Pengaruh Pemberian Post Chlorination Terhadap Pertumbuhan Mikroba Pada Air Yang Telah Diolah

(1)

PENGARUH PEMBERIAN

POST CHLORINATION

TERHADAP

PERTUMBUHAN MIKROBA PADA AIR YANG TELAH

DIOLAH

TUGAS AKHIR

OLEH: GUSTINA NIM 122410007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Pemberian Post Chlorination Terhadap Pertumbuhan Mikroba Pada Air Yang Telah Diolah” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga akhirnya terselesaikan Tugas Akhir ini. Terutama, dorongan dari kedua oarng tua penulis baik moril maupun materil serta doa dan kepada saudara penulis yang telah memberi semangat agar penulis tidak pernah berhenti untuk menempuh cita - cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara


(4)

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga selesainya tugas akhir ini.

5. Seluruh dosen/staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Sunggal yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.

7. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun. Oleh karena itu, penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, April 2015 Penulis

Gustina


(5)

Pengaruh Pemberian Post Chlorination Terhadap Pertumbuhan Mikroba Pada Air Yang Telah Diolah

Abastrak

Air adalah materi essensial yang diperlukan untuk kehidupan manusia. Air sungai Belawan yang dari hulu ke hilir melewati Kecamatan Pancur Batu dan Medan sunggal telah banyak mengalami pengotoran yang disebabkan oleh banyaknya penduduk yang membuang sampah rumah tangga ke sungai sehingga menurun. kualitas air sungai Belawan menurun. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan, maka diperlukan usaha untuk mengolah air kotor menjadi air yang layak untuk digunakan. Pengolahan air dilakukan dengan menggunakan metode fisik, metode kimia, dan metode pengolahan khusus.

Pengolahan air dengan metode fisik dilakukan dengan cara penyaringan dan sedimentasi. Metode kimia dilakukan dengan penambahan bahan kimia berupa koagulan dan desinfeksi, sedangkan dengan menggunakan metode khusus dilakukan untuk menghilangkan rasa, bau, dan besi.

Klorin merupakan desinfeksi yang ideal. Klor adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Klorin juga cukup stabil (tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah. Klorin dapat bekerja secara efektif sebagai desinfektan jika berada di dalam air dengan pH sekitar 7.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri koliform. Dari pengujian pengaruh pemberian post chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah dengan menggunakan metode angka lempeng total pada air sungai belawan tanpa penambahan bahan kimia diperoleh hasil sebesar 900 cfu/ml, sedangkan setelah penambahan post chlorination diperoleh angka lempeng total relatif lebih kecil yaitu sebesar 40 cfu/ml, sehingga sebelum air dikonsumsi air tersebut harus dimasak terlebih dahulu.

Kata kunci: Air, Bakteri Koliform,Post Chlorination


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.2 Sumber Air ... 5

2.2.1 Air Permukaan ... 5

2.2.2 Air Tanah ... 6

2.2.3 Air Atmosfir ... 7


(7)

2.3 Klasifikasi Mutu Air ... 7

2.4 Golongan Air ... 8

2.5 Syarat-Syarat Air Minum ... 9

2.6 Pengolahan Air ... 10

2.6.1 Metode Pengolahan Fisik ... 10

2.6.2 Metode Pengolahan Kimia ... 12

2.6.3 Metode Pegolahan Khusus ... 14

2.7 Klorin ... 14

2.7.1 Proses Klorinasi ... 14

2.7.2 Cara Kerja Klorin ... 15

2.7.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Klorin ... 16

2.7.4 Metode Klorinasi ... 17

2.7.5 Dampak Klorinasi Air ... 17

BAB III METODE PENGUJIAN ... 19

3.1 Tempat ... 19

3.2 Sampel, Alat Dan Bahan ... 19

3.2.1 Sampel ... 19

3.2.2 Alat ... 19

3.2.3 Bahan ... 19

3.3 Pembuatan media ... 20

3.3.1 Pembuatan Media NaCl 9% ... 20


(8)

3.4 Prosedur ... 20

3.4.1 Sterilisasi Alat ... 20

3.4.2 Pengenceran ... 21

3.4.3 Pengujian Sampel ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Sampel ... 27 2. Diagram Alir ... 28 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Menkes/ per/ IV/ 2010

tanggal 19 April 2010 tentang persyaratan kualitas air minum .... 32 4. Gambar Alat ... 36 5. Gambar Tahapan Pengujian ... 38 6. Skema Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ... 39


(12)

Pengaruh Pemberian Post Chlorination Terhadap Pertumbuhan Mikroba Pada Air Yang Telah Diolah

Abastrak

Air adalah materi essensial yang diperlukan untuk kehidupan manusia. Air sungai Belawan yang dari hulu ke hilir melewati Kecamatan Pancur Batu dan Medan sunggal telah banyak mengalami pengotoran yang disebabkan oleh banyaknya penduduk yang membuang sampah rumah tangga ke sungai sehingga menurun. kualitas air sungai Belawan menurun. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan, maka diperlukan usaha untuk mengolah air kotor menjadi air yang layak untuk digunakan. Pengolahan air dilakukan dengan menggunakan metode fisik, metode kimia, dan metode pengolahan khusus.

Pengolahan air dengan metode fisik dilakukan dengan cara penyaringan dan sedimentasi. Metode kimia dilakukan dengan penambahan bahan kimia berupa koagulan dan desinfeksi, sedangkan dengan menggunakan metode khusus dilakukan untuk menghilangkan rasa, bau, dan besi.

Klorin merupakan desinfeksi yang ideal. Klor adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Klorin juga cukup stabil (tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah. Klorin dapat bekerja secara efektif sebagai desinfektan jika berada di dalam air dengan pH sekitar 7.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri koliform. Dari pengujian pengaruh pemberian post chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah dengan menggunakan metode angka lempeng total pada air sungai belawan tanpa penambahan bahan kimia diperoleh hasil sebesar 900 cfu/ml, sedangkan setelah penambahan post chlorination diperoleh angka lempeng total relatif lebih kecil yaitu sebesar 40 cfu/ml, sehingga sebelum air dikonsumsi air tersebut harus dimasak terlebih dahulu.

Kata kunci: Air, Bakteri Koliform,Post Chlorination


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara, sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa air minum. Air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain (Chandra, 2011).

Air merupakan alat untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lain. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya memerlukan air tidak saja untuk keperluan kehidupan hayatinya, melainkan juga untuk kehidupan budaya dan keagamaannya (Mahida, 1984).

Tubuh kita sebagian besar terdiri dari air. Proses kimia yang terjadi dalam tubuh ialah proses metabolisme, proses metabolisme dapat berlangsung dengan bantuan air. Molekul air juga ikut berperan dalam reaksi kimia metabolisme. Air merupakan alat untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu ke bagian lain, misalnya darah sebagian besar terdiri dari air, mengalir ke seluruh bagian tubuh dan membawa oksigen yang terikat pada sel darah merah ke semua sel dalam tubuh. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh (Mahida, 1984).


(14)

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah 83%. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35 – 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2011).

Air bersih yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak dicemari bahan organik maupun anorganik, dan tidak mengandung kuman patogen yang membahayakan kesehatan manusia. Air bersih harus memenuhi persyaratan yang dijadikan standar kualitas air bersih. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah parameter mikrobiologi. Air mungkin saja terlihat jernih, tidak berbau, dan tidak berasa tetapi tidak aman untuk diminum. Air yang baik untuk diminum ialah air yang bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis berminat untuk menuliskan tentang “Pengaruh Pemberian Post Chlorination Terhadap Pertumbuhan Mikroba Pada Air Yang Telah Diolah” karena penulis menganggap penting untuk mengetahui kualitas air bersih yang digunakan.


(15)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya pemeriksaan mikroba pada air yang telah diberi perlakuan dengan tawas dan klorin adalah untuk adalah mengetahui apakah dengan perlakuan tersebut air sudah dapat memenuhi persyaratan PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010.

1.2.2 Manfaat

Dengan melakukan pemeriksaan ini penulis dapat mengetahui bagaimana prosedur penjernihan air yang layak untuk diminum dan untuk menambah wawasan


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari perpaduan dua atom H (hidrogen) dan satu atom O (oksigen) dengan formula atau rumus molekul H2O. Air yang berada

dialam ditemukan dalam wujud padat, cair, dan gas pada tekanan atmosfer (76 cm-Hg) dan didinginkan sampai 0 . Air bersifat netral dalam keadaan normal (murni), dan dapat melarutkan berbagai zat. Air akan pecah menjadi unsur H dan O pada suhu 2500 (Manik, 2009).

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tidak akan ada kehidupan. Kebutuhan air menyangkut dua hal, yang pertama air untuk kehidupan kita sebagai makhluk hayati dan yang kedua air untuk kehidupan kita sebagai yang makhluk berbudaya (Mahida, 1984).

Ketersediaan air bersih yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor, lebih dari 97% air di muka bumi merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Air yang tersisa hanya 3% dan 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap air, yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar–benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat


(17)

di danau, sungai, dan air tanah. Air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh yang ada, jika ditinjau dari segi kualitasnya (Effendi, 2003).

2.2 Sumber Air 2.2.1 Air Permukaan

Air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan. Air ini mendapat pengotoran selama pengalirannya. Pengotorannya seperti, lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan sebagainya. Pengotoran ini terjadi secara fisik, kimia dan bakteriologi (biologi) sehingga menyebabkan kualitas air permukaan menjadi berbeda–beda (Waluyo, 2009).

Air permukaan dibagi menjadi air sungai dan air rawa atau danau. Air sungai mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Air minum harus melalui proses panjang sedangkan air danau kebanyakan berwarna yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk. Pembusukan dari zat-zat organik menyebabkan kadar Fe dan Mn juga semakin tinggi sehingga kelarutan oksigen menjadi sangat berkurang sampai mencapai keadaan anaerob (Waluyo, 2009).

Air danau atau air tawar biasanya ditumbuhi alga pada permukaannya. Pengambilan air rawa sebaiknya dilakukan pada kedalaman yang tengah agar endapan Fe dan Mn tidak terbawa demikian juga dengan alga dan lumut yang ada di permukaan (Waluyo, 2009).


(18)

2.2.2 Air Tanah

Air tanah secara umum terbagi menjadi: 1. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah. Lumpur dan bakteri akan tertahan sehingga air tanah dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung zat-zat kimia (garam-garam terlarut) karena melalui lapisan tanah yang memiliki unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapis tanah. Air tanah dangkal memiliki kedalaman sampai 15 meter.

2. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat pada lapisan rapat air yang pertama. Kualitas air tanah dalam lebih baik jika dibandingkan kualitas air tanah dangkal karena pada air tanah dalam terjadi penyaringan yang lebih sempurna terutama untuk bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Kualitas air tanah dalam masih sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.

3. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak dipengaruhi oleh musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan munculnya ke permukaan tanah dibagi menjadi:

- Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng


(19)

2.2.3 Air Atmosfir

Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya. Air hujan dapat dijadikan sebagai sumber air dengan cara pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran (Waluyo, 2009).

Air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya karatan (korosi). Air hujan juga memiliki sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo, 2009).

2.2.4 Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung berbagai garam, misalnya NaCl. Garam NaCl memiliki kadar dalam air laut lebih kurang 3% sehingga air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum tanpa diolah terlebih dahulu (Waluyo, 2009).

2.3 Klasifikasi Mutu Air

Dalam upaya pengendalian pencemaran air, maka mutu air diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu:

a) Kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(20)

b) Kelas dua, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

c) Kelas tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d) Kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (Manik, 2009).

2.4 Golongan Air

Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandunng dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan– golongan air tersebut, antara lain:

1. Air tanpa pengotoran, mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan patogen atau zat kimia beracun

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi, MPN< 50/100 cc 3. Air dengan penjernihan lengkap, MPN < 5000/ 100 cc

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap, MPN < 5000/100 cc


(21)

2.5 Syarat-Syarat Air Minum

Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga

treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Badan air yang akan

digunakan sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).

Standar mutu air minum untuk kebutuhan rumah tangga berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang persyaratan kualitas air minum. Standar baku air minum tersebut disesuaikan dengan standar yang dikeluarkan oleh WHO (Kusnaedi, 2010).

Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum LKM (Maximum Contaminant

Level). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan

bakteri koliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut :

- Harus jernih, transparan dan tidak berwarna

- Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik - Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum - Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standar - Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman (Gabriel, 2001).


(22)

2.6 Pengolahan Air

Prosedur yang umum digunakan dalam pemurnian buatan meliputi koagulasi sedimentasi, penyaringan dan penggunaan bahan kimia seperti klor, ozon, dan iodium. Langkah pertama yang umum digunakan untuk pengolahan air ialah membuang bahan yang melayang didalamnya dan ini biasanya dicapai dengan penambahan tawas (Aluminium Kalium Sulfat). Tawas membentuk endapan seperti, gelatin yang mengendap pelan-pelan dengan membawa serta benda–benda partikel yang meliputi sejumlah besar mikroorganisme. Setelah endapan tawas mengendap, air dipompa ke alat penyaringan untuk menghilangkan partikel yang ketinggian dan juga banyak bakteri yang tersisa. Penyaringan dibuat dari pasir dan kerikil dengan partikel-partikel halus dekat dengan permukaan. Langkah akhir dalam pemurnian air minum ialah memberikan perlakuan kimia untuk menjamin bahwa tidak ada organisme patogen enterik. Hal ini dicapai dengan penambahan klor kedalam air (Volk dan Margaret, 1989).

2.6.1 Metode Pengolahan Fisik

1. Penyaringan

Penyaringan digunakan untuk memastikan bahwa satuan utama dalam suatu instalasi pengolahan bekerja lebih efisien, maka diperlukan pembuangan sampah-sampah besar yang mengambang dan terapung., misalnya batang-batang kayu. Saringan kasar dari batang yang berjarak kira-kira 0,75 hingga 2 inci (20 hingga 50 mm), sedangkan saringan-saringan mikro (atau ayakan mikro) dibuat dalam bentuk suatu drum yang ditutup dengan saringan jala halus yang ditunjang oleh suatu jala


(23)

kasar sebagai penguat. Lubang-lubang saringan bervariasi antara kira-kira 23 hingga 65 mikron.

2. Aerasi

Aerasi adalah suatu bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalam berbagai variasi operasi, yaitu: (1) tambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut (2) pembuangan karbondioksida, (3) pembuangan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa, (4) pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab bau dan rasa.

3. Pencampuran

Bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat dimasukkan dengan mesin pemasukan larutan atau mesin pemasukan kering. Bahan-bahan kimia ini haruslah tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran yang sempurna agar diperoleh hasil pencampuran yang efektif.

4. Flokulasi

Air yang mengandung kekeruhan akan membentuk suatu kumpulan partikel yang turun mengendap (koagulasi) jika ditambahkan bahan-bahan pengental ke air tersebut. Pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil ini dilakukan dengan cara pengadukan secara cepat dan harus diikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus (flokulasi) selama 20 – 30 menit. Hal ini akan menyebabkan bertumbukannya kumpulan-kumpulan partikel kecil yang akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit.


(24)

Berhubung dengan kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat dibuang dengan pengendapan gaya berat.

5. Pengendapan

Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk, dan jenis partikel yang bersangkutan. Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat diendapkan.

6. Filtrasi

Filter yang biasa digunakan terdiri dari selapis pasir atau pasir dan tumbukan batu bara yang ditunjang diatas suatu tumpukan kerikil. Air yang lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung dan bahan-bahan flokulan akan bersentuhan dan melekat dengan butir-butir pasir tersebut. Hal ini akan memperkecil ukuran celah-celah yang dapat dilalui air dan menghasilkan daya penyaringan (Linsley dan Joseph, 1985).

2.6.2 Metode Pengolahan Kimia

1. Koagulasi

Bahan-bahan padat terapung yang berukuran halus atau koloidal di dalam air dapat dihilangkan dengan menggunakan bahan-bahan kimia agar dapat terapung dengan lebih sempurna. Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh untuk membentuk endapan flokulan. Koagulan yang paling sering digunakan adalah alum [Al2(SO4)3.18H2O], yang bereaksi dengan alkalinitas di dalam


(25)

air untuk membentuk suatu kumpulan aluminum hidroksida (Linsley dan Joseph, 1985).

2. Disinfeksi

Disinfeksi bermaksud membunuh bakteri patogen yang penyebarannya melalui air, seperti bakteri penyebab tifus, kolera, disentri, dan lain-lain. Metode disinfeksi merupakan salah satu cara untuk membunuh bakteri patogen, karena ada 3 cara yaitu:

- Cara kimia, yaitu dengan cara penambahan bahan kimia

- Cara fisika, yaitu dengan pemanasan dengan air, sinar ultraviolet

- Cara mekanis, yaitu dengan pengendapan (bakteri berkurang 25 – 75%).

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan cara yang akan dipilih, yaitu:

- Daya (kekuatan) dalam membunuh mikroorganisme patogen - Tingkat kemudahan dalam memantau konsentrasi di dalam air

- Kemampuan dalam memproduksi residu yang akan berfungsi sebagai pelindung kualitas air pada sistem distribusi

- Kualitas estetika (warna, rasa, bau) dari air yang didisinfeksi - Teknologi pengadaan dan penggunaan yang tersedia


(26)

2.6.3 Metode Pengolahan Khusus

1. Menghilangkan Rasa dan Bau

Rasa dan bau disebabkan oleh gas-gas terlarut, zat-zat organik hidup, zat-zat organik yang membusuk, limbah industri dan klorin, baik sebagai residu atau dalam gabungan dengan fenol atau bahan-bahan organik yang membusuk. Aerasi, adsorpsi, dan oksidasi adalah beberapa metode yang telah dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau.

2. Menghilangkan Besi dan Mangan

Metode yang digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan , penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi, filtrasi melalui zeolit mangan, dan pertukaran ion, namun metode yang paling banyak digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan adalah metode oksidasi dan presipitasi (Linsley dan Joseph, 1985).

2.7 Klorin

2.7.1 Proses Klorinasi

Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air setelah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromin klorida, dihidroisosianurate dan kloramin (Chandra, 2011).


(27)

Klor memiliki beberapa kualitas yang mendukung penggunaannya dalam persediaan air, keunggulannya adalah senyawa bakterisida yang sangat efektif bahkan bila digunakan dalam konsentrasi 1 ppm. Klor juga cukup stabil (tanpa adanya bahan organik yang berkelebihan) dan cukup murah (Volk dan Margaret, 1989).

Klorinasi dipraktikkan dalam berbagai cara, tergantung pada mutu air mentah dan kondisi-kondisi lainnya. Klorinasi-akhir, yaitu pemakaian klorin setelah pengolahan merupakan metode yang umum, sedangkan klorinasi-awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan, akan menyempurnakan koagulasi, mengurai beban filter dan mencegah tumbuhnya ganggang. Klorinasi awal dan klorinasi akhir sering digunakan bersama-sama. Pemakaian klorin diberikan sedemikian rupa sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu (Linsley dan Joseph, 1985).

Berikut beberapa kegunaan klorin: 1. Memiliki sifat bakterisidal.

2. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hidrogen sulfida. 3. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.

4. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada air.

5. Dapat membantu proses koagulasi (Chandra, 2011).

2.7.2 Cara Kerja Klorin

Klorin di dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian dinetralisasi oleh sifat basa dari air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen dan


(28)

ion hipoklorit. Klorin sebagai desinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam hipoklorit (HOCL) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCL-). Klorin dapat bekerja secara efektif sebagai desinfektan jika berada di dalam air dengan pH sekitar 7. Nilai pH lebih dari 8,5 menyebabkan 90% dari asam hipoklorit itu akan mengalami ionisasi menjadi hipoklorit sehingga khasiat desinfektan yang dimiliki kloron menjadi lemah dan berkurang (Chandra, 2011).

2.7.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Klorin

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan proses klorinasi, antara lain:

1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat proses klorinasi.

2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.

3. Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman patogen yang mengotaminasi pada saat penyimpangan dan pendistribusian air.

4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air (Chandra, 2011).


(29)

2.7.4 Metode Klorinasi

Pemberian klorin pada desinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan pemberian:

1. Gas klorin 2. Kloramin 3. Perkloron

Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena gas ini beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai chlorinating equipments. Alat yang sering dipakai adalah

paterson’s chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur pemberian gas klorin pada persedian air (Chandra, 2011).

Kloramin juga dapat dipakai dan merupakan persenyawaan lemah dari klorin dan amoniak. Zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten walau kerjanya lambat dan tidak sesuai untuk klorinasi dalam skala besar, sedangkan perkloron sering juga disebut sebagai high test hypochlorite. Zat ini merupakan persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang di lepaskan di dalam air (Chandra, 2011).

2.7.5 Dampak Klorinasi Air

Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik yang mudah menguap seperti volatilehalogenated organics yang biasa disingkat dengan


(30)

VHO. Senyawa-senyawa tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk

trihalomethane (THM) yang berbahaya bagi kesehatan. Penurunan konsentrasi THM

dalam air yang akan menjalani klorinasi dapat dilakukan dengan menghilangkan dahulu penyebab terbentuknya THM, yaitu zat-zat organik (Chandra, 2011).

Alternatif yang dapat dilakukan untuk menghilangkan penyebab terbentuknya THM, yaitu:

1. Memindahkan proses klorinasi ke bagian paling akhir agar kandungan bahan organik dalam air sudah hilang sebelum proses klorinasi dimulai

2. Jika klorinasi dilakukan setelah proses koagulasi dan pengendapan atau setelah proses pelunakan dan pengendapan, proses-proses tersebut perlu diperbaiki untuk mengoptimalkan penghilangan bahan-bahan organik.

3. Optimalisasi proses-proses pendahuluan sebelum proses klorinasi untuk menghilangkan bahan-bahan organik

4. Penggunaan absorben (karbon aktif) untuk menghilangkan bahan-bahan organik sebelum proses klorinasi

5. Memperbaiki kualitas air baku atau memilih sumber alternatif yang tidak mengandung bahan organik dalam konsentrasi tinggi

6. Penggunaan kombinasi cara-cara tersebut dan juga cara mereduksi dosis klorin, sebaiknya dilakukan tanpa mempengaruhi efek desinfeksi

7. Air direbus terlebih dahulu sebelum di konsumsi sebagai air minum sampai mendidih selama 3 – 5 menit (Chandra, 2011).


(31)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Tempat dilaksanakannya pengujian analisa pengaruh pemberian post

chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah ialah di

laboratorium mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada tanggal 20 Februari 2015 dan pengamatannya dilakukan pada tanggal 21 Februari 2015.

3.2 Sampel, alat dan bahan 3.2.1Sampel

Sampel yang digunakan berupa air sungai Belawan, air sungai Belawan setelah penambahan pree chlorination, air sungai Belawan setelah penambahan tawas, dan air sungai Belawan setelah pemberian post chlorination.

3.2.2Alat

Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, beaker glass, cawan petri, erlenmeyer, kapas, kertas perkamen, laminar air flow, oven, pipet inokulum, rak tabung reaksi , dan tabung reaksi.

3.2.3Bahan

Bahan–bahan yang digunakan sebagai berikut: NaCl sebagai media pengencer, PCA sebagai media penguji.


(32)

3.3 Pembuatan Media

3.3.1 Pembuatan Media NaCl 9%

Komposisi: Natrium Klorida 0,9 g Air Suling ad 100 ml Cara pembuatan:

Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dalam air suling steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna, kemudian disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Sonnenwirth, 1980).

3.3.2Pembuatan Media PCA

Komposisi: PCA 2,35 g Air suling ad 100 ml

Timbang PCA sebanyak 2,35 g dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml. dilarutkan dengan 100 ml air suling, lalu dihomogenkan. Dipanakan hingga larutan mendidih dan terlarut sempurna. Ditutup dengan aluminium foil lalu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

3.4 Prosedur 3.4.1Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai.Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170 selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit (Lay, 1992).


(33)

3.4.2 Pengenceran

Disetrilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan. Dilakukan pengenceran 10-1 menggunakan media pengencer NaCl. Diisi tabung reaksi 10-1 menggunakan media NaCl sebanyak 9 ml tutup menggunakan pendopol. Disterilkan media tersebut didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC diamkan sampai dingin kemudian dipipet 1 ml sampel air sungai belawan masukkan kedalam pengenceran 10-1 lalu homogenkan. Kemudian pipet 0,1 ml dari pengenceran 10-1 masukkan kedalam 10-1 lalu dihomogenkan.

3.4.3 Pengujian sampel

Persiapan dan homogenisasi dilakukan dan dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer NaCl. Sebanyak 1 ml dipipet dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan petri steril kemudian tuangkan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat. Biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24 jam. Jika memungkinkan inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar

anaerob. Catat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil analisa pengaruh pemberian post chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah pada tanggal 20 Februari 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data Hasil Analisa

Sampel pH Kekeruhan Sisa klor Hasil Alt Bakteri

Tanpa penambahan bahan kimia 7,2 106 NTU - 900 cfu/ml Setelah penambahan pree chlotination 6,9 32,7 NTU 0,10 mg/l 420 cfu/ml Setelah penambahan koagulan 6,6 3,79 NTU - 308 cfu/ml Setelah penambahan post chlorination 6,7 1,81 NTU 1,0 mg/l 40 cfu/ml


(35)

4.2 Pembahasan

Analisa pengaruh pemberian post chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan metode ALT (Angka Lempeng Total). Dari data diatas dapat dilihat bahwa pemberian post chlorination, tidak hanya mempengaruhi angka lempeng total bakteri tetapi berpengaruh juga terhadap penurunan pH. Hal itu dapat dilihat dari hasil analisa, yaitu air yang belum mendapatkan penambahan bahan kimia diperoleh hasil angka lempeng total sebesar 900 cfu/ml dengan kekeruhan sebesar 106 NTU dan pH sebesar 7,2 sedangkan pada air setelah penambahan pree chlorination yaitu air yang telah diberikan klorinasi awal diperoleh bahwa angka lempeng totalnya mulai berkurang yaitu sebesar 402 cfu/ml dengan kekeruhan sebesar 32,7 NTU dan pH sebesar 6,9 dan pada air setelah penambahan koagulan angka lempeng totalnya sebesar 380 cfu/ml dengan kekeruhan sebesar 3,79 NTU dan pH sebesar 6,6 sedangkan pada air yang telah ditambahkan

post chlorination diperoleh bahwa angka lempeng totalnya sebesar 40 cfu/ml dengan kekeruhan sebesar 1,81 NTU dan pH sebesar 6,7 dan telah memenuhi Persyaratan Menteri Kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dikatakan bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri koliform dan kadar kekeruhan maksimal sebesar 5 NTU dengan kisaran pH sebesar 6,5 – 8,5. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh bahwa angka lempeng total bakteri setelah pemberian post


(36)

chlorination adalah 40 cfu/ml. Air tersebut sudah dapat dikonsumsi tetapi sebelum air tesebut dikonsumsi harus dimasak terlebih dahulu.

Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Klorin cair didapat dalam suatu klorimator. Klorimator kecil memasukkan gas tersebut secara langsung kedalam air, sedangkan klorimator besar biasannya melarutkan gas didalam ir, kemudian mengisi larutan. Klorimator harus dipelihara pada suhu paling sedikit 70 oF (21 oC) untuk mencegah kondisasi gas klorin di pipa-pipa pengisian pengatur otomatik maupun manual untuk pemakaian klorin dapat diperoleh (Linsley dan Joseph, 1996).

Air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2 mg/l. Residu klor yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol maka penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi (Linsley dan Joseph, 1985).


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian pengaruh pemberian klorin terhadap pertumbuhan mikroba pada air baku yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa klorin terbukti sebagai disinfektan yang ideal untuk pengolahan air bersih karena klorin memiliki sifat bakterisid dan germisidal yang mampu membunuh pertumbuhan mikroba secara efektif sehingga angka lempeng sebelum dan sesudah pemberian klorin terdapat perubahan yang signifikan yaitu pada air baku sebesar 900 cfu/ml, sedangkan setelah pemberian post chlorination angka lempeng totalnya sebesar 40 cfu/ml.

5.2 Saran

Diharapkan kepada instansi pengolahan air untuk tetap memantau pertumbuhan mikroba di air setiap hari dan kepada konsumen sebaiknya air yang akan dikonsumsi dimasak terlebih dahulu. Diharapkan pemerintah melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air supaya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai meningkat sehingga masyarakat tidak membuang sampah di sungai.


(38)

DAFTAR PUTAKA

Chandra, B. (2011). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Halaman 55-59.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 12. Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 11. Kusnaedi. (2010). Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya.

Halaman 8.

Lay, W.B. (1992). Analisis Mikrobiologi Di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 32.

Linsley, R.Y., dan Joseph, B.F. (1985). Teknik Sumber Daya Air. Diterjemahkan oleh Djoko sasongko. Jakarta: Erlangga. Halaman 117-134.

Mahida, U.N. (1984).Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: C.V Rajawali. Halaman 11.

Manik, K.E.S. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Halaman 145-146.

Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman 12.

Sonnenwirth, A.C. (1980). Growohl’s Clinical Laboratory Methods And Diagnostic.

Vol 2. London: The CV Mosby Company. Halaman 1578.

Volk,W., dan Margaret, F.W. (1989). Mikrobiologi dasar. Edisi kelima jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 266.


(39)

Lampiran I. Gambar Sampel


(40)

Lampiran II. Bagan Alir I. Pembuatan Media

a. Pembuatan Media NaCl 9%

Dimasukkan kedalam erlemeyer 100 ml

Dilarutkan dengan air suling steril sedikit demi sedikit hingga larut

Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

b. Pembuatan Media PCA

Ditimbang sebanyak 2,35 g

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 100 ml

Dilarutkan dengan 100 ml air suling sampai homogen

Dipanaskan sambil diaduk sampai terlarut sempurna, ditunggu hingga mendidih

Ditutup dengan aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit.

0,9 g NaCl

NaCl 9%

Serbuk PCA


(41)

II. Prosedur a. Sterilisasi Alat

Dibungkus dengan perkamen

Dimasukkan kedalam oven pada suhu 170 oC selama 1 jam

b. Sterilsasi Media

Dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

Alat – alat gelas

Hasil

Media


(42)

c. Pengenceran

Disterilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan

Diberi label 10-1, 10-3, dan 10-5pada tabung reaksi

Diisi 9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-1 dan diisi 9,9 ml NaCl pada tabung reaksi 10-3 dan 10-5

Ditutup menggunakan pendopol

Disterilkan media tersebut didalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, didinginkan Dipipet 1 ml sampel air sungai Belawan dan dimasukkan kedalam pengenceran 10-1 , dihomogenkan

Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-1 lalu masukkan kedalam pengenceran 10-3, dihomogenkan

Dipipet 0,1 ml dari pengenceran 10-3lalu masukkan kedalam pengenceran 10-5, dihomogenkan.

Media NaCl 9%


(43)

III. Pengujian Sampel

← Dilakukan persiapan dan homogenisasi

← Dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer NaCl

← Dipipet 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam cawan petri steril

← Dituangkan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu (45±1) ke dalam masing-masing cawan petri

← Digoyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat

← Dibiarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat

← Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24 jam. Inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO2 dalam suatu jar anaerob

← Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam

Larutan PCA


(44)

Lampiran III.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. I. PARAMETER WAJIB

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1 ) E. Coli Jumlah/100mlsampel 0 2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah/100 ml

sampel

0

b. Kimia an – organik

1 ) Arsen mg / l 0,01

2 ) Flourida mg / l 1,5 3 ) Total Kromium mg / l 0,05 4 ) Kadmium mg / l 0,003 5 ) Nitrit, ( sebagai NO2- ) mg / l 3

6 ) Nitrat, ( sebagai NO3- ) mg / l 50

7 ) Sianida mg / l 0,07 8 ) Selenium mg / l 0,1 2 Parameter yang tidak

langsungberhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1 ) Bau Tidak berbau

2 ) Warna TCU 15

3 ) Total Zat Padat Terlarut (TDS)

mg / l 500

4 ) Kekeruhan NTU 5

5 ) Rasa Tidak berasa

6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1 ) Aluminium mg / l 0,2

2 ) Besi mg / l 0,3

3 ) Kesadahan mg / l 500 4 ) Klorida mg / l 250 5 ) Mangan mg / l 0,4


(45)

7 ) Seng mg / l 3

8 ) Sulfat mg / l 250

9 ) Tembaga mg / l 2

10 ) Amonia mg / l 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan 1 KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg / l 0,001

Antimon mg / l 0,02

Barium mg / l 0,7

Boron mg / l 0,5

Molybdenum mg / l 0,07

Nikel mg / l 0,07

Sodium mg / l 200

Timbal mg / l 0,01

Uranium mg / l 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik ( KMnO4 ) mg / l 10

Deterjen mg / l 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg / l 0,004 Dichloromethane mg / l 0,02 1,2-Dichloroethane mg / l 0,05 Chlorinated ethenes

1,2-Dichloroethene mg / l 0,05 Trichloroethene mg / l 0,02 Tetrachloroethene mg / l 0,04 Aromatic hydrocarbons

Benzene mg / l 0,01 Toluene mg / 0,7 Xylenes mg / l 0,5 Ethylbenzenes mg / l 0,3 Styrene mg / l 0,02 Chlorinated benzenes

1,2-Dichlorobenzene ( 1,2-DCB ) mg / l 1 1,4-Dichlorobenzene ( 1,4-DCB ) mg / l 0,3 Lain – lain


(46)

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008 Acrylamide mg / l 0,0005 Epichlorohydrin mg / l 0,0004 Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006 Ethylenediaminetetraacetic acid

(EDTA)

mg / l 0,6 Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007 Chlordane mg / l 0,0002 Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03 1,2-Dichloropropane mg / l 0,04 Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02 Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02 Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02 Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D

dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090 Dichlorprop mg / l 0,10 Fenoprop mg / l 0,009 Mecoprop mg / l 0,001 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic acid mg / l 0,009


(47)

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya

Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Chlorate mg / l 0,7 Chlorite mg / l 0,7 Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2 Bromoform mg / l 0,1 Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06 Chloroform mg / l 0,3 Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05 Trichloroacetic acid mg / l 0,02 Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02 Dibromoacetonitrile mg / l 0,07 Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1 Gross beta activity Bq / l 1


(48)

Lampiran IV. Gambar alat

Autoklaf Oven


(49)

LAF Cawan petri


(50)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Hasil analisa Penambahan media


(51)

Lampiran VI. Skema Pengolahan Air PDAM IPA Sunggal


(1)

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Di ( 2 – ethylhexyl ) phthalate mg / l 0,008

Acrylamide mg / l 0,0005

Epichlorohydrin mg / l 0,0004

Hexachlorobutadiene mg / l 0,0006

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

mg / l 0,6

Nitrilotriacetic acid ( NTA ) mg / l 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg / l 0,02

Aldicarb mg / l 0,01

Aldrin dan dieldrin mg / l 0,0003

Atrazine mg / l 0,002

Carbofuran mg / l 0,007

Chlordane mg / l 0,0002

Chlortoluran mg / l 0,03

DDT mg / l 0,001

1,2-Dibromo-3-chloropropane ( DBCP ) mg / l 0,001 2,4 Dichloropenoxyacetic acid ( 2,4-D ) mg / l 0,03

1,2-Dichloropropane mg / l 0,04

Isoproturon mg / l 0,009

Lindane mg / l 0,002

MCPA mg / l 0,002

Methoxychlor mg / l 0,02

Metolachlor mg / l 0,01

Molinate mg / l 0,006

Pendimethalin mg / l 0,02

Pentachlorophenol ( PCP ) mg / l 0,009

Permethrin mg / l 0,3

Simazine mg / l 0,002

Trifluralin mg / l 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg / l 0,090

Dichlorprop mg / l 0,10

Fenoprop mg / l 0,009

Mecoprop mg / l 0,001


(2)

d. Desinfektan dan Hasil Sampingannya Desinfektan

Chlorine mg / l 5

Hasil Sampingan

Bromate mg / l 0,01

No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

Chlorate mg / l 0,7

Chlorite mg / l 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol ( 2,4,6-TCP ) mg / l 0,2

Bromoform mg / l 0,1

Dibromochloromethane ( DBCM ) mg / l 0,1 Bromodichloromethane ( BDCM ) mg / l 0,06

Chloroform mg / l 0,3

Chlorinated acetic acid

Dichloroacetic acid mg / l 0,05 Trichloroacetic acid mg / l 0,02 Chloral hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg / l 0,02

Dibromoacetonitrile mg / l 0,07

Cyanogen Chloride ( sebagai CN ) mg / l 0,07 2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bq / l 0,1


(3)

Lampiran IV. Gambar alat

Autoklaf Oven


(4)

LAF Cawan petri


(5)

Lampiran V. Tahapan Pengujian

Hasil analisa Penambahan media


(6)

Lampiran VI. Skema Pengolahan Air PDAM IPA Sunggal