tentang kondisi negara, meskipun alasan dalam keadaan yang memaksa tersebut dilandaskan pada pertimbangan subjektif dan prerogatif Presiden.
6
Terkait dengan hal di atas penulis tertarik untuk membahasnya
dengan judul Syarat Hal Ihwal Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembuatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Studi
Analisis Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan penelitian ini, maka permasalahan penelitian ini akan dibatasi. Pembuatan Perpu didasarkan oleh Asas Hal
Ihwal Kegentingan Yang Memaksa dan penilaian subjektifitas Presiden.
Penelitian ini hanya membahas tolak ukur Asas Hal Ihwal Kegentingan
Yang Memaksa terhadap pembuatan Perpu No 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
6
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Cetakan kedua, Jogjakarta: FH UII Pres 1997, h.153
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran dan batasan masalah tersebut diatas maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut : a.
Bagaimana kedudukan Hal Ihwal Kegentingan Yang Memaksa dalam pembuatan Perpu No.1 Tahun 2014 ?
b. Apa tolak ukur Presiden dalam pembuatan Perpu ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kedudukan Hal Ihwal Kegentingan Yang Memaksa
dalam pembuatan Perpu No.1 Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui tolak ukur Presiden dalam pembuatan Perpu.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat secara teoritis, praktis, dan akademis yakni: a.
Secara teoritis, penelitian ini memberikan penjelasan tentang tolak ukur subjektif Presiden dan asas Hal Ihwal Kegentingan Yang Memaksa
dalam pembuatan Perpu No.1 Tahun 2014. b.
Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada para peminat hukum tata negara, dan praktisi ketatanegaraan dalam melihat
produk Perpu yang berkualitas atas dasar kepentingan rakyat.
c. Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar
Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
a. Kewenangan Presiden Menurut UUD 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 22 ayat 1 menyatakan bahwa :
“Dalam hal ihkwal kepentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti undang- undang”. Di dalam penjelasan
Pasal 22 sebelum perubahan amandemen UUD 1945 dijelaskan bahwa, pasal ini mengenai Noodverordeningsrecht Presiden.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu adalah suatu peraturan yang dibentuk oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang
memaksa, yang
berarti pembentukannya
memerlukan alasan-alasan tertentu, yaitu adanya keadaan mendesak, memaksa atau darurat. Dikatakan juga bahwa dapat dirumuskan
sebagai keadaan yang sukar, penting dan terkadang krusial sifatnya yang tidak dapat diduga, diperkirakan atau diprediksi sebelumnya,
serta harus ditanggulangi segera pembentukan peraturan perundang- undangan yang setingkat dengan undang-undang.
Diterbitkanya Perpu oleh Presiden adalah suatu hal yang tidak melanggar konstitusional atau mengakibatkan inkonstitusional, karena
secara jelas termaktub di dalam UUD 1945.
7
Permasalahan yang mungkin terjadi ketika Presiden mengeluarkan Perpu tidak mengacu
pada asas “hal ihwal kegentingan yang memaksa”.
c. Pendapat Pakar Hukum Tentang Asas Hal Ihwal Kegentingan Yang
Memaksa Menurut Jimlly Ashidiqie terdapat 3 tiga unsur penting yang
dapat menimbulkan suatu kegentingan yang memaksa yakni, unsur ancaman yang membahayakan, unsur yang mengharuskan, dan unsur
keterbatasan waktu.
8
Menurut Profesor Lauddin Marsuni dapat dirumuskan kegentingan yang memaksa adanya situasi bahaya atau
situasi genting, kedua adanya situasi bahaya atau genting mengancam keselamatan negara jika pemerintah tidak cepat mengambil tindakan
hukum konkrit, ketiga adanya situasi yang sangat mendesak sehingga
7
Pasal 22 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Dalam hal ihkwal kepentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-
undang”.
8
Jimly Asshidiqie, “Hukum Tata Negara Darurat”, h.207-208
diperlukan tindakan pembentukan hukum pemenrintah tanpa menunggu mekanisme DPR RI.
9
Bagir Manan mengemukakan pendapatnya tentang unsur kegentingan memaksa yang harus
menunjukan dua ciri umum
10
, yaitu adanya keadaan krisis dan mendesak. Keadaan krisis yang dimaksud adalah dimana suatu
keadaan dapat dikatakan sebagai krisis apabila terdapat suatu gangguan yang menimbulkan kegentinganya. Kemudian adanya sifat
mendesak, artinya adalah suatu keadaan dapat dikatakan kegentingan memaksa apabila suatu tindakan atau pengaturan dengan segera tanpa
menunggu permusyawaratan terlebih dahulu. 2.
Kerangka Konseptual a.
Kewenangan Secara bahasa, kata kewenanangan berasal dari kata wewenang
yang berarti hak dan kekuasaan untuk bertindak atau juga berarti kekuasaan membuat keputusan yang memiliki akibat hukum setelah
dikeluarkannya keputusan tersebut.
11
Philipus M
.
Hadjon membagi
9
http:sumbar.antaranews.comberita117575perppu-untuk-negara-dalam-keadaan- genting diunduh pada tanggal 20 Juni 2015
10
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, h.157
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988, h. 1011