Simpulan SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Nurul Hasanah, 2015 “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu melalui observasi penelitian, tahap wawancara, pembagian kuesioner ke 65 sampel responden dan proposal desa wisata, maka diperoleh simpulan berikut ini : 1. Terdapat Aktivitas Wisata Edukasi yang disajikan oleh Desa Wisata Lebak Muncang, yaitu : Aktivitas Wisata Edukasi pertama adalah Direct Interaction atau Interaksi Secara Langsung. Jenis aktivitas wisata yang mengusung Program Homestay di rumah-rumah warga desa yang telah ditentukan. Au Pair atau Wisatawan akan bermalam dalam beberapa hari. Program ini juga mengajak wisatawan untuk mempelajari budaya, bahasa daerah setempat dan mengikuti kegiatan Host Family atau Tuan Rumah. Aktivitas Wisata Edukasi kedua adalah Education Specialties atau Jenis Pembelajaran Khusus. Jenis aktivitas wisata yang mengajak wisatawan dalam Program Edukasi Pertanian dengan istilah “Leledokan”, Edukasi Perkebunan, Edukasi Budidaya Jamur, “Mapay Cib eber”, Wisata Kuliner. Nilai-nilai edukasi yang diperoleh wisatawan adalah : Mengetahui bagaimana para petani bercocok tanam hingga masa panen, Mempelajari media tanam Jamur, proses penanaman bibit bakteri, proses pertumbuhan Jamur hingga masa panen, Mengelilingi area Perkebunan Teh yang di khususkan untuk sejenak refreshing dari kejenuhanwisatawan. Tim Desa Wisata tidak secara khusus memberikan materi edukasi pada aktivitas wisata ini. Namun, sebenarnya jika nilai edukasi ini dapat disajikan pada wisatawan dan tidak menggangu acara jalan-jalan mereka, wisatawan dapat mengembangkan pengetahuannya seputar : Mempelajari lanskap khas perkebunan teh, mendapatkan pembelajaran tentang edukasi agro dan wisatawan dapat mengetahui bagaimana proses awal teh-teh Nurul Hasanah, 2015 “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kemasan yang beredar di masyarakat sebelum dipasarkan. Wisatawan dapat melihat proses pemetikan, penyortiran hingga masa produksi. Dan mendapatkan pengetahuan seputar kekayaan kuliner khas daerah Nusantara. Wisatawan akan mulai mengetahui rempah-rempah yang digunakan untuk membuat makanan khas pedesaan, mengetahui asal- usul makanan khas tersebut hingga manfaatnya. Disamping itu, wisatawan secara tidak langsung mulai mempelajari bagaimana bersosialisasi secara terbuka dengan lingkungan baru. Aktivitas Wisata Edukasi Ketiga adalah Cultural Interaction atau Interaksi Kebudayaan. Jenis aktivitas wisata mengajak wisatawan dalam Program Edukasi Budaya dan Jungle Tracking. Edukasi Budaya yang diberikan melalui pementasan Seni Sunda Buhun yang ditampilkan oleh masyarakat desa, diantaranya anak-anak berusia sekolah sebagai penarinya. Wisatawan diajak untuk memainkan beberapa alat musik tradisional khas Sunda, seperti : Bangkong Reang, Degungan dan Calung, belajar melakukan gerakan tari Jaipongan, mendapatkan penjelasan seputar sejarah dari setiap alat musik tari yang dipentaskan dan pakaian adat yang dipakai. Program Jungle Tracking atau Sapoe di Gunung, wisatawan dapat belajar dari beberapa kegiatan yang berbeda dari menyusuri jalan setapak ditengah-tengah area persawahan perkebunan, mendaki kaki bukit hingga ngaliwet di puncak bukit bersama warga desa. Nilai edukasi yang wosatawan dapatkan, antara lain : Pengenalan berbagai jenis tanaman atau pengenalan vegetasi, mengasah keberanian melalui perjalanan dengan jalur track yang cukup berat dan dapat mengetahui budaya masyarakat ketika ngaliwet bersama di puncak bukit. Nurul Hasanah, 2015 “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan Skoring melalui Rekapitulasi Variabel Penelitian Faktor Internal, maka dapat ditentukan faktor internal penelitian, yaitu : Strengths Kekuatan dan Weaknesses Kelemahan : 2. Faktor Kekuatan Desa Wisata Lebak Muncang terletak pada : Panorama khas pedesaan, Aktivitas Bertani dan Berkebun, Tersedia Saung atau Tempat Istirahat, Tersedia Homestay dan Ngaliwet di Puncak Bukit. 3. Faktor Kelemahan Wisata Desa Lebak Muncang terletak pada : Penjualan hasil olahan dan kreasi desa atau Cinderamata, Buku Panduan Wisata, Penginapan di sekitar desa, Pengenalan Vegetasi dan Penjualan dan pemberian bibit tanaman. Berdasarkan hasil observasi penelitian dan dilengkapi dengan wawancara dengan pengelola desa, maka dapat ditentukan faktor eksternal penelitian, yaitu : Opportunities Peluang danThreaths Ancaman : 4. Faktor Peluang Desa Wisata Lebak Muncang terletak pada : Jenuh dengan situasi kota, Keinginan untuk berwisata, Adanya Kelompok Penggerak Pariwisata Kompepar, Pendapatan masyarakat kota yang relatif tinggi, Bantuan pemerintahan melalui Program PNPM - Mandiri dan Kebijakan pemerintah peraturan daerah. 5. Faktor Ancaman Desa Wisata Lebak Muncang terletak pada : Perubahan perilaku masyarakat desa, rusaknya lingkungan fisik desa, Timbulnya kecemburuan sosial dan Kompetitor desa wisata. Berdasarkan hasil pembobotan Internal Factors Analysis Summary IFAS dan External Factors Analysis Summary EFAS disusun menjadi Kombinasi Strategi Menggunakan Matriks SWOT dengan nilai X 1,13 dan nilai Y -0,10. Nilai X dan Y tersebut menunjukan bahwa strategi terletak pada Kuadran II atau Strategi Diversifikasi Strategi. Posisi strategi tersebut adalah Strategi ST atau Strategi Strength, Treath. Artinya Desa Wisata Lebak Muncang berada pada posisi menguntungkan namun sangat rentan jatuh karena ancaman dari lingkungan luar. Ancaman tersebut juga Nurul Hasanah, 2015 “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sudah mulai terasa di lingkungan internal desa. Maka fokus strategi yang dipilih adalah Strategi ST atau Strategi Strength, Treath : 1. Melibatkan semua golongan warga desa untuk berpartisipasi dalam aktivitas wisata edukasi di Desa Wisata Lebak Muncang dan memperbaiki fasilitas desa. Dalam penentuan golongan warga desa, langkah-langkah dalam mempersiapkan keikusertaan warga desa adalah pihak Desa bekerja sama dengan Tim Pokja Desa untuk membuat program. Langkah penggolongan ini adalah mengurangi jumlah pengangguran, membuat kegiatan positif bagi warganya sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dalam diri mereka dan mencegah timbulnya kecemburuan sosial dan menekan tingkat kejahatan. Masyarakat desa akan merasa jauh lebih berharga dan berkualitas jika pemerintah daerah dan pihak desa dapat mewujudkan langkah ini. Untuk menentukan golongan warga desa di Desa Wisata Lebak Muncang, Penulis dapat memberikan saran dengan menentukan golongan, yaitu Golongan Petani, Golongan Lelaki Bapak-bapak Remaja Putra, Golongan Wanita Ibu-ibu Remaja Putri, Golongan Anak-anak, Golongan Remaja Putra dan Putri Desa. Kawasan Desa Wisata Lebak Muncang juga memiliki masalah yang menghambat proses kegiatan wisata disana. Temuan masalah yang Penulis temui ketika melakukan observasi adalah : Terdapat oknum desa yang cenderung Money Oriented, Jalan des yang berlubang, Masyarakat desa kurang fasih berbahasa indonesia, Data administrasi desa kurang lengkap. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat ditentukan solusinya, yaitu : 1. Munculnya oknum desa yang Money Oriented dapat dicegah dengan menyediakan pilihan usaha alternatif bagi masyarakat desa, mempertahankan budaya setempat, sering menggelar pertemuan antar warga desa agar membangun hubungan baik, saling menghargai antar warga desa, sering menghadiri pertemuan dengan forum-forum desa yang biasa dihadirkan oleh Kecamatan dan Kabupaten dengan tujuan Nurul Hasanah, 2015 “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu untuk membuat masyarakat desa belajar bersosialisasi dengan lingkungan formal dan memiliki pemikiran yang terbuka. 2. Kondisi jalan sebagai infrastruktur utama sebuah kawasan adalah hal penting. Hal yang bisa kita lakukan tergantung pada kondisi yang terjadi di desa. Jika kerusakan jalan desa sangat berat maka Pihak Desa harus membuat laporan ke Pemda setempat agar segera membetulkan jalannya. Namun, jika kerusakan masih bisa ditangani warga desa maka langkah sederhana ini akan membantu. Langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan warga desa secara gotong royong adalah : 1 Bersihkan lubang-lubang jalan yang berdiameter ukuran kecil dari kerikil, tanah dan sampah yang berada di lubang tersebut. Bertujuan untuk memudahkan bentukan material yang akan dipakai. 2 Siapkan kerikil cor, pasir cor dan semen yang khusus untuk membuat beton kuat, lalu cuci kerikil cor sampai bersih dari ikatan tanah karena ikatan tanah akan melemahkan daya ikatan beton nantinya. 3 Campurkan kerikil cor, pasir cor dan semen dengan perbandingan 1:2:1. Lalu campur dengan air dengan porsi yang sangat sedikit. Tambahkan air kedalam adukan material secara bertahap, selalu lihat adukan tersebut. Jika adukan sudah bersatu dengan air makan adukan tidak akan pecah dan akan menghasilkan beton yang kuat. 4 Masukan adukan pada setiap lubang dijalan, perhatikan tekanan dan kandungan air yang akan mengenai lubang. Setidaknya jika memperhatikan material dan teknik perbaikannya akan bertahan selama 6 tahun. Asalkan, jalan tersebut tidak dilalui oleh kendaran-kendaraan besar, sistem drainase dan sistem penyerapan air yang benar. 3. Bahasa daerah dan aksen daerah terkadang sulit untuk dihilangkan begitu saja pada suatu masyarakat yang tinggal di dalam kawasan pedesaan. Penggunaan bahasa daerah akan selalu dipakai dalam Nurul Hasanah, 2015 “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kehidupan mereka sehari-hari. Ini tidak buruk, namun jika seimbang dengan kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah tidak akan menyulitkan masyarakat dalam bergaul dan berkomunikasi namun akan menjadi daya tarik desa tersebut. Dengan seringnya berkomunikasi dengan wisatawan yang datang dan terbuka terhadap dunia luar, seperti sering membaca surat kabar atau sekedar mendengarkan radio atau menonton televisi dan terlibat dalam pertemuan-pertemuan antar warga desa membuat perbendaharaan kata masyarakat akan bertambah. 4. Kawasan desa wisata sebagai kawasan wisata tentu harus memiliki kelengkapan data administrasi desanya, berupa : Peta Wisata, Peta Penggunaan Lahan, Data Pencatatan Jumlah Kunjungan Wisata Per Tahun, Daftar Tamu dan Dokumentasi. Penulis akan menyediakan Peta Wisata dan Peta Penggunaan Lahan sebagai kawasan wisata berdasarkan olahan Penulis sebagai bentuk kontribusi Penulis terhadap pihak Desa Lebak Muncang yang bersedia dijadikan sebagai tempat observasi Penulis.

B. Implikasi Rekomendasi