Tempat Hasil METODE PENGUJIAN

3.3 Pembuatan Media

3.3.1 Pembuatan Media NaCl 9

Komposisi: Natrium Klorida 0,9 g Air Suling ad 100 ml Cara pembuatan: Natrium klorida ditimbang sebanyak 0,9 g lalu dilarutkan dalam air suling steril sedikit demi sedikit dalam erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna, kemudian disterilkan di autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Sonnenwirth, 1980.

3.3.2 Pembuatan Media PCA

Komposisi: PCA 2,35 g Air suling ad 100 ml Timbang PCA sebanyak 2,35 g dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml. dilarutkan dengan 100 ml air suling, lalu dihomogenkan. Dipanakan hingga larutan mendidih dan terlarut sempurna. Ditutup dengan aluminium foil lalu disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 o C selama 20 menit.

3.4 Prosedur

3.4.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai.Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170 selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit Lay, 1992.

3.4.2 Pengenceran

Disetrilkan seluruh alat dan bahan yang digunakan. Dilakukan pengenceran 10 -1 menggunakan media pengencer NaCl. Diisi tabung reaksi 10 -1 menggunakan media NaCl sebanyak 9 ml tutup menggunakan pendopol. Disterilkan media tersebut didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 o C diamkan sampai dingin kemudian dipipet 1 ml sampel air sungai belawan masukkan kedalam pengenceran 10 -1 lalu homogenkan. Kemudian pipet 0,1 ml dari pengenceran 10 -1 masukkan kedalam 10 -1 lalu dihomogenkan.

3.4.3 Pengujian sampel

Persiapan dan homogenisasi dilakukan dan dibuat tingkat pengenceran menggunakan larutan pengencer NaCl. Sebanyak 1 ml dipipet dari pengenceran 10 -1 ke dalam cawan petri steril kemudian tuangkan 15 ml media PCA yang masih cair dengan suhu 45±1 ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri sehingga contoh pembenihan tercampur merata dan memadat. Biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator pada suhu 37 selama 24 jam. Jika memungkinkan inkubasi dilakukan dalam udara yang diperkaya dengan CO 2 dalam suatu jar anaerob. Catat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai dengan 250 koloni setelah 24 jam.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil analisa pengaruh pemberian post chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah pada tanggal 20 Februari 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Data Hasil Analisa Sampel pH Kekeruhan Sisa klor Hasil Alt Bakteri Tanpa penambahan bahan kimia 7,2 106 NTU - 900 cfuml Setelah penambahan pree chlotination 6,9 32,7 NTU 0,10 mgl 420 cfuml Setelah penambahan koagulan 6,6 3,79 NTU - 308 cfuml Setelah penambahan post chlorination 6,7 1,81 NTU 1,0 mgl 40 cfuml Gambar 4.1 Diagram Hasil Analisa

4.2 Pembahasan

Analisa pengaruh pemberian post chlorination terhadap pertumbuhan mikroba pada air yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan metode ALT Angka Lempeng Total. Dari data diatas dapat dilihat bahwa pemberian post chlorination, tidak hanya mempengaruhi angka lempeng total bakteri tetapi berpengaruh juga terhadap penurunan pH. Hal itu dapat dilihat dari hasil analisa, yaitu air yang belum mendapatkan penambahan bahan kimia diperoleh hasil angka lempeng total sebesar 900 cfuml dengan kekeruhan sebesar 106 NTU dan pH sebesar 7,2 sedangkan pada air setelah penambahan pree chlorination yaitu air yang telah diberikan klorinasi awal diperoleh bahwa angka lempeng totalnya mulai berkurang yaitu sebesar 402 cfuml dengan kekeruhan sebesar 32,7 NTU dan pH sebesar 6,9 dan pada air setelah penambahan koagulan angka lempeng totalnya sebesar 380 cfuml dengan kekeruhan sebesar 3,79 NTU dan pH sebesar 6,6 sedangkan pada air yang telah ditambahkan post chlorination diperoleh bahwa angka lempeng totalnya sebesar 40 cfuml dengan kekeruhan sebesar 1,81 NTU dan pH sebesar 6,7 dan telah memenuhi Persyaratan Menteri Kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 492MenkesPerIV2010 Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dikatakan bahwa air minum tidak boleh mengandung bakteri koliform dan kadar kekeruhan maksimal sebesar 5 NTU dengan kisaran pH sebesar 6,5 – 8,5. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh bahwa angka lempeng total bakteri setelah pemberian post chlorination adalah 40 cfuml. Air tersebut sudah dapat dikonsumsi tetapi sebelum air tesebut dikonsumsi harus dimasak terlebih dahulu. Klorin telah terbukti sebagai disinfektan yang ideal. Klorin akan membinasakan kebanyakan makhluk mikroskopis jika dimasukkan ke dalam air. Klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada pH asam. Klorin cair didapat dalam suatu klorimator. Klorimator kecil memasukkan gas tersebut secara langsung kedalam air, sedangkan klorimator besar biasannya melarutkan gas didalam ir, kemudian mengisi larutan. Klorimator harus dipelihara pada suhu paling sedikit 70 o F 21 o C untuk mencegah kondisasi gas klorin di pipa-pipa pengisian pengatur otomatik maupun manual untuk pemakaian klorin dapat diperoleh Linsley dan Joseph, 1996. Air akan mengalami disinfeksi cukup baik bila residu klor bebas sebanyak 0,2 mgl. Residu klor yang lebih besar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Klor akan sangat efektif jika pH air rendah, tetapi jika persediaan air mengandung fenol maka penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi Linsley dan Joseph, 1985.