Tujuan dan Manfaat Penelitian

wewenang atas dua cara yaitu atribusi dan delegasi 12 . Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan besluit yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat besluit oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain tersebut. Dengan kata penyerahan, berarti adanya perpindahan tanggung jawab dan yang memberi delegasi delegans kepada yang menerima delegasi delegetaris. b. Demokrasi Langsung Demokrasi langsung diselenggarakan atas kedaulatan rakyat democratie melalui sistem secara langsung. Penyaluran kedaulatan rakyat secara langsung direct democracy dilakukan melalui pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pelaksanaan referendum untuk menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap rencana perubahan atas pasal-pasal tertentu dalam Undang-Undang Dasar. Dapat juga disalurkan melalui pelaksanaan hak atas kebebasan berpendapat, berorganisasi, berserikat, dan pers, serta hak-hak yang dijamin lainya oleh konstitusi. 13 12 Philipus M. Hadjon, “Tentang Wewenang Pemerintahan Bestuurbevoegdheid, Pro Justitia Tahun XVI Nomor I Januari 1998, h. 90 13 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h.59 c. Demokrasi Perwakilan Demokrasi perwakilan diwujudkan dalam tiga cabang kekuasaan yang tercermin dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Dewan Perwakilan Daerah DPD sebagai pemegang kekuasaan legislatif. Dalam menjalankan kebijakan pokok Pemerintahan dan mengatur ketentuan hukum berupa UUD dan Undang-Undang pelembagaan kedaulatan rakyat itu disalurkan melalui sistem perwakilan. Di daerah provinsi dan kabupatenkota, pelembagaan demokrasi perwakilan disalurkan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. d. Hal Ihwal Kegentingan Yang Memaksa Segala sesuatu yang membahayakan negara dan kedaulatan rakyat tentu selalu memiliki sifat yang menimbulkan “kegentingan yang memaksa ”, tetapi kegentingan yang memaksa tidak selalu membahayakan. Terkait dengan penafsiran mengenai kegentingan yang memaksa oleh Presiden, memang belum ada literatur yang dapat menjelaskan tentang ukuran secara jelas ataupun patokan perihal klasifikasi khusus tentang keadaan memaksa. Semua pertimbangan tersebut diserahkan sepenuhnya oleh Presiden secara subjektif, artinya penentuan adanya “kegentingan yang memaksa” tersebut baru bersifat