Ruang Publik Ditinjau dari Aspek Sosial

5.2 Ruang Publik Ditinjau dari Aspek Sosial

Aktivitas pengunjung yang terekam dalam ruas jalan ini meliputi aktivitas olah raga, interaksi sosial, atau hanya sekedar rekreasi dengan keluarga. Dan karena panjangnya area kajian 6,7 km, maka peneliti membaginya dalam 6 segmen, berikut adalah pemetaan perilaku pengunjung car free day yang diambil dalam 3 durasi waktu yang berbeda dan dibagi dalam 6 segmen, yaitu: 1. Segmen 1 : ruas jalan Bank Indonesia – Sarinah 2. Segmen 2 : ruas jalan Bundaran Hotel Indonesia 3. Segmen 3 : ruas jalan Stasiun SudirmanDukuh Atas 4. Segmen 4 : ruas jalan Sudirman Flyover 5. Segmen 5 : ruas jalan Jembatan Semanggi 6. Segmen 6 : ruas jalan Senayan a. Dari hasil pemetaan perilaku di segmen 1 gambar 5.20, 5.21, dan 5.22 terlihat aktifitas pengunjung lebih banyak berada di sisi timur dibanding sisi barat hal ini disebabkan dengan adanya: b. Sisi timur merupakan arus masuk kawasan car free day. c. Letaknya yang berada di sebelah timur menyebabkan ruas jalan ini terasa teduh di pagi hari karena mendapat naungan dari bayangan vegetasi dan deretan bangunan yang ada. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nazaruddin 1996 yang menyatakan bahwa ruang publik dalam fungsinya sebagai area sosial Universitas Sumatera Utara dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul oleh berbagai macam golongan, dimana kegiatan yang terjadi dapat beragam seperti olah raga dan bermain dengan suasana yang nyaman dan teduh dengan vegetasi yang cukup rindang. d. e. Koridor barat merupakan jalur arus balik, sehingga sebagian besar hanya pengunjung yang ingin kembali pulang saja yang melewati jalur ini. f. Pada durasi waktu 06.00-08.00 WIB terlihat kepadatan pengunjung hampir merata di sepanjang koridor. g. Pada durasi waktu 08.00-10.00 WIB pengunjung terlihat lebih banyak berkumpul didepan tenda–tenda partisipan yang rata–rata mengadakan promosi yang dapat menarik perhatian pengunjung. h. Pada durasi 10.00-12.00 WIB terlihat pengunjung berangsur-angsur meninggalkan arena untuk melakukan aktifitas masing-masing. Sesuai dengan pendapat i. Aktifitas-aktifitas menjadikan ruang publik kota menarik, amusing dan tak terduga. Gehl-Gemzoe 1996 yang menyatakan bahwa pertunjukan dan aktifitas kebudayaan yang hadir dalam suatu ruang terbuka publik merupakan atraksi yang menarik dan akan menjadi magnet tersendiri sehingga mengundang pengunjung dalam jumlah yang sangat besar untuk menikmatinya. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.20 Pemetaan Perilaku di Segmen 1 Durasi 06.00-08.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.21 Pemetaan Perilaku di Segmen 1 Durasi 08.00-10.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.22 Pemetaan Perilaku di Segmen 1 Durasi 10.00-12.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Melalui pemetaan perilaku terlihat bahwa car free day ditinjau dari aspek sosial telah dapat menampung berbagai aktifitas pengunjung, baik aktifitas wajib seperti berjalan maupun aktifitas pilihan seperti duduk–duduk, atau aktifitas rekreatif lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gehl - Gemzoe 1996 bahwa pengunjung hanya akan terlibat dalam aktifitas pilihan jika tempat dan kondisinya memungkinkan, pada saat menghabiskan waktu dalam ruang terbuka publik menjadi sangat menyenangkan. Pada durasi waktu 10.00-12.00 WIB, koridor mulai terlihat sepi karena banyak pengunjung yang beristirahat atau sekedar duduk-duduk di bawah naungan vegetasi, di sekitar tenda partisipan gambar 5.23 atau di depan sarinah. Sumber: Observasi 2010 Gambar 5.23 Kerumunan Pengunjung didepan Salah Satu Tenda Partisipan Hasil pemetaan perilaku di segmen 2 gambar 5.24, 5.25, dan 5.26 menunjukkan bahwasanya: a. Ruas jalan ini merupakan tempat favorit baik bagi para pengunjung, partisipan maupun pedagang kaki lima, hal ini terlihat dari sangat Universitas Sumatera Utara padatnya ruas jalan ini di 3 tiga durasi waktu pengamatan, banyaknya pengunjung di bundaran Hotel Indonesia telah menjadikannya node dari kawasan. b. Jika dilihat dari hasil pengamatan di lapangan, serta yang lebih banyak berkumpul di bundaran Hotel Indonesia adalah pengunjung dengan rentang usia 10-20 tahun yang biasanya datang bersama teman-teman untuk berinteraksi di sana, dan para partisipan pun sebagian besar memilih lokasi ini karena pemandangan yang bagus dan potensi pasar yang besar. c. d. Pada durasi waktu 06.00-08.00 WIB terlihat kepadatan pengunjung hampir merata di sepanjang koridor. Pada durasi waktu 08.00-10.00 WIB pengunjung terlihat lebih banyak berkumpul didepan tenda–tenda partisipan yang rata–rata mengadakan promosi yang dapat menarik perhatian pengunjung. Hal ini sesuai dengan pendapat e. Ruang terbuka publik yang baik akan mampu menyuguhkan kesempatan bagi para pengunjung untuk terlibat dalam aktifitas santai dan menikmati waktu yang mereka habiskan di ruang publik tersebut. Gehl-Gemzoe 1996 yang menyatakan bahwa pertunjukan dan aktifitas kebudayaan yang hadir dalam suatu ruang terbuka publik merupakan atraksi yang menarik dan akan menjadi magnet tersendiri sehingga mengundang pengunjung dalam jumlah yang sangat besar untuk menikmatinya. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.24 Pemetaan Perilaku di Segmen 2 Durasi 06.00-08.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.25 Pemetaan Perilaku di Segmen 2 Durasi 08.00 – 10.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.26 Pemetaan Perilaku di Segmen 2 Durasi 10.00-12.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara a. Pemetaan perilaku di segmen 3 gambar 5.27, 5.28, dan 5.29 menggambarkan: b. Aktifitas pengunjung banyak terkonsentrasi di sekitar tenda–tenda partisipan yang mengadakan acara–acara promosi. c. Aktifitas pedagang kaki lima selain tercatat di sekitar tenda partisipan juga banyak berada di depan Stasiun Sudirman, yang merupakan akses keluar masuk pengunjung yang kebanyakan berasal dari luar kota Jakarta. d. Pada durasi waktu 06.00-08.00 WIB terlihat kepadatan pengunjung hampir merata di sepanjang koridor. e. Pada durasi waktu 10.00-12.00 WIB, banyak pengunjung yang duduk– duduk di bawah pohon yang berada di jalur hijau jalan, dan dari hasil pengamatan tercatat bahwa aktifitas ini didominasi oleh pengunjung dari kalangan muda. Sejalan dengan pendapat Gehl-Gemzoe yang menyatakan bahwa pada saat tempat duduk primer tidak tersedia maka pengunjung akan memilih tempat duduk sekunder, dan pada kenyataannya pengunjung yang duduk di tempat duduk sekunder lebih banyak dijumpai dibanding bangku taman, dan tempat duduk sekunder juga lebih populer di kalangan orang muda pada saat kaum tua hanya akan duduk jika bangku–bangku tersedia. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.27 Pemetaan Perilaku di Segmen 3 Durasi 06.00-08.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.28 Pemetaan Perilaku di Segmen 3 Durasi 08.00-10.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.29 Pemetaan Perilaku di Segmen 3 Durasi 10.00-12.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara a. Sedangkan di segmen 4 gambar 5.30, 5.31, dan 5.32, segmen 5 gambar 5.33, 5.34, dan 5.35, dan segmen 6 gambar 5.36, 5.37, dan 5.38 tidak tercatat aktifitas pengunjung yang jauh berbeda, umumnya: b. Pada durasi waktu 06.00-08.00 WIB terlihat kepadatan pengunjung hampir merata di sepanjang koridor. c. Pada durasi waktu 10.00-12.00 WIB pengunjung yang duduk–duduk di bawah pohon yang berada di jalur hijau jalan, dan dari hasil pengamatan tercatat bahwa aktifitas ini didominasi oleh pengunjung dari kalangan muda. d. Di sisi barat terlihat jumlah pengunjung yang lebih banyak daripada sisi timur karena ini merupakan akses masuk pengunjung yang berasal dari selatan kota Jakarta. e. Tidak terlihat tenda-tenda partisipan disana karena memang ruas jalan ini cenderung sepi dari pengunjung. f. Pedagang kaki lima yang berada disana juga tidak banyak hanya terlihat di beberapa persimpangan jalan atau di sekitar jembatan penyeberangan yang ada. Banyaknya vegetasi yang berada di jalur hijau di sepanjang ruas jalan, menjadikan tempat ini dipilih oleh pengunjung untuk sekedar duduk– duduk dibawahnya. Seperti yang telah dikemukakan oleh Roy dalam Budiharjo 1997 bahwa ruang publik dapat mengakomodasi kebutuhan warganya akan kontak sosial, berteman dan berkomunikasi. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.30 Pemetaan Perilaku di Segmen 4 Durasi 06.00-08.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.31 Pemetaan Perilaku di Segmen 4 Durasi 08.00-10.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.32 Pemetaan Perilaku di Segmen 4 Durasi 10.00-12.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.33 Pemetaan Perilaku di Segmen 5 Durasi 06.00-08.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.34 Pemetaan Perilaku Pengunjung di Segmen 5 Durasi 08.00-10.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.35 Pemetaan Perilaku di Segmen 5 Durasi 10.00-12.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.36 Pemetaan Perilaku di Segmen 6 Durasi 06.00-08.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.37 Pemetaan Perilaku di Segmen 6 Durasi 08.00-10.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Gambar 5.38 Pemetaan Perilaku di Segmen 6 Durasi 10.00-12.00 WIB Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Universitas Sumatera Utara Ruang publik merupakan third place yang melengkapi first place yaitu rumah tinggal dan second place yaitu tempat kerja. Car free day dalam fungsinya sebagai ruang publik juga telah menampung berbagai macam aktifitas pengunjung, baik itu aktifitas oleh raga jogging, jalan sehat, bersepeda, senam, bermain futsal hingga berkuda, interaksi sosial antar pengunjung maupun sebagai sarana rekreasi keluarga. Indikator yang menggambarkan implikasi positif dari car free day sebagai ruang publik kota adalah: a. Jumlah pengunjung yang mencapai 15.000 orang dalam setiap pelaksanaannya, yang berasal dari berbagai penjuru kota Jakarta bahkan dari luar kota Jakarta. b. Durasi aktifitas yang dilakukan oleh pengunjung, dimana 8 pengunjung beraktifitas selama 1-3 jam dan 92 pengunjung telah beraktifitas lebih dari 3 jam di sini gambar 5.39. 20 40 60 80 100 1 - 3 jam 3 jam 3 jam 1 - 3 jam Gambar 5.39 Diagram Durasi Aktifitas Pengunjung Sumber: Data Primer Diolah, 2011 c. Tingkat kepuasan pengunjung meliputi: a. Variasi aktifitas yang dapat dilakukan dalam car free day 15 menyatakan netral dan 85 menyatakan puas gambar 5.40. Universitas Sumatera Utara 20 40 60 80 100 netral puas puas netral Gambar 5.40 Diagram Kepuasan Pengunjung Terhadap Variasi Aktifitas Sumber: Data Primer Diolah, 2011 b. Fungsi car free day sebagai ruang sosial 15 menyatakan tidak puas, 7 menyatakan netral dan 78 menyatakan puas gambar 5.41. 20 40 60 80 100 tidak puas netral puas puas netral tidak puas Gambar 5.41 Diagram Kepuasan Pengunjung Terhadap Fungsi Car Free Day Sebagai Ruang Sosial Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Dari indikator-indikator di atas dapat terlihat bahwa car free day sebagai ruang terbuka publik telah menghadirkan kehidupan publik yang lebih baik ditinjau dari aspek sosial, dimana pengunjung merasa nyaman menghabiskan waktu disana dalam durasi waktu yang tidak singkat dengan berbagai variasi aktifitas yang beragam. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gehl-Gemzoe 1996 bahwa pengunjung hanya terlibat dalam aktifitas pilihan jika tempat dan kondisinya memungkinkan, pada saat menghabiskan waktu dalam ruang terbuka publik menjadi Universitas Sumatera Utara sangat menyenangkan. Dan ruang terbuka publik yang baik akan mampu menyuguhkan kesempatan bagi para pengunjung untuk terlibat dalam aktifitas santai dan menikmati waktu yang mereka habiskan di ruang publik tersebut. Dan salah satu cara untuk menilai kualitas suatu ruang publik kota bukanlah dari jumlah orang yang hadir didalamnya melainkan bagaimana mereka menghabiskan waktu di dalam ruang publik kota tersebut. Dari hasil pemetaan perilaku juga dapat dilihat bahwa car free day sebagai ruang terbuka publik telah memenuhi unsur passive engagement, active engagement dan discovery. Sesuai dengan yang diutarakan oleh Carr et al dalam Carmona dkk 2003 bahwa ruang publik akan berperan secara baik jika mengandung unsur passive engagement, active engagement. Passive engagement adalah kegiatan pasif dapat dilakukan dengan cara duduk-duduk atau berdiri sambil melihat aktifitas yang terjadi disekelilingnya atau melihat pemandangan yang berupa taman, air mancur, patung atau karya seni lainnya, active engagement adalah aktifitas kontakinteraksi antar anggota masyarakat teman, keluarga, atau orang asing.

5.3 Ruang Publik Ditinjau dari Aspek Ekologis