Batasan dan Rumusan Masalah
diperlukan tindakan pembentukan hukum pemenrintah tanpa menunggu mekanisme DPR RI.
9
Bagir Manan mengemukakan pendapatnya tentang unsur kegentingan memaksa yang harus
menunjukan dua ciri umum
10
, yaitu adanya keadaan krisis dan mendesak. Keadaan krisis yang dimaksud adalah dimana suatu
keadaan dapat dikatakan sebagai krisis apabila terdapat suatu gangguan yang menimbulkan kegentinganya. Kemudian adanya sifat
mendesak, artinya adalah suatu keadaan dapat dikatakan kegentingan memaksa apabila suatu tindakan atau pengaturan dengan segera tanpa
menunggu permusyawaratan terlebih dahulu. 2.
Kerangka Konseptual a.
Kewenangan Secara bahasa, kata kewenanangan berasal dari kata wewenang
yang berarti hak dan kekuasaan untuk bertindak atau juga berarti kekuasaan membuat keputusan yang memiliki akibat hukum setelah
dikeluarkannya keputusan tersebut.
11
Philipus M
.
Hadjon membagi
9
http:sumbar.antaranews.comberita117575perppu-untuk-negara-dalam-keadaan- genting diunduh pada tanggal 20 Juni 2015
10
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, h.157
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988, h. 1011
wewenang atas dua cara yaitu atribusi dan delegasi
12
. Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan besluit yang
langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat
besluit oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain tersebut. Dengan kata penyerahan, berarti adanya perpindahan tanggung jawab dan yang
memberi delegasi delegans kepada yang menerima delegasi delegetaris.
b. Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung diselenggarakan atas kedaulatan rakyat democratie melalui sistem secara langsung. Penyaluran kedaulatan
rakyat secara langsung direct democracy dilakukan melalui pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pelaksanaan referendum
untuk menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap rencana perubahan atas pasal-pasal tertentu dalam Undang-Undang Dasar.
Dapat juga disalurkan melalui pelaksanaan hak atas kebebasan berpendapat, berorganisasi, berserikat, dan pers, serta hak-hak yang
dijamin lainya oleh konstitusi.
13
12
Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang Pemerintahan Bestuurbevoegdheid, Pro Justitia Tahun XVI Nomor I Januari 1998, h. 90
13
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h.59