Hubungan Affective Commitment terhadap Cyberloafing

4. Kategorisasi Skor Normative Commitment Tabel 4.12 Kategorisasi Normative commitment No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 X ≥ 22 Tinggi 46 65,71 2 14 ≤ X 22 Sedang 22 31,42 3 X 14 Rendah 2 2,87 Total 70 100 Mean empirik normative commitment � = 22.73 berada pada kisaran skor tinggi yang berarti hasil analisa menunjukkan bahwa kategori normative commitment subjek mengarah pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa terdapat 46 orang 65,71 berada pada kategori tinggi.

E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Hubungan Affective Commitment terhadap Cyberloafing

Pada penelitian ini, peneliti memeriksa hubungan antara affective commitment dengan cyberloafing. Adapun yang menjadi hipotesa yaitu “Affective commitment berkorelasi negatif dengan cyberloafing”. Dari hasil pengujian statistik yang dilakukan, didapat korelasi sebesar - 0,338 dan p = 0,002 dengan hipotesa 1 arah Tabel 4.7. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara affective commitment dengan cyberloafing. Hasil analisis data tersebut mendukung hipotesa penelitian yaitu affective commitment berhubungan negatif dengan cyberloafing. Artinya, Universitas Sumatera Utara semakin tinggi affective commitment karyawan, semakin rendah cyberloafing demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rogojan 2009 yang menyatakan komitmen organisasi berkorelasi negatif dengan workplace deviant behavior, dimana salah satu bentuk dari workplace deviant behavior adalah cyberloafing. Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian Khan 2010 yang menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara affective commitment dengan performa kerja. Sementara itu cyberloafing mengurangi performa dalam bekerja karena cyberloafing merupakan salah satu bentuk deviant workplace behavior tipe production behavior Lim, 2002. Meyer dan Allen 1984 mendefinisikan Affective Commitment sebagai komitmen yang berkaitan dengan seberapa besar keinginan individu untuk berada di organisasi. Individu dengan affective commitment berada dalam organisasi karena memang ingin melakukannya. individu yang memiliki Affective Commitment turut berpartisipasi dalam pengembangan organisasi, memiliki kelekatan emosional dengan organisasi, dan bermaksud mempertahankan hubungan dengan organisasi. Porter Mowday 1982 menyatakan bahwa affective commitment terjadi karena individu memiliki kesamaan nilai dan meyakini tujuan organsasi. Berkaitan dengan penggunaan internet di tempat kerja, maka hal itu pun dilakukan untuk kemajuan dan pencapaian organisasi bukan untuk tujuan personal. Individu dengan komitmen afektif memiliki kelekatan emosional dengan organisasinya sehingga akan melakukan hal-hal yang memberikan keuntungan bagi organisasi. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan hal tersebut, hasil analisa data dalam penelitian ini menemukan korelasi negatif antara affective commitment dengan cyberloafing. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dengan affective commitment memiliki tingkat cyberloafing yang rendah karena cyberloafing merupakan kegiatan yang mengurangi produktivitas.

2. Hubungan continuance commitment terhadap cyberloafing