31
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha untuk menjawab permasalahan, memahami peraturan, dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan datang
Nursalam, 2001. Pada bab ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode
pengumpulan sampel, metode pengambilan data dan metode analisa data.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni : 1.
Variabel Bebas : Komponen Komitmen Organisasi, yaitu, a.
Affective Commitment b.
Continuance Commitment c.
Normative Commitment 2.
Variabel Tergantung : Cyberloafing
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Cyberloafing
Cyberloafing adalah frekuensi perilaku karyawan yang menggunakan internet baik milik organisasiperusahaan atau miliki pribadi yang tidak
berhubungan dengan pekerjannya pada saat jam kerja. Perilaku ini diukur berdasarkan dua kategori, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Browsing, aktivitas browsing untuk melihat hal-hal yang tidak
berhubungan dengan kerja pada saat jam kerja. b.
E-mailing, yakni aktivitas mengirim, menerima, dan memeriksa e- mail yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pada saat jam kerja.
Frekuensi Cyberloafing dapat diketahui dengan alat ukur berupa skala adaptasi cyberloafing Lim dan Chen 2009 yaitu aktifitas browsing dan e-
mailing. Skor total dari komponen emailing dan browsing akan menunjukkan perilaku cyberloafing karyawan dalam perusahaan. Skor yang tinggi
mengindikasikan bahwa individu memiliki frekuensi cyberloafing yang tinggi. Sebaliknya skor yang rendah mengindikasikan bahwa individu jarang atau
memiliki frekuensi cyberloafing yang rendah.
2. Komponen Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen, yakni affective commitment, continuance commitment, dan normative
commitment. Komponen Affective Commitment adalah kelekatan emosional individu
pada organisasi yang membuat dirinya mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi, terlibat dalam organisasi dan mempertahankan keanggotannya dalam
organisasi. Komponen Continuance adalah komitmen yang didasarkan pada perhitungan keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh atau penghargaan ekstrinsik
yang diperoleh. Komponen normative adalah komitmen yang didasarkan pada
perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan pada organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Komitmen organisasi karyawan diungkap melalui revisi skala adaptasi komitmen organisasi Allen dan Meyer 1990. Semakin tinggi skor individu pada
skala affective commitment, maka individu dapat digolongkan sebagai orang yang memiliki affective commitment. Begitu juga hal nya dengan normative
commitment dan continuance commitment.
C. SUBJEK PENELITIAN
Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat
yang sama Hadi, 2000. Subjek dalam sebuah populasi memiliki karakter yang membedakannya dengan subjek dari populasi yang lain Azwar, 2010. Penelitian
ini merupakan penelitian populasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 124 karyawan. Skala dibagikan sebanyak 124 kepada responden dan skala yang kembali dan bisa digunakan sebanyak 70 skala.
Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memiliki akses internet di tempat kerja
Dalam hal ini, akses internet yang dimaksud tidak terbatas pada internet yang difasilitasi oleh perusahaan namun juga internet pribadi karyawan.
b. Karyawan bekerja minimal enam bulan Hal ini berdasarkan asumsi bahwa karyawan telah mengidentifikasikan
dirinya dengan organisasi sehingga dapat muncul komitmen organisasi Baron Greenberg, 1995.
Universitas Sumatera Utara
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala merupakan perangkat pertanyaan atau pernyataan yang disusun untuk
mengungkap atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan tersebut Azwar, 2002.
1. Skala Komitmen Organisasi
Untuk mengungkap data mengenai komponen komitmen organisasi yang dimiliki karyawan maka digunakan skala adaptasi komitmen organisasi
berdasarkan komponen komitmen organisasi oleh Allen Meyer 1990 yakni skala affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.
Skala adaptasi komitmen organisasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan revisi skala Allen Meyer oleh Stephen Jaros 2007. Skala ini terdiri
dari 17 aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Setiap aitem terdiri dari 5 pilihan jawaban yakni SS Sangat Setuju, S Setuju, N Netral, Tidak Setuju
TS, dan STS Sangat Tidak Setuju. Untuk aitem favorable penilaiannya adalah SS Sangat Setuju akan diberi
skor 5, S Setuju akan diberi skor 4, N Netral akan diberi skor 3, TS Tidak Setuju akan diberi skor 2, dan STS Sangat Tidak Setuju akan diberi skor 1.
Sedangkan untuk aitem unfavorable penilaiannya adalah STS Sangat Tidak Setuju akan diberi skor 5, TS Tidak Setuju akan diberi skor 4, N Netral akan
diberi skor 3, S Setuju akan diberi skor 2, dan SS Sangat Setuju akan diberi skor 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Blue Print Skala Komitmen organisasi
N o.
Komponen Favorable
Unfavorable Jumlah aitem
Bobot
1 Affective
1,2,3,7 4,5,6,8
8 40
2 Continuance
9,10,11,12,13, 14
- 6
30 3
Normative 15,16,17,18,19
,20 -
6 30
Total 20
100
2. Skala
Cyberloafing
Untuk memperoleh data mengenai perilaku cyberloafing karyawan, penelitian ini menggunakan skala perilaku cyberloafing yang diadaptasi dari skala
Lim dan Chen 2009. Skala ini terdiri dari 12 item favorable. Setiap aitem terdiri dari 5 pilihan jawaban yakni SS Sangat Sering, S Sering, K Kadang, J
Jarang, dan TP Tidak Pernah. Penilaian untuk aitem akan bergerak dari 5 ke 1, skor akan diberikan 5 untuk jawaban SS dan 1 untuk jawaban TP.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Blue Print Skala
Cyberloafing No.
1 Kategori
Pernyataan Jumlah
Bobot
1 Emailing
10,11, 12 3
25 2
Browsing 1,2,3,4,5,6,7,8,9
9 75
Total 12
100
E. UJI INSTRUMEN PENELITIAN
Guna mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan
terpercaya. Hasil penelitian dapat diinterpretasikan dengan tepat bila kesimpulannya didasarkan pada data yang diperoleh lewat suatu proses
pengukuran yang tinggi validitas dan reliabilitasnya, serta objektif Azwar, 2012. 1.
Validitas Alat Ukur Validitas merupakan sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan
Universitas Sumatera Utara
tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah Azwar, 2012.
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah validitas isi. Validitas isi bertujuan untuk menguji relevansi aitem dengan
tujuan ukur skala yang mana penilaian ini tidak dapat dilakukan oleh peneliti sendiri, namun juga memerlukan penilaian dari orang yang kompeten expert
judgemement. 2. Uji Daya Beda Aitem
Daya diskriminasi aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki
atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang
dikenal dengan istilah konsistensi aitem total. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem
dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total.
Pengujian daya diskriminasi aitem ini dilakukan dengan mengkolerasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi
Pearson Product Moment secara komputasi dengan program SPSS for windows 20,0 version. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan
skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien
Universitas Sumatera Utara
korelasinya rendah dan mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya rendah. Bila koefisien korelasi yang
dimaksud ternyata berharga negatif, dapat dipastikan terdapat kecacatan serius pada aitem yang bersangkutan Azwar, 2012. Koefisien korelasi aitem total yang
digunakan pada penelitian ini adalah r
ix
≥ 0,30. 3. Reliabilitas Alat Ukur
Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran kecil.
Pengertian reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran Azwar, 2012.
Teknik yang digunakan dalam mengukur reliabilitas alat ukur ini adalah teknik reliabilitas koefisien Alpha Cronbach dengan koefisien lebih besar dari 0,05.
Penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 20.0 for Windows untuk menguji reliabilitas alat ukur. Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00, maka semakin tinggi reliabilitas alat ukur tersebut.
Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 0, maka semakin rendah reliabilitas alat ukurnya.
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR