Faktor Penyebab Terjadinya Perluasan Alat Bukti Dalam Perkara Pidana Lingkungan

berkembang ide untuk mengadopsi norma-norma dalam hukum lingkungan ke dalam rumusan pasal-pasal Undang-Undang Dasar sehingga kedudukannya lebih kuat. Dengan di cantumkan dalam Undang-Undang Dasar setiap produk undang- undang yang dibuat oleh lembaga parlemen dapat dikontrol karena harus tunduk pada norma konstitusi. Forum parlemen yang biasanya harus mengkompromikan pelbagai kepentingan yang saling bertentangan sebagaimana tercermin dalam kehidupan msyarakat yang diwakili oleh para wakil rakyat itu harus menundukkan diri pada konstitusi sebagai hukum tertinggi.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perluasan Alat Bukti Dalam Perkara Pidana Lingkungan

Dalam kasus perusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP. 112 Di samping itu, pembuktian unsur hubungan kausal merupakan kendala tersendiri. Pencemaran lingkungan sering terjadi secara kumulatif, sehingga sulit untuk membuktikan sumber pencemaran, terutama yang bersifat kimiawi. 113 Dengan perkembangan kemajuan di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi, berkembang pula hal-hal atau cara-cara yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam hubungan kepidanaan yang terjadi di masyarakat modern dewasa ini dalam hal pidana lingkungan. Hal ini sejalan dengan 112 Siti Sundari Rangkuti, Op. Cit., hal. 218. berbagai fakta sejarah yang berkembang dimana modus-modus kejahatan dilakukan dengan 113 Siti Sundari Rangkuti, Loc. Cit. Universitas Sumatera Utara berbagai cara dan tindakan yang selalu berubah-ubah guna mengelabui proses penyidikan. Seiring dengan perkembangan dalam masyarakat yang disertai dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, timbul pula bermacam alat bukti dalam hukum kepidanaan dalam hal ini pidana lingkungan di luar yang telah diatur dalam peraturan acara pidana. Dimulai dengan munculnya fotokopi sampai dengan dikenal dan digunakannya alat bukti elektronik. Putusan Mahkamah Agung tanggal 14 April 1976 No. 7 KSip1974, menyebutkan bahwa fotokopi dapat diterima sebagai alat bukti apabila fotokopi itu disertai keterangan atau dengan jalan apapun secara sah dapat ditunjukkan bahwa fotokopi tersebut sesuai dengan aslinya 114 Foto potret dan hasil rekaman suara atau gambar dalam perkembangannya termasuk hasil rekaman CCTV, berdasarkan literatur tidak dapat dijadikan alat bukti karena dapat saja merupakan hasil rekayasa sehingga tidak dapat membuktikan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dalam perkembangannya dewasa ini, dengan kemajuan teknologi di bidang informasi dan telekomunikasi, asli atau tidaknya suatu foto dan hasil rekaman suara atau gambar dapat diketahui dengan menggunakan teknik tertentu. Demikian juga halnya dengan fax dan microfilm atau microfische dapat dianggap sebagai alat bukti tertulis. . Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini menyebabkan semakin marak pula hubungan hukum yang dilakukan masyarakat melalui media 114 Yurisprudensi Indonesia, tahun 1976, hal. 549 Universitas Sumatera Utara internet, tidak dapat dipungkiri pula semakin bertambah keanekargaman sengketa pidana yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam upaya penegakan hukum lingkungan di Indonesia, faktor yang menyebabkan terjadinya perluasan alat bukti dalam pembuktian perkara pidana lingkungan seperti yang tertuang dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada pasal 96 huruf f mengatur mengenai alat bukti lain yang meliputi informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik, magnetik, optik, danatau yang serupa dengan itu; danatau alat bukti data, rekaman, atau informasi yang dapat dibaca, dilihat dan didengar yang dapat dikeluarkan dengan danatau tanpa bantuan statu sarana, baik yang tertuang diatas kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, simbol atau perporasi yang memiliki makna atau yang dapat dipahami atau dibaca. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERANAN ALAT BUKTI DALAM SISTEM PEMBUKTIAN

PERKARA PIDANA LINGKUNGAN

A. Pidana Lingkungan

UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UUPPLH telah disahkan dan diundangkan pada 3 Oktober 2009 menggantikan UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini banyak memperkenalkan ketentuan baru diantaranya menyangkut penegakan hukum pidana lingkungan hidup. Dalam ketentuan pidananya, UUPPLH mencantumkan ancaman hukuman penjara dan denda bagi pejabat yang mengeluarkan perizinan tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak menjalankan fungsi pengawasan dalam pengelolaan lingkungan. Ketentuan ini sebelumnya tak diatur dalam UU sebelumnya. Pertanyaanya kemudian akan efektifkah ancaman hukuman ini? Pidana Lingkungan UUPPLH memuat ketentuan pidana yang diatur dalam Bab XV sejumlah 23 pasal pasal 97 – 120. Jumlah ini berbeda jauh dengan UU No.23 tahun 1997 yang hanya memuat 7 pasal ketentuan pidana pasal 42-48. UUPPLH memperkenalkan ancaman pidana minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi. Juga yang terbilang progresif UUPPLH mengatur penjatuhan sanksi pidana bagi pejabat Universitas Sumatera Utara