hari, walaupun perkara tersebut belum selesai diperiksa oleh penyidik PPNS, tersangka harus sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
102
PPNS-LH dalam melakukan penangkapan dan penahanan berkoordinasi dengan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, dan dalam hal
melakukan penyidikan, PPNS-LH memberitahukan kepada penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan penyidik pejabat polisi Negara Republik
Indonesia memberikan bantuan guna kelancaran penyidikan.
103
PPNS-LH memberitahukan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum dengan tembusan kepada penyidik pejabat polisi Negara Republik
Indonesia, dan hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil disampaikan kepada penuntut umum.
104
Berdasarkan Pasal 95 UUPPLH, dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup, dapat dilakukan penegakan hukum
terpadu antara penyidik pegawai negeri sipil, kepolisian, dan kejaksaan di bawah koordinasi Menteri. Pelaksanaan penegakan hukum terpadu diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
105
2. Permasalahan Dalam Penyidikan Perkara Pidana Lingkungan
Tindak pidana di bidang lingkungan hidup biasanya banyak yang terkait dengan pengaturan atau berkenan dengan perbuatan pelanggaran atas
kebijakan penguasa administratif yang biasanya bersifat preventif, dan terkait
102
Ibid
103
Ibid, hal. 12.
104
Ibid
105
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dengan larangan bertindak tanpa izin. Hal ini menjadikan muncul pendapat bahwa kewenangan hukum pidana untuk melakukan penyidikan dan
pemeriksaan selebihnya hanya akan dimungkinkan jika sarana lain penegakan hukum lainnya telah diupayakan dan gagal daya kerja
subsidiaritas hukum pidana.
106
Dalam penegakan hukum lingkungan, terdapat azas ultimum remedium, dimana hukum pidana sebagai upaya terakhir, atau penjatuhan
pidana jika sanksi-sanksi hukum lainnya administratif atau perdata terbukti tidak memadai dalam menanggulangi kasus lingkungan hidup. Azas ini tidak
sepenuhnya mengandung kebenaran atau mutlak untuk dijalankan, oleh karena bisa terjadi adanya keengganan pihak pemerintah untuk melakukan
tindakan administratif atau pemerintah setempat enggan untuk terlibat dalam kasus tersebut karena adanya hubungan kepentingan personal yang mana
pengusaha tersebut memiliki hubungan dengan partai politik atau pihak penguasa, apakah tetap melaksanakan hukum pidana sebagai upaya terakhir,
sementara telah terjadi pelanggaran terhadap lingkungan bahkan telah menimbulkan kerugian serta memunculkan rasa ketidakadilan.
107
UUPPLH, dalam penjelasan umumnya, hanya memandang hukum pidana sebagai upaya terakhir ulmitimum remedium bagi tindak pidana formil
tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan, sebagaimana diatur dalam Pasal 100 UUPPLH. Sementara untuk
tindak pidana lainnya yang diatur selain Pasal 100 UUPPLH, tidak berlaku
106
Ibid, hal. 22.
107
Ibid
Universitas Sumatera Utara
asas ultimum remedium, yang diberlakukan asas premium remedium mendahulukan pelaksanaan penegakan hukum pidana.
108
Penegakan hukum pidana dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dengan
konsekuensi adanya keterjalinan hukum pidana dengan hukum administrasi.
109
Keterjalinan upaya penyidikan hukum pidana dengan sarana hukum administrasi yang lebih cenderung melaksanakan tugasnya dalam rangka
prevensi atau memandang pelanggaran masalah lingkungan sebagai yang harus dipecahkan, diberi nasehat danatau perbaikan keadaan akan
menjadikan penegakan hukum lingkungan lebih baik jika berjalan dengan bersinergi, atau menjadi kendala jika tidak bersinergi.
110
B. Alat Bukti Elektronik Dalam Perkara Pidana 1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi