Pelanggaran Pidana Pemilu Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pemilu

l Oranglembaga survey perhitungan cepat quickcount yang tidak mengumumkan bahwa hasil perhitungannya bukan merupakan hasil pemilu resmi; m Bawaslu Panwaslu yang tidak menindak lanjuti temuanlaporan pelanggaran Pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu KPU Cs dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilu. 58 B. Pengaturan Tindak Pidana dalam UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD

1. Pelanggaran Pidana Pemilu

Yang dimaksud dengan pelanggaran pidana Pemilu adalah pelanggaran terhadap ketentuan pidana Pemilu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 yang penyelesaiannya dilaksanakan melalui Pengadilan Umum. Menurut wujud dan sifatnya, perbuatan atau tindak pidana adalah perbuatan yang melawan hukum, perbuatan itu merugikan masyarakat dalam arti bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya tata pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil. 59 Penyidik Kepolisian Negara RI menyampaikan hasil penyidikannya disertai berkas perkara kepada Penuntut Umum, paling lama 14 empat belas hari sejak menerima laporan Bawaslu, Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten Kota. Apabila 58 Ibid 59 Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006, hal.345 Universitas Sumatera Utara hasil penyidikan belum lengkap, dalam waktu paling lama 3 tiga hari, Penuntut Umum, mengembalikan berkas kepada penyidik kepolisian, dengan disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi. Selanjutnya penyidik Kepolisian negara RI, dalam waktu paling lama 3 tiga hari sejak tanggal penerimaan berkas, harus sudah menyampaikan berkas perkara tersebut kepada Penuntut Umum. Kemudian barulah Penuntut Umum melimpahkan berkas perkara dimaksud kepada Pengadilan Negeri, paling lama 5 lima hari sejak menerima berkas perkara. Selanjutnya, Pengadilan Negeri memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana Pemilu menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, kecuali ditentukan lain dalam UU No. 10 Tahun 2008. Sidang pemeriksaan pidana Pemilu, dilakukan oleh Hakim Khusus, diatur dengan peraturan Mahkamah Agung. 60 Pengadilan Negeri memeriksa, mengadili dan memutus perkara pidana pidan Pemilu, paling lama 7 tujuh hari setelah pelimpahan berkas perkara. Apabila terdapat putusan Pengadilan dimaksud diajukan banding, permohonan banding diajukan paling lama 3 tiga hari setelah putusan dibacakan. Pengadilan Negeri melimpahkan berkas perkara permohonan banding kepada Pengadilan Tinggi, paling lama 3 tiga hari setelah permohonan banding diterima. 61 60 Abdullah, Rozali Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. 61 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutuskan perkara banding paling lama 7 tujuh hari setelah permohonan banding diterima. Putusan Pengadilan Tinggi dalam hal ini, merupakan putusan akhir dan mengikat, serta tidak ada upaya hukum lain. Kemudian, putusan pengadilan dimaksud harus sudah disampaikan kepada Penuntut Umum paling lama 3 tiga hari setelah putusan dibacakan dan harus dilaksanakan paling lama 3 tiga hari setelah putusan diterima oleh Jaksa. Putusan Pengadilan terhadap perkara tindak pidana pemilu yang dapat mempengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu harus sudah selesai paling lama 5 lima hari setelah KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional. KPU, KPU Provinsi dan KPU KabupatenKota wajib menindaklanjuti putusan Pengadilan tersebut. Salinan putusan Pengadilan harus diterima oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Kota dan peserta Pemilu pada hari putusan Pengadilan tersebut dibacakan. 62

2. Perselisihan Hasil Pemilu

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pemilu dan Proses Penyelesaian Perkaranya dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD

0 31 103

KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF BERDASARKAN PERATURAN KPU NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD

0 3 16

KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF BERDASARKAN PERATURAN KPU NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD

0 30 72

IMPLIKASI SISTEM PENGISIAN KEANGGOTAAN DPR MENURUT UNDANG­UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TERHADAP KUALITAS DEMOKRASI DI INDONESIA

0 4 85

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN ELECTORAL THRESHOLD DAN PARLIAMENTARY THRESHOLD MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD

0 5 125

ANALISIS PENETAPAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU TAHUN 2009 DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM, DPR, DPD DAN DPRD

0 14 127

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMILU DAN PROSES PENYELESAIAN PERKARANYA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD.

0 0 2

uuno8tahun2012 ttgpemiluanggotadpr dpddprd pasal19hakmemilih

0 1 150

Pemilihan umum anggota DPR dpd

0 0 1