cahaya, ventilasi, dan akses ke parkiran bawah. Pada proyek ini terlihat jelas bagaimana ruang-ruang terbangun digantikan oleh ruang ruang hijau pada atap Green Roof, terlihat jelas bagaimana bangunan juga menjadi tempat hidup tumbuh-tumbuhan. Selain itu Green roof ini juga berfungsi sebagai ruang-ruang publik, sehingga pemanfaatan lahan menjadi sangat efektif. Gambar 3.1. Bentuk Bangunan Heping Park Sumber: Website Gambar 3.2. Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park Sumber: Website Gambar 3.3. Roof Garden Sebagai Public Space Heping Park Sumber: Website Universitas Sumatera Utara 42 III.4.2. Green Rings City of Gwanggyo Korea Selatan Grup arsitektur asal Belanda, MVRDV. Telah memenangkan kompetisi untuk merancang sebuah bangunan pusat kota untuk Gwanggyo, sebuah kota baru yang akan dibangun di selatan Seoul, Korea. Direncanakan untuk menjadi swasembada kota bagi 77.000 jiwa penduduk korea. Arsitek mengatakan bahwa semua elemen dari pusat kota akan desain seperti cincin, dan “dengan mendorong cincin ini ke arah luar, setiap bagian dari bangunan akan menerima teras untuk kehidupan diluar ruangan.” Program dan kebutuhan ruang berbeda, membutuhkan peletakan serta ukuran ruang yang berbeda-beda. Pemecahan masalahnya adalah dengan memfasilitasi semua elemen dengan membentuknya kedalam bentuk cincin. Setiap bagian dari cincin-cincin tersebut akan ditanami tumbuh-tumbuhan yang juga berfungsi sebagai teras outdoor. Bangunan ini nantinya akan difungsikan sebagai Residensial 200.000m 2 , Perkantoran 48.000m 2 , retail sebesar 200.000m 2 , serta pusat rekreasi dan sarana edukasi sebesar 200.000m 2 . Gambar 3.4. Potongan Bangunan Green Ring City Sumber: Website Gambar 3.5. Bentuk Bangunan Green Ring City Sumber: Web Universitas Sumatera Utara 43 III.4.3. River Frontage Green Building Uzbekistan Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di Uzbekistan, bangunan ini sungguh mengagumkan. Dengan konsep bangunan hijau, dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas tinggi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan sebagai gedung kantor dan spa. Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn- Davies. Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam gedung dan menciptakan suasana segar. Gambar 3.6. Eksterior Bagunan River Frontage Sumber: Web Gambar 3.7. Pintu Masuk River Frontage Sumber: Web Universitas Sumatera Utara 44 III.4.4. Fukuoka ACROS Jepang Di Kota Fukuoka di Jepang, mereka memiliki sebuah bangunan yang disebut “Fukuoka ACROS” terlihat sangat berbeda dari dua sisi: satu sisi seperti sebuah bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca, namun di sisi lain terdapat atap yang besar dan bertingkat dengan sebuah taman. Bangunan kompleks perkantoran ini merupakan pemecahan terhadap masalah urban ruang terbuka. Dengan kepadatan pembangunan fisik yang tinggi, arsitek mencoba menghadirkan bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi privat sekaligus publik. Di sebelah utara yang menghadap jalan utama, dibuat fasade bangunan yang modern. Di sebelah selatan yang menghadap ruang terbuka, dibuat atap teras yang menyerupai sengkedan. Setiap lantai mempunyai taman yang berfungsi untuk meditasi dan relaksasi. Desain yang menampilkan unsur tanaman ke dalam bangunan ini berfungsi sebagai pemecah kesan keras pada bangunan. Dengan integrasi terhadap unsur lingkungan, bangunan ini turut menurunkan suhu mikro di sekitarnya Teras taman yang mencapai hingga sekitar 60 meter di atas tanah, berisi 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies. Pada proyek ini hadirnya atap-atap hijau yang ditanami vegetasi berfungsi untuk menurunkan suhu mikro. Hadirnya atap hijau juga berfungsi menjadi taman untuk tiap lantainya yang menjadi ruang relaksasi. Gambar 3.8. Eksterior Fukuoka ACROSS Sumber: Website Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA

Universitas Sumatera Utara 45

BAB IV ANALISA

IV.1 Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Site