Dalam hal putusan Pengadilan Negeri tersebut diajukan banding, permohonan banding paling lama 3 tiga hari setelah putusan dibacakan. Pengadilan Negeri
melimpahkan berkas perkara banding kepada Pengadilan Tinggi paling lama 3 tiga hari setelah permohonan banding diterima.
6. Pengadilan Tinggi memeriksa dan memutus perkara banding paling lama 7
tujuh hari setelah permohonan banding diterima. Putusan Pengadilan Tinggi merupakan putusan terakhir dan mengikat, serta tidak
ada upaya hukum lain. Putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi harus sudah disampaikan
kepada Penuntut Umum paling lama 3 tiga hari setelah putusan dibacakan. 7.
Dalam waktu paling lama 3 tiga hari setelah menerima putusan tersebut, Jaksa sudah melaksanakan putusan pengadilan tersebut.
3. Administrasi Perkara Tindak Pidana Pemilu
Sesuai dengan ketentuan hukum acara yang khusus diatur dalam Undang- undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD,
maka perlu ditetapkan sistem registrasi dan administrasi perkara tindak pidana Pemilu yang lebih singkat, cepat namun memperhatikan aspek legalitas dan kepadtian
hukum. Untuk administrasi perkara selain dicatat dalam register umum perkara
sebagaimana diatur dalam KEPJA Nomor: KEP-518AJA112001, agar dicatat juga secara tersendiri dengan menggunakan Register Perkara.
Universitas Sumatera Utara
Uraian di atas terdiri dari Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu yang bersumber dari UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu serta Kesepakatan Bersama antara Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian Negara RI, Ketua Badan Pengawas
Pemilihan Umum tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu dan Poal Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu Legislatif tahun 2009.
94
Dengan mempedomani Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Pemilu, diharapkan penyelesaian perkara Pemilu dapat berlangsung murah dan sederhana.
Organisasi penegakan hukum di dalam sentra Gakumdu sebagai organisasi yang khusus menangani Perkara Tindak Pidana Pemilu tahun 2009 dapat bergerak cepat,
lincah dalam menangani perkara Pemilu.
94
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAMBATAN YANG DIHADAPI PARA PENEGAK HUKUM
DALAM PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU
A. Potensi Problem Penegakan Hukum Tindak Pidana Pemilu
Dalam taliannya dengan UU Nomor 10 Tahun 2008, ternyata jauh lebih banyak mengatur ketentuan pidana untuk mencegah perbuatan curang dari peserta
Pemilu. Kendatipun demikian, ini tidak mencegah orang untuk berbuat curang, yang potensi-potensi pelanggaran menganga dalam praktiknya di lapangan. Sebagai
contoh, perbuatan seseorang yang pada masa tenang memberikan atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada pemilih dengan maksud agar pemilih tersebut
memilih calon atau peserta pemilu tertentu.
95
Pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara UU Nomor 10 Tahun 2008 mengatur sanksi pidana terhadap KPPS yang secara sengaja tidak memberikan
salinan berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi peserta Pemilu danatau Pengawas Pemilu. Namun, UU ini tidak secara jelas mengatur sanksi
bagi PPK, KPU kabupatenkota, KPU provinsi, dan KPU, bila pada akhirnya mereka tidak memberikan berita acara dan sertifikat rekapitulasi perolehan suara kepada saksi
peserta Pemilu dan pengawas Pemilu.
96
Penegakan hukum Pemilu sering terhambat karena perbedaan penafsiran Penyidik Polri atas tugas dan fungsi jajaran Pengawas Pemilu terkait ketentuan Pasal
95
Nur Hidayat Sardini, Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu, Jakarta 2009.www.Nur Hidayat Sardini.com., Catatan Harian Ketua Bawaslu.
96
Ibid
Universitas Sumatera Utara