Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
8 Tertib saat sholat. 9 Mengaji
dengan sungguh-sungguh.
10 Serius dan
sungguh-sungguh mengerjakan
tugas kelas piket.
11 Memakai atribut
sekolah dengan
lengkap dan rapi.
c. Mencoba melakukan
sesuatu dengan
berbagai cara 1 Mengerjakan
tugas tanpa disuruh.
2 Meminta bimbingan
saat membutuhkan. 3 Mengajukan
pertanyaan saat tidak tahu.
4 Menyelesaikan tugas kelompok
dengan kreatif.
SOSIAL
a. Merespon sesuai apa
yang diinginkan orang
lain 1 Antri saat menunggu
giliran. 2 Tidak
marah saat
teman berbuat salah. 3 Menghargai
teman saat bermain.
4 Menahan diri untuk tidak
memukulmeyakiti teman saat berselisih
paham.
5 Berbicara sopan
kepada teman
dan guru.
6 Mengikuti aturan main dan tidak curang.
7 Menerima kesalahan diritidak
menyalahkan orang
lain. 8 Meminta maaf saat
merasa bersalah. 9 Meminjam
barang teman
dengan meminta ijin.
10 Merawat benda yang dipinjam dari teman
dengan baik. 22
2
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
11 Menjaga kesepakatan bersama
b. Perduli dan
perhatian kepada orang lain.
1 Menghibur teman
yang sedang sedih. 2 Meminjami
teman barang yang dibutuh.
3 Berbagi makananminuman.
4 Meringankan beban
dan memberi
yang terbaik.
1 Membantu teman
yang membutuhkan. 2 Membantu guru yang
sedang kerepotan
menghapus papan
tulis, membawakan
bawaan guru,
membantu guru
membagikan sesuatu. 3 Berpartisipasi
aktif dalam
tugas kelompok.
4 Menjadikan dunialingkungan
menjadi lebih
baik 1 Menjaga
kerapian lingkungan.
2 Membuang sampah
pada tempatnya. 3 Merawat
tanaman yang
ada di
sekitarnya. e. Berkorban.
1 Mengalah saat
bermain. 2 Merelakan
miliknya untuk
temanorang lain infak.
Berdasar kisi-kisi instrumen tersebut disusun checklist dan pedoman observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Susunan checklist observasi
perilaku tanggung jawab anak dalam bentuk lembar observasi yang berisi: aspek nilai karakter tanggung jawab, deskripsi perilaku tanggung jawab yang diuraikan
dalam aitem-aitem perilaku, kolom yang digunakan untuk mencatat frekuensi kemunculan perilaku setiap 10 menit sekali, kolom total untuk menjumlah
frekuensi perilaku yang muncul pada tiap-tiap aitem dalam lima skala tidak
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan sangat sering. Skala yang digunakan diberi nilai 1-5 tidak pernah = 1; jarang = 2; kadang-kadang = 3; sering = 4; selalu
= 5, kolom catatan yang digunakan untuk mencatat tambahan informasi hasil pengamatan terhadap perilaku tanggung jawab anak yang bersifat kualitatif baik
mengenai perilaku anak maupun konteks lingkungan di sekitar anak selama observasi berlangsung, yang tidak terangkum dalam daftar checklist perilaku.
Kolom catatan ini diberikan sebagai salah satu cara untuk meminimalkan kelemahan metode checklist yang bersifat tertutup.
Selain checklist observasi, disusun pedoman observasi untuk mempermudah observer dalam memahami daftar perilaku yang terdapat di checklist observasi
sehingga diharapkan observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar perilaku yang ada. Tujuan pembuatan pedoman observasi juga dilakukan untuk
meningkatkan reliabilitas observasi Merrel, 2003. Pedoman observasi terdiri dari: daftar perilaku tanggung jawab anak dan definisi operasional atau keterangan yang
menjelaskan masing-masing aitem perilaku dalam daftar checklist observasi.
2. Penimbangan Instrumen
Penimbangan instrumen dilakukan oleh dua orang pakar Bimbingan dan Konseling serta satu orang psikolog perkembangan anak. Tujuan penimbangan
instrumen professional atau expert judgement adalah untuk memenuhi validitas isi content validity. Validitas isi diperoleh dengan menganalisa aspek atau unsur
suatu konsep secara teoritis. Menurut Azwar 2003, validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional ataupun melalui professional
judgement. Guna lebih meningkatkan validitas isi, daftar perilaku yang terdapat dalam checklist observasi dikembangkan berdasar pengamatan partisipasi awal
terhadap perilaku tanggung jawab anak di kelas satu dengan pencatatan secara naratif. Selain diperoleh dari hasil pengamatan awal, daftar perilaku juga diperoleh
dari hasil wawancara dan FGD dengan guru-guru kelas yang berjumlah empat orang. Setelah peneliti memperoleh sejumlah daftar perilaku tanggung jawab anak
di sekolah, kemudian dikelompokkan sesuai teori Lickona mengenai dimensi
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tanggung jawab dan diuraikan sesuai dengan bentuk-bentuk indikator perilaku tanggung jawab anak. Dua komponen tanggung jawab meliputi tanggung jawab
pribadi dan sosial. Proses penimbangan instrumen dilakukan oleh dua ahli Bimbingan dan
Konseling, yaitu Dr. Collete Dollarhide doktor dalam bidang Bimbingan dan Konseling Ohio State University, Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N Guru Besar dalam
bidang Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia, serta Anggreswari Ayu Dhamayanti pakar bidang Psikologi Perkembangan Anak yang
bekerja sebagai dosen di STIKES Ahmad Yani Yogyakarta dan menjadi pengelola PAUD Ahsanu Amala Yogyakarta. Setelah checklist observasi ditelaah oleh para
penimbang terdapat beberapa aitem perilaku tanggung jawab yang menurut penimbang kurang tepat, baik secara konstruk maupun bahasa. Revisi dilakukan
sesuai saran yang diberikan oleh para penimbang. Revisi tersebut sebagai berikut.
Tabel 3.6. Perubahan Instrumen Berdasar Saran Penimbang Nama
Penimbang AspekIndikator
Sebelum direvisi
Setelah direvisi Dr.Collete
Dolarhide 1.Aspek tanggung
jawab Perpaduan dari
beberapa teori
Lickona; Lynda dan Eyre
Fokus pada satu teori.
2.Indikator perilaku
tanggung jawab Seting perilaku
ada yang
di rumah
dan sekolah.
Fokus pada
perilaku tanggung jawab dalam seting
sekolah.
3.Cara perhitungan
perilaku Skoring berdasar
frekuensi kemunculan
perilaku. Skoring
memuat kualitas
yang disimpulkan dalam
lima kategori
tidak pernah,
jarang, kadang-kadang,
sering, dan sangat sering
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd
1.Aspek tanggung jawab
Penjabaran aspek dan
sub aspek
dimuat dalam
kolom yang
berbeda. Penjabaran
aspek dan
sub aspek
dimuat berdampingan untuk
lebih memudahkan observer
dalam mengkaitkan aspek
dengan sub aspek yang dimaksud.
Anggreswari Ayu, M.Si.,Psi
1.Aspek tanggung jawab
Penjabaran aspek dalam sub aspek
masih tidak
dibedakan antara dimensi
pribadi dengan
dimensi sosial.
Sub aspek
dipisahkan untuk
masing-masing aspek
tanggung jawab.
2.Penjabaran indikator
Sub aspek tidak selalu
terwakili oleh
perilaku secara rinci
Setiap sub aspek terwakili oleh aitem
perilaku tanggung
jawab. Ada beberapa sub
aspek yang
memiliki perilaku sama.
Masing-masing sub aspek diamati dalam
perilaku yang
berbeda. 3.Seting
pengamatan Pengamatan lebih
banyak difokuskan
pada perilaku di dalam
kelas. Pengamatan
mencakup berbagai perilaku
dalam seting sekolah baik
dalam proses
pembelajaran maupun
istirahat dan kegiatan lain.
Setelah checklist observasi diperbaiki sesuai masukan para penimbang, selanjutnya dilakukan uji instrumen aitem-aitem checklist obsevasi oleh para
observer dengan menghadirkan dua observer untuk melakukan uji keterbacaan. Masing-masing observer melakukan pengamatan terhadap anak kelas satu SD,
setelah menyelesaikannya para observer diajak berdiskusi dan diminta memberi
Riana Mashar, 2015 TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN
DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
masukan terhadap butir-butir aitem perilaku yang dianggap masih membingungkan dan rancu dengan perilaku yang lain. Hasil diskusi dijadikan sebagai bahan
masukan untuk perbaikan butir aitem observasi dan pemberian keterangan operasional dalam pedoman observasi.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penggunaan teknik observasi digunakan sebagai asesmen utama penelitian memiliki banyak kelebihan, namun terdapat beberapa keterbatasan dan masalah
yang dapat terjadi dalam penggunaan observasi sebagai alat pengumpul data. Keterbatasan observasi dapat terjadi baik berasal dari observee berupa perubahan
perilaku karena mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, maupun berasal dari bias observer. Guna mengatasi keterbatasan yang berasal dari observee maka
sebelum penelitian dimulai observer telah dikenalkan beberapa hari sebelum pelaksanaan observasi dilakukan. Hal ini diharapkan dapat membiasakan observee
siswa akan keberadaan observer dalam lingkungan sehari-hari selama siswa berada di sekolah, serta dengan tidak mengungkapkan tentang hipotesis penelitian
dan subjek-subjek yang terbagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Miller, 1998. Kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan validitas
observasi serta telah diperkuat pula dengan adanya peran para penimbang expert jugdement yang telah menyatakan bahwa daftar perilaku yang diamati telah
mencerminkan nilai karakter tanggung jawab yang diteliti. Hasil expert judgement merupakan validitas kontruk. Sedangkan content validity atau validitas isi yang
dikembangkan dalam menyusun checklist observasi dilakukan dengan penyusunan daftar perilaku tanggung jawab berdasar hasil pengamatan awal
terhadap perilaku-perilaku anak dan hasil wawancara dengan guru-guru mengenai indikator perilaku tanggung jawab. Berdasar daftar perilaku yang diperoleh,
kemudian dikembangkan checklist observasi yang sesuai dengan teori Lickona. Content validity digunakan untuk memastikan bahwa masing-masing aitem pada
suatu alat ukur telah mencakup seluruh domain isi yang hendak diukur dan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur sesuai dengan keperilakuannya Azwar,