Manajemen Obat .1 Pengertian Manajemen Obat

4. Obat baru, yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, misalnya: lapisan, pengisi, pelarut serta pembantu atau komponen lain yang belum dikenal khasiat dan keamanannya. 5. Obat esensial, yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, prifilaksi terapi dan rehabilitasi. 6. Obat generik berlogo, yaitu obat yang tercantum dalam DOEN Daftar Obat Esensial Nasional dan mutunya terjamin, karena produksi sesuai dengan persyaratan CPOB Cara Pembuatan Obat yang Baik dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. 7. Obat wajib apotek, yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. 2.5 Manajemen Obat 2.5.1 Pengertian Manajemen Obat Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, menyatakan bahwa fungsi instalasi farmasi adalah memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit, merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal, mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit, menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku, menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian, mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan Universitas Sumatera Utara di rumah sakit serta menyediakan obat bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap. Aspek penting dari fungsi ini adalah upaya menilai efektivitas dan keamanan obat yang diberikan serta interakasinya dengan modulasi pengobatan yang lain. Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan paliatif, simptomatik, preventif dan kuratif terhadap penyakit serta berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Manajemen obat di instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu aspek penting, karena ketidakefisiennya akan memberi dampak negatif terhadap biaya operasional rumah sakit karena ketersediaan obat setiap saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan, maka pengelolaan yang efesien sangat menentukan keberhasilan manajemen obat di suatu rumah sakit secara keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimilikipotensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah faktor perencanaanperhitungan perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien. Permintaanpengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat juga merupakan suatu aspek penting dimana Universitas Sumatera Utara permintaan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan obat yang ada agar tidak terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat di instalasi farmasi rumah sakit. Kelebihan obat atau kekosongan obat tertentu dapat terjadi karena manajemen obat yang tidak akurat dan pemakaian obat yang tidak rasional. Agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka manajemen obat di instalasi farmasi rumah sakit perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan dan diharapkan, dimana dalam manajemen obat harus memperhatikan perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Adapun pengertian perencanaan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat dan pendistribusian obat di rumah sakit menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan tahun 1990, yaitu: 1. Perencanaan Obat Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan jumlah obat dalam rangka pengadaan. Adapaun tujuan perencanaan obat adalah untuk mendapatkan: a. Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan. b. Menghindari terjadinya kekosongan obat. c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional. d. Meningkatkan efesiensi penggunaan obat. Kegiatan pokok dalam perencanaan obat adalah sebagai berikut: 1 Seleksiperkiraan kebutuhan. a Memilih obat yang akan dibeli. Universitas Sumatera Utara b Menentukan jumlah obat yang akan dibeli. 2 Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. 2. Pengadaan Obat Pengadaan obat adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan farmasi. Adapun tujuan dari pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan mutu yang tinggi serta dapat diperoleh pada waktu yang tepat. Kegiatan dalam pengadaan obat, yaitu: a. Memilih metode pengadaan. b. Memilih pemasok. c. Menyiapkan dokumen kontrak. d. Memantau status pesanan. e. Penerimaan dan pemeriksaan obat Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1990. 3. Penyimpanan Obat Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Adapun tujuan dari penyimpanan obat adalah: a. Memelihara mutu obat. b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab. c. Menjaga kelangsungan persediaan. d. Memudahkan pencarian dan pengawasan. Universitas Sumatera Utara Kegiatan penyimpanan obat adalah sebagai berikut: 1 Pengaturan tata ruang dan penyususnan stok obat. 2 Pengamatan mutu obat. 3 Pencatatan stok obat Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1990. 4. Pendistribusian Obat Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu dari gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi pesanan atau permintaan unit-unit pelayanan kesehatan. Adapun tujuan dari pendistribusian obat, yaitu: a. Terlaksananya penyebaran obat secara merata dan teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. b. Terjaminnya mutu dan keabsahan obat secara ketepatan, kerasionalan dan efisiensi penggunaan obat Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1990. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, pengertian perencanaan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat dan pendistribusian obat adalah sebagai berikut: 1 Perencanaan Obat Perencanaan obat merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat serta dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, Universitas Sumatera Utara untuk menghindari kekosongaan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan, antara lain: konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Adapun pedoman perencanaan obat adalah sebagai berikut: a. Daftar Obat Esensial Nasional DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku. b. Data catatan medik. c. Anggaran yang tersedia. d. Penetapan prioritas. e. Siklus penyakit. f. Sisa persediaan. g. Data pemakaian periode yang lalu. h. Rencana pengembangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanan obat adalah: 1. Pola penyakit. 2. Kemampuandaya beli masyarakat. 3. Budaya masyarakat kebiasaan masyarakat setempat. 4. Pola penggunaan obat yang lalu. Menurut Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2008, menyatakan bahwa tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi adalah: Universitas Sumatera Utara a. Pemilihan Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar- benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasienkunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Adapun kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik seperti: 1 jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis; 2 hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal dan; 3 apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan dari penyakit yang prevalensinya tinggi. b. Kompilasi Penggunaan Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Adapun informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan, persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun seluruh unit pelayanan dan penggunaan rata-rata untuk setiap perbekalan farmasi. c. Perhitungan Kebutuhan Perhitungan kebutuhan dalam perencanaan dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu: 1 metode konsumsi adalah perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang Universitas Sumatera Utara harus diperhatikan dalam rangka mengitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan seperti pengumpulan dan penegelolaan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi dan penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana; 2 metode epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit dan perkiraan kenaikan kunjungan waktu tunggu. Adapun langkah-langkah dalam metode epidemiologi adalah menentukan jumlah pasien yang akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit, menyediakan fomulariumstandarpedoman perbekalan farmasi, menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi dan penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia dan; 3 kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi. d. Evaluasi Perencanaan Adapun carateknik evaluasi yang dapat dilakukan yaitu: 1 analisa nilai ABC yaitu untuk evaluasi aspek ekonomi; 2 pertimbangankriteria VEN yaitu untuk evaluasi aspek medikterapi; 3 kombinasi ABC dan VEN serta; 4 revisi daftar perbekalan farmasi. 2 Pengadaan Obat Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhann yang telah direncanakan dan disetujui yang bertujuan agar tersedianya sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan, melalui: 1. Pembelian. Universitas Sumatera Utara Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mndapatkan perbekalan farmasi. Proses pembelian mepunyai beberapa langkah yang baku dan merupakan siklus yang berjalan terus menerus sesuai dengan kegiatan rumah sakit. Ada 4 metode pada proses pembelian, yaitu: a. Tender terbuka, yaitu berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai denga kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan. Untuk pelaksanaannya memerlukan staf yang kuat, waktu yang lama serta perhatian penuh. b. Tender terbataslelang tertutup, yaitu hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan dengan lelang terbuka. c. Tawar menawar, yaitu dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu. d. Langsung, yaitu pembelian jumlah kecil dan perlu segera tersedia. Harga tetentu relatif agak lebih mahal. 2. Produksipembuatan sediaan farmasi. Produksi perbekalan farmasi di rumah sakit merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 3. Sumbanganhibah. Pada prinsipnya pengadaan obat dari sumbanganhibah, mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi regular. Perbekalan farmasi yang tersisa Universitas Sumatera Utara dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat situasi normal Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pada proses pengadaan obat ada 3 elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1 Pengadaan harus dilakukaan secara teliti karena apabila tidak teliti dapat menjadikan biaya tinggi. 2 Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sangat penting untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu misalnya persyaratan masa kadaluarsa, sertifikat analisastandar mutu harus mempunyai Material Safety Data Sheet MSDS, untuk bahan berbahaya dan alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin, waktu dan kelancaran bagi semua pihak dan lain-lain. 3 Order pemesanan agar barang cepat sesuai macam, waktu dan tempat. Untuk beberapa jenis obat seperti bahan aktif yang mempunyai masa kadaluarsa relatif pendek harus diperhatikan waktu pengadaannya. Untuk itu harus dihindari pengadaan dalam jumlah besar Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah: a. Instalasi farmasi hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah memiliki izin edar atau nomor registrasi. Universitas Sumatera Utara b. Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat dipertanggungjawabkan. c. Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari jalur resmi, yaitu pedagang besar farmasi, industri farmasi dan apotek lain. d. Dilengkapi dengan persyaratan administrasi seperti faktur dan lain-lain Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004. 3 Penyimpanan Obat Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang aman dan dapat menjamin mutunya, yaitu: a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya. b. Dibedakan menurut suhunya dan kestabilannya. c. Mudah tidaknya meledakterbakar. d. Tahantidaknya terhadap cahaya. e. Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin. f. Ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Hal – hal yang harus dilakukan dalam penyimpanan obat, yaitu: 1. Pemeriksaan organoleptik. 2. Pemeriksaan kesesuaian antara surat pesanan dan faktur. 3. Kegiatan administrasi penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. 4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada tempat yang dapat menjamin mutu bila ditaruh dilantai harus di atas palet, ditata rapi diatas rak, Universitas Sumatera Utara lemari khusus untuk narkotika dan psikotropik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Prosedur tetap penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, yaitu: a. Memeriksa kesesuaiaan nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang tertera pada faktur, kondisi fisik serta tanggal kadaluarsa. b. Memberi paraf dan stempel pada faktur penerimaan barang. c. Menulis tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada kartu stok. d. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan pada rak yang sesuai secara alfabetis menurut bentuk sediaan dan memperhatikan sistem FIFO First In First Out maupun FEFO First Expired First Out. e. Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai member etiket yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. f. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin stabilitasnya pada rak secara alfabetis. g. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan. h. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran pada akhir bulan. i. Menyimpan secara terpisah dan mendokumentasikan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang rusakkadaluarsa untuk ditindaklanjuti Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004. 4 Pendistribusian Obat Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan Universitas Sumatera Utara rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan, yaitu: a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada. b. Metode sentralisasi atau desentralisasi. c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Distribusi obat di instalasi farmasi rumah sakit dilakukan untuk melayani: 1. Pasien Rawat Jalan Pasienkeluarga pasien langsung menerima obat dari instalasi farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan diadakannya konseling pada pasienkeluarga pasien. 2. Pasien Rawat Inap Ada 4 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu: 1 Resep perorangan Individual Prescription Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien. Keuntungan dari sistem ini adalah resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker, ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat dan adanya legalisasian persediaan. Adapun kelemahan sistem ini adalah bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya dan obat dapat terlambat ke pasien. 2 Floor stock Universitas Sumatera Utara Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi. Keuntungan dari sistem ini adalah obat yang dibutuhkan cepat tersedia, meniadakan obat yang return, pasien tidak harus membayar obat yang lebih dan tidak perlu tenaga yang banyak. Adapun kelemahan sistem ini adalah sering terjadi kesalahan, seperti: kesalahan peracikan oleh perawat atau adanya kesalahan penulisan etiket, persediaan obat di ruangan harus banyak dan kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar. 3 One Day Dose Dispensing Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam dosis perhari yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat. Keuntungan dari sistem ini adalah pasien hanya membayar obat yang dipakai, tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat, menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat, kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada. 4 Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara sentralisasi dan desentralisasi. Adapun arti sentralisasi adalah semua obat dari farmasi pusat, sedangkan pengertian desentralisasi adalah adanya pelayanan farmasidepo farmasi. Sistem distribusi obat harus menjamin obat yang tepat diberikan Universitas Sumatera Utara kepada pasien yang tepat, dosis yang tepat dan jumlah yang tepat dan kemasan yang menjamin mutu obat Pamungkas, 2011. Menurut Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010, menyatakan bahwa dalam melakukan suatu manajemen obat diperlukan koordinasi dan keterpaduan sehingga pembentukan tim manajemen obat merupakan suatu kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar instansi yang terkait dengan manajemen obat.

2.6 Fokus Penelitian