Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan untuk menghindari kesalahtafsiran terhadap makna, sebagai berikut.
1. Tanggung jawab
Tanggung jawab dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang dapat diamati melalui perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pribadi dan sosial
siswa Kelas 1 SD Mutual selama berada di sekolah. Perilaku tanggung jawab diamati berdasar indikator tanggung jawab pribadi dan sosial sebagai berikut. a
Tanggung jawab pribadi terdiri dari kemampuan anak untuk dapat memegang komitmen pribadi yang ditunjukkan dalam kemampuan mengutamakan hal yang
dianggap penting, komitmen untuk melaksanakan kewajiban sepenuh hati, mencoba melakukan sesuatu dengan berbagai cara, dan 2 Tanggung jawab sosial
yang terdiri dari kemampuan merespon apa yang diinginkan orang lain, perduli dan memberi perhatian kepada orang lain, meringankan dan memberi yang terbaik,
menjadikan lingkungan menjadi lebih baik, dan bersedia berkorban untuk kepentingan sesama. Pengukuran perilaku tanggung jawab dilakukan dengan
mengamati berbagai perilaku yang ditunjukkan selama anak di sekolah melalui observasi partisipan dengan teknik time sampling pada pagi dan siang baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Skor tanggung jawab anak diperoleh dengan menjumlah total frekuensi perilaku yang muncul dalam checklist yang telah
dikonversikan ke dalam skor interval.
2. Teknik Konseling Metafora
Teknik konseling metafora merupakan serangkaian kegiatan untuk anak kelas satu di sekolah dasar yang dikemas dalam cerita-cerita metafora yang didasari
oleh penggunaan dua jenis metafora, yakni metafora bahasa dan visual atau gambar. Teknik konseling ini dikemas dalam modul konseling yang diberi nama
STAR KIDS Story Teach A Responsibility for Kids. Dalam teknik konseling metafora, konselor memfasilitasi anak mengubah perilaku tidak bertanggung jawab
menjadi perilaku yang bertanggung jawab melalui cerita-cerita metafora yang dapat
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menimbulkan rasa empati pada diri anak, sehingga meningkatkan dorongan dalam diri anak untuk berperilaku baik. Cerita metafora dalam seting kelompok
diterapkan bagi anak usia 6-7 tahun mengingat pada usia tersebut anak memiliki kecintaan pada cerita, berada dalam masa imajinatif, bermain, dan belajar dari
interaksi dengan guru dan teman sebaya. Rangkaian kegiatan anak dalam teknik konseling metafora meliputi tahapan berikut ini.
a. Penjelasan tentang tujuan kegiatan dan beragam kegiatan yang akan dilakukan bersama.
b. Perumusan aturan yang disepakati bersama mengenai aturan kelompok selama proses konseling berlangsung.
c. Perumusan konsekuensi yang akan diterima anak selama eksperimen berlangsung. Konsekuensi yang digunakan lebih menekankan pada pemberian
token economy bagi anak yang mengikuti aturan yang telah disepakati. d. Pelaksanaan teknik konseling metafora dalam proses konseling melalui empat
tahap, yaitu: mengenalkan penggunaan metafora dalam bentuk cerita; mengeksplorasi penggunaan metafora; mentransformasi atau membingkai
kembali metafora dengan mendorong konseli anak melakukan perubahan makna metafora secara positif; dan menghubungkan metafora dengan dunia
nyata Secara rinci tahapan penerapan Tekn ik Konseling Metafora “STAR
KIDS” dapat dilihat pada lampiran modul. Penerapan teknik konseling metafora akan dilakukan dengan dilengkapi oleh
seperangkat media konseling yang terdiri dari model pelaksanaan teknik konseling metafora, modul konseling berisi kumpulan cerita metafora, buku kegiatan siswa,
buku laporan kegiatan siswa. Isi masing-masing media tersebut, sebagai berikut. a. Model pelaksanaan teknik konseling metafora berisi rangkaian atau prosedur
berbagai kegiatan yang akan dilakukan konselor peneliti dan anak selama proses perlakuan berlangsung. Model ini berisi pedoman umum operasional
konseling yang meliputi: 1 Rasional; 2 Visi dan Misi; 3 Deskripsi Kebutuhan; 4 Tujuan; 5 Komponen Modul; 6 Sasaran Intervensi; 7
Rencana Operasional; 8 Pengembangan TemaTopik; 9 Satuan Layanan BK;
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
10 Kualifikasi Konselor; dan 11 Penilaian atau Evaluasi. b. Modul pelaksanaan konseling berisi kumpulan cerita metafora yang terdiri dari
15 cerita metafora yang telah dirangkum dari berbagai sumber yang sesuai dengan tujuan meningkatkan tanggung jawab anak. Modul ini bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam menyampaikan cerita yang digunakan sebagai media konseling dalam memberi perlakuan kepada siswa.
c. Buku kegiatan siswa berisi berbagai lembar kerja yang akan dilakukan anak setelah mendengar cerita metafora sebagai bentuk eksplorasi penggunaan
metafora dalam bentuk metafora visual. Buku ini diharapkan dapat membantu anak dalam mentransformasi atau membingkai metafora dengan mendorong
konseli siswa melakukan perubahan makna metafora secara positif; dan menghubungkan metafora dengan dunia nyata.
d. Buku Laporan Kegiatan berisi hasil observasi dan penilaian peneliti mengenai jalannya eksperimen. Buku ini akan memudahkan peneliti dalam mencatat
berbagai kejadian selama eksperimen berlangsung, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan refleksi hasil pelaksanaan eksperimen dan mengetahui
berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku tanggung jawab siswa selama perlakuan.
Pelaksanaan konseling metafora dilaksanakan dalam 15 kali pertemuan di dalam kelas, yang akan dipandu oleh seorang konselor, dibantu oleh co-konselor asisten
konselor dan wali kelas dan observer. Masing-masing pertemuan membutuhkan waktu 30-60 menit. Rincian materi secara lengkap terdapat dalam Modul
Pelaksanaan Teknik Konseling Metafora “STAR KIDS”.
3. Kecerdasan inteligensi dalam penelitian ini mengacu pada konsep kecerdasan
umum berupa kemampuan persepsi dan berpikir logis sistematis yang ditunjukkan dari kemampuan subjek dalam mencari hubungan gambar soal dan pilihan
jawaban. Pengukur kecerdasan IQ dilakukan dengan menggunakan tes skala Raven seri SPM yang terdiri dari 60 soal berupa gambar-gambar dengan pola
hubungan dari tingkat yang paling mudah sampai paling sulit.
4. Jenis Kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah label yang diberikan
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kepada anak mengenai identitas sebagai laki-laki atau perempuan sejak dilahirkan. Jenis kelamin dalam penelitian ini diketahui dari data dokumentasi sekolah dan
ciri-ciri fisik yang dapat diamati sesuai seragam sekolah yang dikenakan siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data, Pengembangan Instrumen, dan Tahap Penelitian 1. Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis pengumpulan data, yakni pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif dikumpulkan dengan melakukan observasi terstruktur menggunakan lembar pedoman checklist observasi. Instrumen yang disusun dalam penelitian ini
berupa checklist observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah yang dilengkapi dengan pedoman observasi. Lembar checklist digunakan untuk mengumpulkan data
kuantitatif mengenai perilaku tanggung jawab anak sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Data yang diperoleh berupa jumlah frekuensi perilaku yang dimunculkan
anak selama proses pengamatan berlangsung yang akan dikonversi ke dalam skor interval.
Selain data kuantitatif, dilakukan pula pengumpulan data kualitatif sebagai pendukung dengan menggunakan lembar pedoman FGD Focus Group Disscusion
dan wawancara semi terstruktur, serta lembar survey sebagai validasi sosial teknik konseling metafora. FGD dan wawancara setelah perlakuan dimaksudkan untuk
memperoleh data mengenai dampak perlakuan terhadap perilaku tanggung jawab anak selama di sekolah yang dirasakan guru setelah anak memperoleh perlakuan.
FGD juga dilakukan terhadap para wali murid orang tua di kelompok eksperimen. Pelaksanaan FGD dan wawancara menggunakan teknik semi terstruktur yang telah
dilengkapi dengan pedoman wawancara. Data kualitatif setelah perlakuan hanya dilakukan terhadap kelompok
eksperimen mengingat data kualitatif hanya sebagai pendukung data kuantitatif setelah subjek menerima perlakuan. Selain itu, pengumpulan data kualitatif bagi
semua responden tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya penelitian.