Perselisihan Hasil Pemilu Ketentuan Pidana

Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutuskan perkara banding paling lama 7 tujuh hari setelah permohonan banding diterima. Putusan Pengadilan Tinggi dalam hal ini, merupakan putusan akhir dan mengikat, serta tidak ada upaya hukum lain. Kemudian, putusan pengadilan dimaksud harus sudah disampaikan kepada Penuntut Umum paling lama 3 tiga hari setelah putusan dibacakan dan harus dilaksanakan paling lama 3 tiga hari setelah putusan diterima oleh Jaksa. Putusan Pengadilan terhadap perkara tindak pidana pemilu yang dapat mempengaruhi perolehan suara Peserta Pemilu harus sudah selesai paling lama 5 lima hari setelah KPU menetapkan hasil Pemilu secara nasional. KPU, KPU Provinsi dan KPU KabupatenKota wajib menindaklanjuti putusan Pengadilan tersebut. Salinan putusan Pengadilan harus diterima oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Kota dan peserta Pemilu pada hari putusan Pengadilan tersebut dibacakan. 62

2. Perselisihan Hasil Pemilu

Perselisihan hasil Pemilu adalah perselisihan antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. Perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional, adalah perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat mempengaruhi perolehan kursi peserta Pemilu. 63 62 Ibid. 63 Ibid. Universitas Sumatera Utara Apabila terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional, peserta Pemilu dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil perhitungan suara oleh KPU kepada Mahkamah Konstitusional. Peserta Pemilu mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi, paling lama 3 x 24 tiga kali dua puluh empat jam, sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU. Dalam hal ini, KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Kota wajib menindaklanjuti putusan Mahkamah Konstiusi.

3. Ketentuan Pidana

Ketentuan pidana dalam UU No. 10 Tahun 2008 ini, memuat sejumlah tindak pidana Pemilu beserta sanksinya, yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu. Dalam undang-undang ini terdapat 51 lima puluh satu pasal yang merumuskan berbagai macam tindak pidana Pemilu, disertai sanksinya, baik berupa penjara, maupun denda. Di samping itu, ada juga sanksi berupa larangan tidak boleh mengikuti kampanye Pemilu khususnya untuk tindak pidana Pemilu yang berkaitan dengan kegiatan kampanye. 64 Ketentuan pidana Pemilu dimaksud, dapat kita lihat rumusan dan sanksinya dalam lampiran 1. 65 Pengaturan mengenai Pelanggaran Pidana Pemilu dalam UU No. 10 tahun 2008 tercantum dalam Pasal 252 sampai dengan Pasal 259. Dengan demikian, 64 Ibid. 65 Ibid. Universitas Sumatera Utara ketentuan yang tercantum dalam Pasal 260 sampai dengan Pasal 311 UU No. 10 tahun 2008 51 Pasal adalah ketentuan Pidana Pemilu yang apabila dilanggar akan dikategorikan sebagai pelanggaran pidana pemilu. 66 Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 253 UU No. 10 tahun 2008 ini memuat tenggang waktu yang dibutuhkan dalam proses penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut umum termasuk perbaikannya hingga pelimpahan berkas perkara ke Pengadilan Negeri mengenai pelanggaran pidana pemilu yaitu secara keseluruhan memakan waktu 14 hari + 3 hari + 3 hari + 5 hari = 25 hari. 67 Pasal 255 UU No. 10 tahun 2008 memuat tenggang waktu yang dibutuhkan untuk proses peradilan perkara pidana pemilu yang secara keseluruhan termasuk putusan banding memakan waktu 7 hari + 3 hari + 3 hari + 7 hari = 20 hari. 68 Pasal 256 UU No. 10 tahun 2008 memuat tenggang waktu penerimaan putusan pengadilan oleh Pentuntut umum dan eksekusinya yang memakan waktu 6 enam hari. 69 Pasal 257 UU No. 10 tahun 2008 memuat tenggang waktu putusan pengadilan terhadap kasus pelanggaran pidana pemilu yang mempengaruhi perolehan suara Peserta pemilu, yaitu 5 hari sebelum KPU menetapkan hasil pemilu secara nasional. Jadi, untuk pemilu legislatif 2009 yang pemungutan suaranya tanggal 9 April 2009, menurut Pasal 201 ayat 1 UU No. 10 tahun 2008 paling lambat 30 hari setelah 66 A. Mukhtie Fadjar, Pemilu yang Demokratis dan Berkualitas: Penyelesaian Hukum Pelanggaran Pemilu dan PHPU, Jurnal Konstitusi Volume 6 Nomor 1, April 2009. Mahkamah Konstitusi RI, hal. 8 67 Ibid hal. 9 68 Ibid 69 Ibid hal. 10 Universitas Sumatera Utara tanggal pemungutan suara, yaitu tanggal 9 Mei 2009, KPU sudah harus menetapkan hasil Pemilu secara nasional. Kelemahan Pasal 257 ayat 1 ini adalah tidak menjelaskan pelanggaran pidana pemilu mana saja yang dikategorikan dapat mempengaruhi hasil perolehan suara Peserta Pemilu, sehingga dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda antara BawasluPanwaslu, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, serta juga Peserta Pemilu. 70 Dari aturan-aturan tersebut di atas, jelas terlihat tenggang waktu yang relatif singkat dalam penyelesaian penanganan perkara tindak pidana pemilu. Hal mana sangat jauh berbeda dengan pelaksanaan hukum acara penyelesaian penanganan perkara tindak pidana umum sebagaimana yang diatur dalam KUHAP. Jadi, dalam hal ini, penyidik Polri tidak lagi sebagai pintu terdepan dalam penyelesaian penanganan perkara tindak pidana pemilu. Selain itu, antara Penyidik, Penuntut Umum, dan Pengadilan Negeri dipacu bekerja secara cepat. Keadaan ini sangat mempengaruhi kualitas pembuktian apalagi kalau tersangkanya adalah politikus yang berpengaruh sehingga waktu yang relatif singkat sangat berpengaruh dalam mengumpulkan fakta-fakta guna mendukung alat bukti sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 184 KUHAP. Dari sini terlihat, sebagaimana yang telah disebut pada bagian awal, bahwa warna politik sangat menentukan mau dibawa kemana arah hukum itu sendiri. Aspirasi politik untuk melindungi kepentingan politik beserta seluruh pengikutnya lebih mendominasi warna UU No.10 tahun 2008. Ruang gerak yang sangat terbatas membuat para pelaku kriminal sulit untuk dibawa ke meja 70 Ibid hal. 11 Universitas Sumatera Utara hijau sehingga kepentingan politik dari partai politik tetap dapat berjalan sesuai keinginan mereka. Dengan demikian, sesuai dengan Rapat Kerja Nasional Rakernas Internal Kejaksaan dalam Pengawasan Pemilu Panwaslu Provinsi dan Kesekretariatan 27 November 2008 di Jakarta, membagi ancaman hukuman pidana pemilu berdasarkan 7 tujuh tahapan, sebagaimana tercermin dalam Pasal 260-310 UU No. 102008 tentang Pemilu Legislatif dikelompokkan sebagai berikut : 1. Pasal 260-264 : Tindak Pidana Pemilu terkait dengan tahapan Pemutakhiran Data Pemilih dan Penyusunan Daftar Pemilih Tetap DPT. 2. Pasal 265-268 : Tindak Pidana Pemilu terkait dengan tahapan Pendaftaran Peserta Pemilu dan Penetapan Peserta Pemilu. 3. Pasal 269-281 : Tindak Pidana Pemilu terkait dengan tahapan Pelaksanaan Kampanye 4. Pasal 282 : Tindak Pidana Pemilu terkait dengan tahapan Masa Tenang 5. Pasal 283 sd 305 : Tindak Pidana Pemilu terkait dengan tahapan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara 6. Pasal 307 sd 308 : Tindak Pidana Pemilu terkait dengan tahapan Penetapan Hasil Pemilu. 7. Pasal 309 sd 310 : Tindak Pidana Pemilut terkait dengan Pelaksanaan Putusan Pengadilan. 71 71 Sisi Gelap Pemilu 2009 Potret Aksesori Demokrasi Indonesia, Ramdansyah, Jakarta : Rumah Demokrasi, Cetakan I, Maret 2010, hal. 44 Universitas Sumatera Utara

BAB III PROSES PENYELESAIAN PELANGGARAN TINDAK PIDANA PEMILU

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pemilu dan Proses Penyelesaian Perkaranya dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD

0 31 103

KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF BERDASARKAN PERATURAN KPU NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD

0 3 16

KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF BERDASARKAN PERATURAN KPU NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD

0 30 72

IMPLIKASI SISTEM PENGISIAN KEANGGOTAAN DPR MENURUT UNDANG­UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD TERHADAP KUALITAS DEMOKRASI DI INDONESIA

0 4 85

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN ELECTORAL THRESHOLD DAN PARLIAMENTARY THRESHOLD MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD

0 5 125

ANALISIS PENETAPAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU TAHUN 2009 DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM, DPR, DPD DAN DPRD

0 14 127

PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM KAMPANYE PEMILU DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1O TAHUN 2OO8 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD (STUDI KASUS DI PANWASLU KOTA PADANG).

0 0 6

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMILU DAN PROSES PENYELESAIAN PERKARANYA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD.

0 0 2

uuno8tahun2012 ttgpemiluanggotadpr dpddprd pasal19hakmemilih

0 1 150

Pemilihan umum anggota DPR dpd

0 0 1