a. Balancing Theory
Teori ini menjelaskan tentang kebijakan yang diambil oleh perusahaan melalui manajer keuangan untuk mencari dana tambahan
dengan cara mencari pinjaman, baik ke pihak perbankan maupun dengan menerbitkan obligasi. Kebijakan ini biasanya diterapkan pada
kondisi: 1 kondisi perekonomian cenderung dalam keadaan stabil; 2 grafik penjualan mengalami peningkatan; 3 cadangan perusahaan
berada dalam keadaan yang maksimal; 4 kondisi dan situasi sosial politik dalam dan luar negeri diperkirakan akan stabil.
Dalam teori ini dijelaskan risiko yang akan dihadapi perusahaan, antara lain :
1. Apabila perusahaan meminjam dana ke pihak perbankan, maka dibutuhkan jaminan, seperti tanah, gedung, atau kendaraan. Biasanya
pembayarannya dilakukan secara angsuran. Bila perusahaan tidak mampu membayar angsuran pada batas waktu yang telah ditentukan
maka aset perusahaan yang telah dijaminkan tersebut akan diambil dan kemudian dilelang oleh pihak perbankan untuk menutupi kerugian
dari nilai pinjaman. Hal ini berarti perusahaan akan kehilangan aset yang menjadi jaminan
tersebut. 2. Apabila perusahaan menerbitkan obligasi untuk mendapatkan dana
tambahan maka perusahaan harus membayar bunga obligasi kepada pihak yang memiliki obligasi tersebut. Bila perusahaan tidak mampu
Universitas Sumatera Utara
membayarnya tepat waktu maka perusahaan harus melakukan kebijakan, seperti mengkonversi dari pemegang obligasi menjadi
pemegang saham perusahaan. 3. Risiko lain yang mungkin timbul adalah menyebabkan nilai
perusahaan di mata publik menjadi menurun, karena publik menilai kinerja keuangan perusahaan tidak baik, khususnya dalam
kemampuan manajemen struktur modal.
b. Pecking Order Theory
Teori ini menjelaskan kebijakan perusahaan yang dilakukan untuk mendapatkan tambahan dana dengan cara menjual aset yang
dimilikinya, seperti menjual tanah, gedung, maupun peralatan. Kebijakan ini dapat diterapkan pada kondisi perusahaan yang : 1
kondisi ekonomi sedang dalam kondisi tidak stabil; 2 aset perusahaan berada dalam kondisi yang cukup untuk dijual dan tidak
mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan secara signifikan dalam jangka pendek.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan
kebijakan dividen konstan Safrida, 2008. Dengan kata lain, apabila perusahaan mengubah pendanaan dari modal sendiri dengan utang kepada
pihak eksternal atau sebaliknya akan mempengaruhi nilai perusahaan, dalam hal ini harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Masalah pendanaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan, karena berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, seperti
kreditur, pemegang saham, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Pendanaan dapat berasal dari pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Pendanaan internal dapat berupa laba ditahan yang diperoleh dari operasi perusahaan, sedangkan pendanaan eksternal dapat berupa dana yang
diperoleh dari kreditur maupun pemegang surat hutang bondholders. Pendanaan yang berasal dari pihak eksternal merupakan hutang bagi
perusahaan dan merupakan sebuah kewajiban untuk melunasinya. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik akan meminjam dana
lebih sedikit dibanding perusahaan dengan kondisi keuangan tidak baik walaupun mempunyai kesempatan meminjam lebih banyak Seftianne, 2011.
Perusahaan yang berada dalam kondisi baik, apabila ingin menambahkan modal untuk menjalankan operasi dan investasinya, berdasarkan Balancing
Theory, dapat menggunakan dana dari pihak eksternal. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sedang berada dalam kondisi yang stabil, mempunyai
jaminan bahwa perusahaan mampu membayar utang-utang serta bunganya, sehingga tidak menjadi masalah yang serius apabila perusahaan lebih
memilih pendanaan dari luar perusahaan. Keputusan pendanaan yang berhubungan dengan besarnya proporsi
hutang menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kepentingan pemegang saham, karena salah satu tujuan perusahaan yang terpenting adalah
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham Brigham, 2010: 7. Apabila
Universitas Sumatera Utara
perusahaan terlalu banyak menggunakan modal dari pihak eksternal, maka perusahaan dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangannya beserta
konsekuensinya apabila tidak dapat memenuhi kewajibannya. Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan
internal dibanding pendanaan yang berasal dari pihak eksternal, hal ini dikarenakan pendanaan internal tidak menimbulkan biaya modal Joni, 2010.
Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana, baik berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai operasi maupun investasi perusahaan. Dalam teori tersebut juga dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai
likuiditas yang tinggi cenderung menggunakan pendanaan internal dibanding pendanaan eksternal berupa hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal lebih besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih mengedepankan dana internalnya untuk
operasi maupun investasi sebelum menggunakan pendanaan eksternal melalui hutang.
2.1.2 Kinerja Keuangan Perusahaan
Ditengah persaingan usaha yang semakin ketat dan global ini, perusahaan harus memperlihatkan kinerja keuangan yang baik. Kinerja
keuangan yang dimaksud adalah dalam menghasilkan profit atau laba. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menentukan strategi bersaing melawan
pesaing-pesaingnya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu hasil yang telah dikerjakan oleh perusahaan dalam rangka mencapai target laba
Universitas Sumatera Utara
yang ditentukan dengan tidak melupakan tanggung jawab sosialnya. Apabila kinerja keuangannya baik maka harus dimanfaatkan seoptimal mungkin,
namun apabila kinerjanya buruk maka harus diperbaiki sesegera mungkin. Kinerja keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
memberikan keuntungan dari aset, ekuitas maupun hutang. Kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang dimiliki
perusahaan. Kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan perusaaan dengan mereview data, menghitung, mengukur,
menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu Zanara, 2012. Kinerja keuangan yang baik akan
dapat membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan. Semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan maka akan semakin baik pula nilai perusahaan
di mata investor. Kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh langsung terhadap
harga saham, yang berarti setiap informasi tentang adanya kenaikan kinerja keuangan akan langsung direspon positif oleh investor, sehingga akan
meningkatkan harga saham. Kinerja keuangan perusahaan akan lebih baik jika perusahaan dimiliki oleh manajer karena manajer akan lebih bertanggung
jawab dengan keputusan yang akan diambilnya karena menyangkut tentang perusahaannya sendiri. Manajer tidak lagi sebagai tenaga profesional yang
digaji, tetapi juga sebagai pemilik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Kinerja keuangan tidak selalu menunjukkan hasil yang positif. Tidak jarang suatu perusahaan mengalami financial distress kesulitan keuangan.
Ada empat kategori financial distress, yaitu Fahmi, 2012: 111: a. Kategori A atau sangat tinggi dan sangat berbahaya. Kategori ini
memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada pada posisi bangkrut.
b. Kategori B atau tinggi dan berbahaya. Pada kategori ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi untuk menyelamatkan aset yang dimilkinya.
Perusahaan harus benar-benar bijaksana dalam menentukan aset mana yang harus dijual dan aset yang dapat dipertahankan.
c. Kategori C atau sedang. Pada kategori ini perusahaan dianggap masih bisa bertahan dengan cara mencari dana tambahan, baik dari internal
maupun eksternal perusahaan. d. Kategori D atau rendah. Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya
mengalami fluktuasi finansial yang umum terjadi.
2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan
Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat akan memperoleh hasil positif, yang artinya akan dapat menguasai pangsa pasar
dibandingkan dengan pesaingnya, mengalami peningkatan penjualan yang signifikan, dan menjadi pesaing yang diperhitungkan. Pertumbuhan cepat
juga memaksa sumber daya manusia yang dimiliki untuk secara optimal memberikan kontribusinya Safrida, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan perusahaan adalah perbandingan total aset yang dimiliki perusahaan dengan tahun sebelumnya Arviansyah, 2013. Apabila jumlah
total aset meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya maka dapat dikatakan perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang positif. Begitu
pula sebaliknya apabila total aset mengalami penurunan maka perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Dari sudut pandang investor,
pertumbuhan perusahaan biasanya dilihat dari naiknya harga saham secara berkesinambungan dan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan juga dapat menjadi indikator dari profitabilitas dan keberhasilan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi
memiliki kesempatan profitable dalam mendanai investasinya secara internal Arfan, 2008. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan positif tentunya dapat
menghasilkan profitabilitas yang positif pula. Dalam teori pertumbuhan perusahaan, dijelaskan ada lima tahap
pertumbuhan perusahaan Indria, 2011. Kelima tahap tersebut adalah tahap permulaan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, tahap stabil, dan tahap
penurunan. Pada tahap permulaan, perusahaan masih mencoba mengatur strategi dalam menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Dengan
demikian bila dihubungkan dengan return hasil maka perusahaan masih memperoleh return yang kecil karena belum mempunyai pangsa pasarnya
sendiri. Tahap kedua adalah tahap pertumbuhan. Dalam tahap ini perusahaan sudah mulai dikenal dan mengalami kenaikan return disebabkan karena
Universitas Sumatera Utara
produk yang dihasilkan sudah dikenal masyarakat, namun banyaknya permintaan dan persaingan belum begitu ketat.
Tahap yang ketiga adalah tahap kedewasaan mature. Pada tahap ini pertumbuhan perusahaan mulai menurun karena banyaknya pesaing yang
mulai masuk dan permintaan cenderung stabil daripada mengalami kenaikan. Return yang dihasilkan kadang tinggi kadang juga mengalami penurunan.
Tahap selanjutnya adalah stabil, yang merupakan tahap yang paling panjang dalam pertumbuhan perusahaan. Dalam tahap ini perusahaan dapat
menghasilkan return dengan lebih stabil. Dan yang terakhir adalah tahap penurunan, yaitu tahap dimana pertumbuhan perushaaan semakin menurun
karena semakin banyaknya persaingan industri sehingga return yang dihasilkan juga menurun bahkan tidak menutup kemungkinan akan negatif.
Oleh karena itu pada tahap ini beberapa perusahaan mulai keluar dari industri dan mencoba melakukan diversifikasi ke produk lain yang lebih
menguntungkan.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu Joni, 2010.Pada dasarnya ukuran
perusahaan terbagi menjadi tiga, yaitu perusahaan besar large firm, perusahaan menengah medium firm, dan perusahaan kecil small firm.
Penentuan ukuran ini didasarkan pada total aset perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mengembangkan apa yang
dimiliki untuk terus dioptimalkan. Biasanya, perusahaan dengan ukuran yang
Universitas Sumatera Utara
besar lebih menjadi pusat perhatian dibanding perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan lebih banyak shareholders yang terlibat di dalamnya. Perusahaan
besar biasanya mampu memiliki volume penjualan yang lebih besar dan pelanggan yang lebih banyak, namun modal yang dibutuhkan juga lebih
besar. Dengan kata lain, semakin besar suatu perusahaan, semakin besar pula pihak yang terlibat di dalamnya.
Perusahaan yang lebih besar juga lebih mungkin memperlihatkan kinerja yang lebih baik, karena lebih menjadi pusat perhatian dan menjadi incaran
para investor. Atas dasar itulah perusahaan besar dituntut mengungkapkan lebih banyak informasi untuk dapat lebih menarik minat investor. Ukuran
perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan terus mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan
akan meningkat. Perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi
pasar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi dan kurang rentang terhadap fluktuasi ekonomi Arfan, 2008. Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan besar cenderung akan stabil dalam menghadapi fluktuasi pasar yang biasa terjadi dalam dunia bisnis. Ukuran perusahaan
yang besar dianggap sebagai suatu indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut
Joni, 2010. Dikatakan demikian karena bila perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik maka perusahaan juga mampu memenuhi
Universitas Sumatera Utara
segala kewajibannya serta memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi investor.
2.1.5 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan sebuah nilai yang dapat mengukur seberapa besar perusahaan di mata investor maupun pihak berkepentingan lainnya.
Peningkatan nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan akan mendorong agar manajer
bekerja lebih keras dengan menggunakan berbagai insentif supaya manajer dapat berupaya maksimal dalam melaksanakan kegiatan yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, yang tercermin dari harga
sahamnya. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui fungsi manajemen keuangan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham Kusumajaya, 2011. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi membuat investor percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan pada saat sekarang namun juga
masa yang akan datang. Dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal, investor
memerlukan informasi tentang penilaian saham. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku book value, nilai pasar
market value, dan nilai intrinsik intrinsic value Kusumajaya, 2011. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan, nilai pasar
Universitas Sumatera Utara
merupakan harga jual saham di bursa, dan nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham. Investor perlu memahami ketiga jenis penilaian
tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat mengetahui saham mana yang sedang bertumbuh.
Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah nilai pasar utang perusahaan Kusumajaya, 2011. Semakin tinggi
nilai perusahan maka akan semakin mengoptimalkan kesejahteraan pemegang saham. Para pemegang saham dalam menginvestasikan dana yang mereka
miliki biasanya melihat bagaimana perusahaan mengelola dana yang dimiliki dan bagaimana mendistribusikan ke bagian perusahaan yang
membutuhkannya. Oleh karena itu perusahaan harus terus-menerus melakukan revaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan apakah telah
maksimal dalam menciptakan nilai perusahaan atau belum sama sekali. Jika belum maka perusahaan harus segera melakukan perbaikan agar nilai
perusahaan segera meningkat dan investor mau menanamkan dana kepada perusahaan. Fokus terpenting para investor dalam melakukan investasi adalah
keuntungan yang berkelanjutan, bukan hanya keuntungan yang diberikan secara sesaat saja.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu struktur modal, kinerja keuangan, pertumbuhan, dan ukuran suatu
perusahaan. Berdasarkan yang dikatakan sebelumnya, struktur modal memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan Safrida, 2008.
Dikatakan demikian karena pengelolaan struktur modal yang baik akan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan tingkat keuntungan yang baik pula, dan tentu saja hal tersebut dapat menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut
untuk mengharapkan dividen. Nilai suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan.
Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik akan dapat menghasilkan keuntungan dari aset, liabilitas, dan ekuitas yang dimilikinya
secara optimal. Perusahaan harus terus menjaga tingkat profitabilitasnya untuk dapat menarik investor. Investor akan lebih memilih perusahaan yang
profitabilitasnya terus mengalami kenaikan yang stabil daripada yang signifikan. Dikhawatirkan perusahaan yang mengalami peningkatan
signifikan akan mengalami penurunan yang signifikan pula. Pertumbuhan dan ukuran perusahaan juga turut mempengaruhi nilai perusahaan. Pertumbuhan
positif dan perusahaan besar akan dengan mudah menarik perhatian investor untuk berinvestasi dibanding perusahaan kecil dan pertumbuhannya tidak
signifikan. Investor akan lebih memilih perusahaan yang profitable, yang mampu memberikan keuntungan secara berkelanjutan dan risiko kerugiannya
kecil. Investor tentu tidak akan mau mempertaruhkan dananya untuk diinvestasikan pada perusahaan yang tidak dapat memberikan tingkat return
yang diinginkannya. Pada perusahaan go public, nilai perusahaan diukur dari harga sahamnya yang terus mengalami peningkatan yang stabil, meskipun
turun hal itu tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama dan segera akan mengalami peningkatan kembali. Apabila harga saham kembali
Universitas Sumatera Utara
meningkat,permintaan akan saham tersebut juga akan mengalami peningkatan pula, demikian juga nilai perusahaannya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan nilai perusahaan, antara lain:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Variabel
Hasil 1
Eli Safrida 2008
Pengaruh struktur modal dan
pertumbuhan perusahaan
terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan manufaktur di
BEJ Variabel dependen:
Nilai perusahaan Y
Variabel independen:
Struktur modal X1 dan
pertumbuhan perusahaan X2
1. Struktur modal berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. 2. Pertumbuhan
berpengaruh negatif tapi tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan.
3. Struktur modal dan pertumbuhan
perusahaan secara simultan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan
2 Dewa Kadek
Oka Kusumajaya
2011 Pengaruh struktur
modal dan pertumbuhan
perusahaan terhadap
profitabilitas dan nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur di
BEI Variabel dependen:
Profitabilitas Y1 dan Nilai
perusahaan Y2 Variabel
independen: Struktur modal
X1 dan pertumbuhan
perusahaan X2 1. Struktur modal dan
pertumbuhan perusahaan
mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap profitabilitas
2. Struktur modal, pertumbuhan
perusahaan, dan profitabilitas
mempunyai pengaruh
Universitas Sumatera Utara
positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3 Bambang
Sudiyatno, Elen
Puspitasari, dan Andi
Kartika 2012 The company’s
policy, firm performance, and
Firm Value: an Empirical
Research on Indonesia Stock
Exchange Variabel dependen:
Kinerja perusahaan Y1 dan nilai
perusahaan Y2 Variabel
independen: Kebijakan
perusahaan : Debt ratio X1, Stock
Bonus X2 1. Pinjaman debt
mempunyai pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan
dan mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan 2. Bonus saham
mempunyai pengaruh yang positif tetapi
tidak signifikan terhadap kinerja
perusahaan dan mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
4 Onyemachi
Maxwell Ogbulu dan
Francis Kehinde
Emeni 2012 Capital structure
and Firm Value: Empirical
Evidence from Nigeria
Variabel dependen: Firm value
Y Variabel
independen: Ekuitas X1, dan
pinjaman jangka panjang X2
1. Pinjaman jangka panjang mempunyai
pengauh yang positif terhadap nilai
perusahaan. 2. Ekuitas tidak
mempunyai pengaruh yang positif terhadap
nilai perusahaan
5 Selvi Meliza
Salim dan Golrida
Karyawati 2013
Pengaruh modal intelektual
terhadap kinerja keuangan
Variabel dependen: Kinerja keuangan
Y Variabel
independe: Modal intelektual
X Modal intelektual
secara keseluruhan mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan.
6 Ni Nyoman G.
Martini Putu, Moeljadi,
Factors affecting firms value of
Indonesia Public Variabel dependen:
Profitabilitas Y Variabel
CSR dan GCG mempunyai pengaruh
yang positif terhadap
Universitas Sumatera Utara
Djumahir, Atim Djazuli
2014 manufacturing
firms independen:
CSR X1 dan GCG X2
profitabilitas.
2.3 Kerangka Konseptualdan Pengembangan Hipotesis