Arti Alat Bukti Alat Bukti Dalam UUPPLH

BAB II PERLUASAN ALAT BUKTI

DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

A. Arti Alat Bukti

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa 48 Sejalan dengan pengertian di atas, Andi Hamzah juga memberikan batasan hampir sama tentang bukti dan alat bukti yaitu: . 49 sesuatu untuk meyakinkan kebenaran suatu dalil, pendirian atau dakwaan. Alat-alat bukti ialah upaya pembuktian melalui alat-alat yang diperkenan untuk dipakai membuktikan dalil-dalil, atau dalam perkara pidana dakwaan di sidang pengadilan, misalnya keterangan terdakwa, kesaksian, keterangan ahli, surat dan petunjuk, dalam perkara perdata termasuk persangkaan dan sumpah. Bambang Waluyo memberikan batasan bahwa alat bukti adalah: 50 suatu hal barang dan non barang yang ditentukan oleh undang-undang yang dapat dipergunakan untuk memperkuat dakwaan, tuntutan atau gugatan 48 Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Mandar Maju, hal. 11 49 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 99. 50 Bambang Waluyo, Sistem Pembuktian dalam Peradilan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 3. Universitas Sumatera Utara maupun guna menolak dakwaan, tuntutan dan gugatan. Sedangkan jenis- jenis alat bukti sangat bergantung kepada hukum acara yang dipergunakan, misalnya apakah hukum acara pidana, acara perdata atau acara tata usaha negara. Universitas Sumatera Utara

B. Alat Bukti Dalam UUPPLH

Ada 6 enam jenis alat bukti yang terdapat dalam UUPPLH. Pasal 96 menyebutkan bahwa alat bukti tersebut adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa, danatau alat bukti lain termasuk yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dari kelima alat bukti sebagaimana dikenal dalam KUHAP, UUPPLH telah memperkenalkan alat bukti lain sebagai perluasan alat bukti yang telah diatur dalam KUHAP, meliputi, informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik, magnetik, optik, danatau yang serupa dengan itu; danatau alat bukti data, rekaman, atau informasi yang dapat dibaca, dilihat, dan didengar yang dapat dikeluarkan dengan danatau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apa pun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, simbol, atau perporasi yang memiliki makna atau yang dapat dipahami atau dibaca. Dalam praktik, muncul berbagai jenis yang dapat dikategorikan sebagai alat bukti elektronik seperti misalnya e-mail, pemeriksaan saksi menggunakan video conference teleconference, system layanan pesan singkatSMS, hasil rekaman kamera tersembunyi cctv, informasi elektronik, tiket elektronik, datadokumen elektronik, dan sarana elektronik lainnya sebagai media penyimpanan data. 51 51 Efa Laela Fakhriah, 2009, Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata, PT. Alumni Bandung, hal. 114. Universitas Sumatera Utara Informasi yang diucapkan secara elektronik dalam UUPPLH dapat berupa video conference teleconference, atau pun video rekaman dapat dijadikan alat bukti dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup. Hal ini berkaitan dengan rekaman video yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat terhadap aktifitas pengolahan air limbah oleh suatu kegiatan dan atau usaha. Rekaman ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa telah terjadi penyimpangan dalam pengelolaan air limbah suatu kegiatan dan atau usaha. 52 Mengenai alat bukti, George Whitecross Paton menyebutkan bahwa: Rekaman ini selanjutnya dapat dijadikan dalam bentuk foto dan rekaman suara yang selanjutnya akan dimanfaatkan dalam proses penyidikan oleh PPNSLH ketika permasalahan ini dilaporkan ke instansi pengelola lingkungan hidup bahwa diduga telah terjadi pencemaran lingkungan yang diduga dilakukan oleh pelaku usaha dan atau kegiatan. Rekaman video dimaksud akan diperkuat keabsahannya dengan keterangan yang melakukan perekaman dan saksi-saksi yang ikut dalam proses perekaman tersebut. 53 Evidence may be either oral words spoken by a witness in court, documentary the production of admissible document, or material the production of a physical rest other than a document. A witness’s description of a murder which he witnessed is oral evidence; a blackmailing letter which the victim sent to the prisoner is documentary evidence; the knife with which the murder was committed is material evidence. 52 Hasil wawancara dengan salah seorang staf BLH Provinsi Sumatera Utara, Agustus 2011. 53 Paton. G.W., A text book of Jurisprudence, second edition, Oxford At The Clarendon Press, London, 1955, No. 481. Perhatikan juga Efa Laela Fakhriah, 2009, Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata, P.T. Alumni Bandung, hal. 15. Universitas Sumatera Utara Jadi menurut Paton, alat bukti dapat bersifat oral, documentary, atau material. Dalam praktek penerapan bukti elektronik, hasil cetak dari dokumen atau informasi tidak langsung dapat diterima sebagai alat bukti yang berdiri sendiri. Menurut Ridwan 54 Suatu bukti elektronik dapat memiliki kekuatan hukum apabila informasinya dapat dijamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses dan dapat ditampilkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Orang atau pihak-pihak yang mengajukan bukti elektronik di persidangan harus dapat menunjukkan bahwa informasi yang dimilikinya berasal dari sistem elektronik yang dapat dipercaya yang pembuatannya dilakukan oleh Penyelenggara Sertifikat Elektronik dan Sistem Elektronik Bukti elektronik baru dapat dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Suatu bukti elektronik dapat memiliki kekuatan hukum apabila informasinya dapat dijamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses, dan dapat ditampilkan, sehingga menerangkan suatu keadaan. Berkaitan dengan hal tersebut, Alvi Syahrin mengatakan 55 54 Hakim PN Cianjur, Varia Peradilan No. 296 Juli 2010 55 Syahrin, Alvi, 2011, Ketentuan Pidana Dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PT. Sofmedia, hal. 13 – 14. Universitas Sumatera Utara Suatu alat bukti yang dipergunakan di pengadilan perlu memenuhi beberapa syarat, diantaranya: a. Diperkenankan oleh undang-undang untuk dipakai sebagai alat bukti. b. Reability, yaitu alat bukti tersebut dapat dipercaya keabsahannya. c. Necessity, yakni alat bukti yang diajukan memang diperlukan untuk membuktikan suatu fakta. d. Relevance, yaitu alat bukti yang diajukan mempunyai relevansi dengan fakta yang akan dibuktikan. Universitas Sumatera Utara

C. Perluasan Alat Bukti Dalam UUPPLH 1. Latar Belakang Perluasan Alat Bukti