Pernyataan Informan Instalasi Farmasi tentang Pelaksanaan Pengadaan

4.3.2 Pernyataan Informan Instalasi Farmasi tentang Pelaksanaan Pengadaan

Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Instalasi Farmasi tentang Pelaksanaan Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan Informan Pernyataan Informan 1 Kepala Instalasi Farmasi Kami melakukan pengadaan obat, pengadaan obat di instalasi farmasi diajukan oleh instalasi ke gudang dengan menggunakan kartu stok kemudian gudang mangeluarkan obat. Kekosongan obat sering terjadi karena dokter tidak menulis resep sesuai dengan formularium yang ada, tidak tersedianya stok obat di gudang terutama untuk obat yang jarang diresepkan, tidak terdektesinya obat yang hampir habis dan obat yang dipesan oleh pihak gudang kedatangannya sering terlambat. Iya... meskipun kami sudah melakukan pencatatan dan pemeriksaan, tetapi ada saja obat yang tidak terdeteksi mungkin karyawan kami yang lupa atau buru-buru saat melakukan pencatatan dan pemeriksaan jadi ada yang terlewatkan. Bagi pasien yang menggunakan ASKES atau JAMSOSTEK jika obat yang diresepkan terjadi kekosongan, maka yang membeli obatnya ke apotek luar adalah petugas gudang. Bagi pasien umum jika obat yang diresepkan terjadi kekosongan, maka yang membeli obatnya adalah pasienkeluarga pasien yang bersangkutan. Informan 2 Kepala Gudang Farmasi Pengadaan obat di instalasi farmasi dilakukan sebulan sekali berdasarkan kartu stok yang diterima, yaitu semua obat dicatat dan kami periksa mulai dari penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak dan kadaluwarsa untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat, jumlah obat yang diterima, jumlah obat yang keluar, jumlah obat yang hilangrusakkadaluarsa dan jangka waktu kekosongan obat, kemudian gudang mangeluarkan obat. Tetapi pengadaan obat disini tidak berdasarkan kartu stok yang ada, sehingga pengadaan obat belum maksimal dikarenakan belum ada pembagian tugas yang jelas dari kepala instalasi farmasi tentang siapa yang ditunjuk sebagai petugas gudang dan siapa yang bertanggung jawab terhadap stok obat. Universitas Sumatera Utara Pengadaan obat sesuai dengan prosedur yang ada seperti DOEN, obat tercantum dalam daftar obat generik, daftar obat pelayanan kesehatan dasar, obat telah memiliki izin edar atau nomor registrasi dari Kementerian Kesehatan dan badan POM, obat memiliki sertifikat analisa dan uji mutu yang sesuai dengan nomor batch masing-masing produk dan obat diproduksi oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat yaitu kriteria obat dan perbekalan kesehatan atau memilih metoda pengadaan, persyaratan pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, penerimaan dan pemeriksaan obat serta pemantauan status pesanan.. Ada dilakukan pemilihan pemasok, adapun persyaratan pemasok yaitu yang memiliki izin pedagang besar farmasiindustri yang masih berlaku, sambil memperhatikan waktu pengadaan dan kedatangan obat serta pemantauan status pesanan. Obat yang kami pesan jika tidak sesuai dengan permintaan atau pesanan dan persyaratan, misalnya obat itu sudah rusak kemasannya kami pulangkan lagi kepada pemasok. Pengadaan obat tidak ada batasan, pengadaan obat sesuai dengan permintaan atau pesanan dan mutu obat yang kami miliki sudah baik. Pengadaan obat merupakan tanggung jawab semua bagian sehingga melibatkan semua karyawan dari ketua sampai bawahan. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pengadaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Haji Medan dilakukan sebulan sekali berdasarkan kartu stok yang diterima, yaitu semua obat dicatat dan diperiksa mulai dari penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak dan kadaluwarsa untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat, jumlah obat yang diterima, jumlah obat yang keluar, jumlah obat yang hilangrusakkadaluarsa dan jangka waktu kekosongan obat, kemudian gudang mangeluarkan obat. Pengadaan obat di instalasi farmasi tidak berdasarkan kartu stok yang ada sehingga pengadaan obat belum maksimal. Adapun penyebab belum maksimalnya pengadaan obat karena belum ada pembagian tugas yang jelas dari Universitas Sumatera Utara kepala instalasi farmasi tentang siapa yang ditunjuk sebagai petugas gudang dan siapa yang bertanggung jawab terhadap stok obat. Pengadaan obat telah sesuai dengan prosedur yaitu: 1 Daftar Obat Ensesial Nasional DOEN; 2 obat tercantum dalam daftar obat generik; 3 daftar obat Pelayanan Kesehatan Dasar PKD; 4 obat telah memiliki izin edar atau nomor registrasi dari Kementerian Kesehatan dan badan Pengawasan Obat dan Makanan POM; 5 obat memiliki sertifikat analisa dan uji mutu yang sesuai dengan nomor batch masing-masing produk; 6 obat diproduksi oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat yaitu: a kriteria obat dan perbekalan kesehatan atau memilih metoda pengadaan; b persyaratan pemasok; c penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat; d penerimaan dan pemeriksaan obat; e pemantauan status pesanan serta memiliki mutu yang baikberkualiatas. Pengadaan obat tidak ada batasan, pengadaan obat sesuai dengan permintaan atau pesanan dan mutu obat yang kami miliki sudah baik. Pengadaan obat merupakan tanggung jawab semua bagian sehingga melibatkan semua karyawan dari kepala sampai bawahan. Obat yang dipesan ke pemasok harus sesuai dengan pesanan atau permintaan dan persyaratan, jika tidak sesuai dengan permintaan atau pesanan dan persyaratan misalnya obat sudah rusak kemasannya, maka oleh pihak gudang obat tersebut dipulangkan kepada pemasok. Instalasi farmasi dalam melakukan pengadaan obat ada melakukan pemilihan pemasok, yaitu dengan memperhatikan persyaratan seperti memiliki izin pedagang besar farmasiindustri farmasi yang masih berlaku, sambil Universitas Sumatera Utara memperhatikan waktu pengadaan dan kedatangan obat serta pemantauan status pesanan. Kekosongan obat sering terjadi karena dokter tidak menulis resep sesuai dengan formularium, untuk obat yang jarang diresepkan pihak gudang menyediakan stok dalam jumlah yang sedikit, tidak terdektesinya obat yang hampir habis dan obat yang dipesan ke pemasok oleh pihak gudang kedatangannya sering terlambat. Bagi pasien yang menggunakan Asuransi Kesehatan ASKES atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK jika obat yang diresepkan terjadi kekosongan, maka yang membeli obatnya ke apotek luar adalah petugas gudang. Bagi pasien umum jika obat yang diresepkan terjadi kekosongan, maka yang membeli obatnya adalah pasienkeluarga pasien yang bersangkutan.

4.3.3 Pernyataan Informan Instalasi Farmasi tentang Pelaksanaan Penyimpanan