chlorination adalah 40 cfuml. Air tersebut sudah dapat dikonsumsi tetapi sebelum air tesebut dikonsumsi harus dimasak terlebih dahulu.
Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam
bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Klorin cair didapat dalam
suatu klorimator. Klorimator kecil memasukkan gas tersebut secara langsung kedalam air, sedangkan klorimator besar biasannya melarutkan gas didalam ir,
kemudian mengisi larutan. Klorimator harus dipelihara pada suhu paling sedikit 70
o
F 21
o
C untuk mencegah kondisasi gas klorin di pipa-pipa pengisian pengatur otomatik maupun manual untuk pemakaian klorin dapat diperoleh Linsley dan
Joseph, 1996. Air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2
mgl. Residu klor yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol
maka penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan
menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi Linsley dan Joseph, 1985.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian pengaruh pemberian klorin terhadap pertumbuhan mikroba pada air baku yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa klorin terbukti
sebagai disinfektan yang ideal untuk pengolahan air bersih karena klorin memiliki sifat bakterisid dan germisidal yang mampu membunuh pertumbuhan mikroba secara
efektif sehingga angka lempeng sebelum dan sesudah pemberian klorin terdapat perubahan yang signifikan yaitu pada air baku sebesar 900 cfuml, sedangkan setelah
pemberian post chlorination angka lempeng totalnya sebesar 40 cfuml.
5.2 Saran
Diharapkan kepada instansi pengolahan air untuk tetap memantau pertumbuhan mikroba di air setiap hari dan kepada konsumen sebaiknya air yang
akan dikonsumsi dimasak terlebih dahulu. Diharapkan pemerintah melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air supaya
kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai meningkat sehingga masyarakat tidak membuang sampah di sungai.
DAFTAR PUTAKA
Chandra, B. 2011. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Halaman 55- 59.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 12. Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 11.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 8. Lay, W.B. 1992. Analisis Mikrobiologi Di Laboratorium. Jakarta: Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada. Halaman 32. Linsley, R.Y., dan Joseph, B.F. 1985. Teknik Sumber Daya Air. Diterjemahkan oleh
Djoko sasongko. Jakarta: Erlangga. Halaman 117-134. Mahida, U.N. 1984.Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
C.V Rajawali. Halaman 11. Manik, K.E.S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Halaman
145-146. Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman 12.
Sonnenwirth, A.C. 1980. Growohl’s Clinical Laboratory Methods And Diagnostic.
Vol 2. London: The CV Mosby Company. Halaman 1578. Volk,W., dan Margaret, F.W. 1989. Mikrobiologi dasar. Edisi kelima jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 266. Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Halaman 172.