Balancing Theory Penelitian Terdahulu

a. Balancing Theory

Teori ini menjelaskan tentang kebijakan yang diambil oleh perusahaan melalui manajer keuangan untuk mencari dana tambahan dengan cara mencari pinjaman, baik ke pihak perbankan maupun dengan menerbitkan obligasi. Kebijakan ini biasanya diterapkan pada kondisi: 1 kondisi perekonomian cenderung dalam keadaan stabil; 2 grafik penjualan mengalami peningkatan; 3 cadangan perusahaan berada dalam keadaan yang maksimal; 4 kondisi dan situasi sosial politik dalam dan luar negeri diperkirakan akan stabil. Dalam teori ini dijelaskan risiko yang akan dihadapi perusahaan, antara lain : 1. Apabila perusahaan meminjam dana ke pihak perbankan, maka dibutuhkan jaminan, seperti tanah, gedung, atau kendaraan. Biasanya pembayarannya dilakukan secara angsuran. Bila perusahaan tidak mampu membayar angsuran pada batas waktu yang telah ditentukan maka aset perusahaan yang telah dijaminkan tersebut akan diambil dan kemudian dilelang oleh pihak perbankan untuk menutupi kerugian dari nilai pinjaman. Hal ini berarti perusahaan akan kehilangan aset yang menjadi jaminan tersebut. 2. Apabila perusahaan menerbitkan obligasi untuk mendapatkan dana tambahan maka perusahaan harus membayar bunga obligasi kepada pihak yang memiliki obligasi tersebut. Bila perusahaan tidak mampu Universitas Sumatera Utara membayarnya tepat waktu maka perusahaan harus melakukan kebijakan, seperti mengkonversi dari pemegang obligasi menjadi pemegang saham perusahaan. 3. Risiko lain yang mungkin timbul adalah menyebabkan nilai perusahaan di mata publik menjadi menurun, karena publik menilai kinerja keuangan perusahaan tidak baik, khususnya dalam kemampuan manajemen struktur modal.

b. Pecking Order Theory

Teori ini menjelaskan kebijakan perusahaan yang dilakukan untuk mendapatkan tambahan dana dengan cara menjual aset yang dimilikinya, seperti menjual tanah, gedung, maupun peralatan. Kebijakan ini dapat diterapkan pada kondisi perusahaan yang : 1 kondisi ekonomi sedang dalam kondisi tidak stabil; 2 aset perusahaan berada dalam kondisi yang cukup untuk dijual dan tidak mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan secara signifikan dalam jangka pendek. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan dividen konstan Safrida, 2008. Dengan kata lain, apabila perusahaan mengubah pendanaan dari modal sendiri dengan utang kepada pihak eksternal atau sebaliknya akan mempengaruhi nilai perusahaan, dalam hal ini harga saham. Universitas Sumatera Utara Masalah pendanaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan, karena berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, seperti kreditur, pemegang saham, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Pendanaan dapat berasal dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pendanaan internal dapat berupa laba ditahan yang diperoleh dari operasi perusahaan, sedangkan pendanaan eksternal dapat berupa dana yang diperoleh dari kreditur maupun pemegang surat hutang bondholders. Pendanaan yang berasal dari pihak eksternal merupakan hutang bagi perusahaan dan merupakan sebuah kewajiban untuk melunasinya. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan meminjam dana lebih sedikit dibanding perusahaan dengan kondisi keuangan tidak baik walaupun mempunyai kesempatan meminjam lebih banyak Seftianne, 2011. Perusahaan yang berada dalam kondisi baik, apabila ingin menambahkan modal untuk menjalankan operasi dan investasinya, berdasarkan Balancing Theory, dapat menggunakan dana dari pihak eksternal. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sedang berada dalam kondisi yang stabil, mempunyai jaminan bahwa perusahaan mampu membayar utang-utang serta bunganya, sehingga tidak menjadi masalah yang serius apabila perusahaan lebih memilih pendanaan dari luar perusahaan. Keputusan pendanaan yang berhubungan dengan besarnya proporsi hutang menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kepentingan pemegang saham, karena salah satu tujuan perusahaan yang terpenting adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham Brigham, 2010: 7. Apabila Universitas Sumatera Utara perusahaan terlalu banyak menggunakan modal dari pihak eksternal, maka perusahaan dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangannya beserta konsekuensinya apabila tidak dapat memenuhi kewajibannya. Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan internal dibanding pendanaan yang berasal dari pihak eksternal, hal ini dikarenakan pendanaan internal tidak menimbulkan biaya modal Joni, 2010. Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana, baik berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai operasi maupun investasi perusahaan. Dalam teori tersebut juga dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi cenderung menggunakan pendanaan internal dibanding pendanaan eksternal berupa hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal lebih besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih mengedepankan dana internalnya untuk operasi maupun investasi sebelum menggunakan pendanaan eksternal melalui hutang.

2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan

Ditengah persaingan usaha yang semakin ketat dan global ini, perusahaan harus memperlihatkan kinerja keuangan yang baik. Kinerja keuangan yang dimaksud adalah dalam menghasilkan profit atau laba. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menentukan strategi bersaing melawan pesaing-pesaingnya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu hasil yang telah dikerjakan oleh perusahaan dalam rangka mencapai target laba Universitas Sumatera Utara yang ditentukan dengan tidak melupakan tanggung jawab sosialnya. Apabila kinerja keuangannya baik maka harus dimanfaatkan seoptimal mungkin, namun apabila kinerjanya buruk maka harus diperbaiki sesegera mungkin. Kinerja keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari aset, ekuitas maupun hutang. Kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang dimiliki perusahaan. Kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan perusaaan dengan mereview data, menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu Zanara, 2012. Kinerja keuangan yang baik akan dapat membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan. Semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan maka akan semakin baik pula nilai perusahaan di mata investor. Kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh langsung terhadap harga saham, yang berarti setiap informasi tentang adanya kenaikan kinerja keuangan akan langsung direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham. Kinerja keuangan perusahaan akan lebih baik jika perusahaan dimiliki oleh manajer karena manajer akan lebih bertanggung jawab dengan keputusan yang akan diambilnya karena menyangkut tentang perusahaannya sendiri. Manajer tidak lagi sebagai tenaga profesional yang digaji, tetapi juga sebagai pemilik perusahaan. Universitas Sumatera Utara Kinerja keuangan tidak selalu menunjukkan hasil yang positif. Tidak jarang suatu perusahaan mengalami financial distress kesulitan keuangan. Ada empat kategori financial distress, yaitu Fahmi, 2012: 111: a. Kategori A atau sangat tinggi dan sangat berbahaya. Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada pada posisi bangkrut. b. Kategori B atau tinggi dan berbahaya. Pada kategori ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi untuk menyelamatkan aset yang dimilkinya. Perusahaan harus benar-benar bijaksana dalam menentukan aset mana yang harus dijual dan aset yang dapat dipertahankan. c. Kategori C atau sedang. Pada kategori ini perusahaan dianggap masih bisa bertahan dengan cara mencari dana tambahan, baik dari internal maupun eksternal perusahaan. d. Kategori D atau rendah. Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial yang umum terjadi.

2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat akan memperoleh hasil positif, yang artinya akan dapat menguasai pangsa pasar dibandingkan dengan pesaingnya, mengalami peningkatan penjualan yang signifikan, dan menjadi pesaing yang diperhitungkan. Pertumbuhan cepat juga memaksa sumber daya manusia yang dimiliki untuk secara optimal memberikan kontribusinya Safrida, 2008. Universitas Sumatera Utara Pertumbuhan perusahaan adalah perbandingan total aset yang dimiliki perusahaan dengan tahun sebelumnya Arviansyah, 2013. Apabila jumlah total aset meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya maka dapat dikatakan perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang positif. Begitu pula sebaliknya apabila total aset mengalami penurunan maka perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan perusahaan biasanya dilihat dari naiknya harga saham secara berkesinambungan dan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan juga dapat menjadi indikator dari profitabilitas dan keberhasilan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi memiliki kesempatan profitable dalam mendanai investasinya secara internal Arfan, 2008. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan positif tentunya dapat menghasilkan profitabilitas yang positif pula. Dalam teori pertumbuhan perusahaan, dijelaskan ada lima tahap pertumbuhan perusahaan Indria, 2011. Kelima tahap tersebut adalah tahap permulaan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, tahap stabil, dan tahap penurunan. Pada tahap permulaan, perusahaan masih mencoba mengatur strategi dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian bila dihubungkan dengan return hasil maka perusahaan masih memperoleh return yang kecil karena belum mempunyai pangsa pasarnya sendiri. Tahap kedua adalah tahap pertumbuhan. Dalam tahap ini perusahaan sudah mulai dikenal dan mengalami kenaikan return disebabkan karena Universitas Sumatera Utara produk yang dihasilkan sudah dikenal masyarakat, namun banyaknya permintaan dan persaingan belum begitu ketat. Tahap yang ketiga adalah tahap kedewasaan mature. Pada tahap ini pertumbuhan perusahaan mulai menurun karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan cenderung stabil daripada mengalami kenaikan. Return yang dihasilkan kadang tinggi kadang juga mengalami penurunan. Tahap selanjutnya adalah stabil, yang merupakan tahap yang paling panjang dalam pertumbuhan perusahaan. Dalam tahap ini perusahaan dapat menghasilkan return dengan lebih stabil. Dan yang terakhir adalah tahap penurunan, yaitu tahap dimana pertumbuhan perushaaan semakin menurun karena semakin banyaknya persaingan industri sehingga return yang dihasilkan juga menurun bahkan tidak menutup kemungkinan akan negatif. Oleh karena itu pada tahap ini beberapa perusahaan mulai keluar dari industri dan mencoba melakukan diversifikasi ke produk lain yang lebih menguntungkan.

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu Joni, 2010.Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi menjadi tiga, yaitu perusahaan besar large firm, perusahaan menengah medium firm, dan perusahaan kecil small firm. Penentuan ukuran ini didasarkan pada total aset perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mengembangkan apa yang dimiliki untuk terus dioptimalkan. Biasanya, perusahaan dengan ukuran yang Universitas Sumatera Utara besar lebih menjadi pusat perhatian dibanding perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan lebih banyak shareholders yang terlibat di dalamnya. Perusahaan besar biasanya mampu memiliki volume penjualan yang lebih besar dan pelanggan yang lebih banyak, namun modal yang dibutuhkan juga lebih besar. Dengan kata lain, semakin besar suatu perusahaan, semakin besar pula pihak yang terlibat di dalamnya. Perusahaan yang lebih besar juga lebih mungkin memperlihatkan kinerja yang lebih baik, karena lebih menjadi pusat perhatian dan menjadi incaran para investor. Atas dasar itulah perusahaan besar dituntut mengungkapkan lebih banyak informasi untuk dapat lebih menarik minat investor. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan terus mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi pasar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi dan kurang rentang terhadap fluktuasi ekonomi Arfan, 2008. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan besar cenderung akan stabil dalam menghadapi fluktuasi pasar yang biasa terjadi dalam dunia bisnis. Ukuran perusahaan yang besar dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut Joni, 2010. Dikatakan demikian karena bila perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik maka perusahaan juga mampu memenuhi Universitas Sumatera Utara segala kewajibannya serta memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi investor.

2.1.5 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan sebuah nilai yang dapat mengukur seberapa besar perusahaan di mata investor maupun pihak berkepentingan lainnya. Peningkatan nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong agar manajer bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai insentif supaya manajer dapat berupaya maksimal dalam melaksanakan kegiatan yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, yang tercermin dari harga sahamnya. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui fungsi manajemen keuangan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham Kusumajaya, 2011. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi membuat investor percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan pada saat sekarang namun juga masa yang akan datang. Dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal, investor memerlukan informasi tentang penilaian saham. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku book value, nilai pasar market value, dan nilai intrinsik intrinsic value Kusumajaya, 2011. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan, nilai pasar Universitas Sumatera Utara merupakan harga jual saham di bursa, dan nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham. Investor perlu memahami ketiga jenis penilaian tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat mengetahui saham mana yang sedang bertumbuh. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah nilai pasar utang perusahaan Kusumajaya, 2011. Semakin tinggi nilai perusahan maka akan semakin mengoptimalkan kesejahteraan pemegang saham. Para pemegang saham dalam menginvestasikan dana yang mereka miliki biasanya melihat bagaimana perusahaan mengelola dana yang dimiliki dan bagaimana mendistribusikan ke bagian perusahaan yang membutuhkannya. Oleh karena itu perusahaan harus terus-menerus melakukan revaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan apakah telah maksimal dalam menciptakan nilai perusahaan atau belum sama sekali. Jika belum maka perusahaan harus segera melakukan perbaikan agar nilai perusahaan segera meningkat dan investor mau menanamkan dana kepada perusahaan. Fokus terpenting para investor dalam melakukan investasi adalah keuntungan yang berkelanjutan, bukan hanya keuntungan yang diberikan secara sesaat saja. Nilai perusahaan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu struktur modal, kinerja keuangan, pertumbuhan, dan ukuran suatu perusahaan. Berdasarkan yang dikatakan sebelumnya, struktur modal memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan Safrida, 2008. Dikatakan demikian karena pengelolaan struktur modal yang baik akan Universitas Sumatera Utara menghasilkan tingkat keuntungan yang baik pula, dan tentu saja hal tersebut dapat menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut untuk mengharapkan dividen. Nilai suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik akan dapat menghasilkan keuntungan dari aset, liabilitas, dan ekuitas yang dimilikinya secara optimal. Perusahaan harus terus menjaga tingkat profitabilitasnya untuk dapat menarik investor. Investor akan lebih memilih perusahaan yang profitabilitasnya terus mengalami kenaikan yang stabil daripada yang signifikan. Dikhawatirkan perusahaan yang mengalami peningkatan signifikan akan mengalami penurunan yang signifikan pula. Pertumbuhan dan ukuran perusahaan juga turut mempengaruhi nilai perusahaan. Pertumbuhan positif dan perusahaan besar akan dengan mudah menarik perhatian investor untuk berinvestasi dibanding perusahaan kecil dan pertumbuhannya tidak signifikan. Investor akan lebih memilih perusahaan yang profitable, yang mampu memberikan keuntungan secara berkelanjutan dan risiko kerugiannya kecil. Investor tentu tidak akan mau mempertaruhkan dananya untuk diinvestasikan pada perusahaan yang tidak dapat memberikan tingkat return yang diinginkannya. Pada perusahaan go public, nilai perusahaan diukur dari harga sahamnya yang terus mengalami peningkatan yang stabil, meskipun turun hal itu tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama dan segera akan mengalami peningkatan kembali. Apabila harga saham kembali Universitas Sumatera Utara meningkat,permintaan akan saham tersebut juga akan mengalami peningkatan pula, demikian juga nilai perusahaannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan nilai perusahaan, antara lain: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel Hasil 1 Eli Safrida 2008 Pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEJ Variabel dependen: Nilai perusahaan Y Variabel independen: Struktur modal X1 dan pertumbuhan perusahaan X2 1. Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Pertumbuhan berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Struktur modal dan pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 2 Dewa Kadek Oka Kusumajaya 2011 Pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur di BEI Variabel dependen: Profitabilitas Y1 dan Nilai perusahaan Y2 Variabel independen: Struktur modal X1 dan pertumbuhan perusahaan X2 1. Struktur modal dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas 2. Struktur modal, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas mempunyai pengaruh Universitas Sumatera Utara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 3 Bambang Sudiyatno, Elen Puspitasari, dan Andi Kartika 2012 The company’s policy, firm performance, and Firm Value: an Empirical Research on Indonesia Stock Exchange Variabel dependen: Kinerja perusahaan Y1 dan nilai perusahaan Y2 Variabel independen: Kebijakan perusahaan : Debt ratio X1, Stock Bonus X2 1. Pinjaman debt mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Bonus saham mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 4 Onyemachi Maxwell Ogbulu dan Francis Kehinde Emeni 2012 Capital structure and Firm Value: Empirical Evidence from Nigeria Variabel dependen: Firm value Y Variabel independen: Ekuitas X1, dan pinjaman jangka panjang X2 1. Pinjaman jangka panjang mempunyai pengauh yang positif terhadap nilai perusahaan. 2. Ekuitas tidak mempunyai pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan 5 Selvi Meliza Salim dan Golrida Karyawati 2013 Pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan Variabel dependen: Kinerja keuangan Y Variabel independe: Modal intelektual X Modal intelektual secara keseluruhan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. 6 Ni Nyoman G. Martini Putu, Moeljadi, Factors affecting firms value of Indonesia Public Variabel dependen: Profitabilitas Y Variabel CSR dan GCG mempunyai pengaruh yang positif terhadap Universitas Sumatera Utara Djumahir, Atim Djazuli 2014 manufacturing firms independen: CSR X1 dan GCG X2 profitabilitas.

2.3 Kerangka Konseptualdan Pengembangan Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

2 74 84

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

72 527 91

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 27 94

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di JII Periode 2008-2011)

1 4 112

PENGARUH STRUKTUR MODAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN AGENCY COST TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013.

0 4 22

Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 4 23

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 7 109

SKRIPSI PENGARUH STRUKTUR MODAL, KINERJA KEUANGAN, DAN KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013)

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka - Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesi

0 0 22

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 18