Sejalan dengan hal tersebut, hasil analisa data dalam penelitian ini menemukan korelasi negatif antara affective commitment dengan cyberloafing.
Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dengan affective commitment memiliki tingkat cyberloafing yang rendah karena cyberloafing merupakan kegiatan yang
mengurangi produktivitas.
2. Hubungan continuance commitment terhadap cyberloafing
Dari hasil pengujian statistik yang dilakukan, didapat korelasi sebesar - 0,439 dan p = 0,000 dengan hipotesa 1 arah Tabel 4.7. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara continuance commitment dengan cyberloafing. Hasil analisis data tersebut mendukung hipotesa penelitian
yaitu continuance commitment berhubungan positif dengan cyberloafing. Artinya, semakin tinggi continuance commitment karyawan, semakin tinggi frekuensi
cyberloafing. Hasil tersebut mendukung penelitian Allen dan Meyer 1990 yang
menyatakan bahwa continuance commitment berkorelasi negatif dengan perilaku yang diharapkan dalam organisasi. Menurut Allen dan Meyer 1990 Continuance
Commitment didasarkan pada dua faktor, yakni Investasi yang telah mereka buat di organisasi, dan persepsi bahwa tidak ada alternatif lain. Individu dengan
continuance commitment tidak memandang dirinya dan organisasi memiliki ikatan emosional. Dalam hal ini pekerjaan dilakukan tidak secara langsung demi
pengembangan organisasi namun adalah karena keuntungan yang bisa didapatkan.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang telah disebutkan, Individu dengan continuance commitment berada di sebuah organisasi karena tidak ada pekerjaan lain dan pertimbangan
materi lainnya bukan didasarkan pada keinginannya secara emosional untuk berada dalam organisasi. Hal ini bisa berarti individu memiliki tujuan dan nilai-
nilai yang berbeda dengan organsasi. Sehingga toleransi perilaku yang menyimpang seperti cyberloafing juga lebih tinggi karena asosiasi individu
dengan organisasi didasarkan pada perhitungan keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh bukan pada kesamaan nilai dan tujuan Beck Wilson, 2000. Selain
itu, komponen continuance yang tinggi pada individu membuat dirinya tidak ingin melakukan pekerjaan lebih dari apa yang menjadi tanggunjawab pekerjaannya
karena pada dasarnya bekerja dalam organisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan. Komitmen continuance merupakan komitmen yang muncul atas dasar
pertimbangan ekonomi bukan kelekatan emosional sehingga terdapat
kemungkinan individu dengan komponen continuance yang tinggi lebih mudah bosan ketika bekerja sehingga terlibat dalam cyberloafing.
3. Hubungan