Kerangka Berpikir ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MELALUI MODEL SSCS DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS VIII SKRIPSI

dalam menerima informasi, dapat memperluas hasil pemecahan masalah dan pemikiran matematis, memberikan suatu pembenaran berdasarkan pada hasil,dan memecahkan masalah dalam konteks kehidupan nyata, memperoleh jawaban yang benar, 2 untuk subjek FD dalam menyelesaikan masalah memiliki profil: dapat memahami pernyataan verbal dari masalah, tetapi tidak dapat mengubahnya ke dalam kalimat matematika, lebih global dalam menerima informasi, mudah terpengaruh manipulasi unsur pengecoh karena memandang secara global, tidak dapat memperluas hasil pemecahan masalah, memberikan suatu pembenaran berdasarkan pada hasil,dan memecahkan masalah dalam konteks kehidupan nyata, sering tidak dapat memperoleh jawaban yang benar. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Arifin et al. 2015 tentang Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif dan Efikasi Diri pada Siswa Kelas VIII Unggulan SMPN 1 Watampone, memperoleh kesimpulan bahwa siswa dengan gaya kognitif FI memilki respon pemecahan masalah matematika yang lebih kompleks dibandingkan dengan FD yang cara pengerjaannya lebih umum.

2.3 Kerangka Berpikir

SSCS merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa karena melibatkan siswa pada setiap tahapnya. Model SSCS terdiri dari empat fase, yaitu fase search, fase solve, fase create, dan fase share. Fase search bertujuan untuk mengidentifikasi masalah, fase solve bertujuan untuk merencanakan penyelesaian masalah, fase create bertujuan untuk menuliskan penyelesaian masalah berdasarkan rencana yang diperoleh, dan fase share bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaian masalah. Lebih jelasnya sintaks model pembelajaran SSCS yaitu: 1. Fase search: memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada siswa, berupa apa yang diketahui, apa yang tidak diketahui, dan apa yang ditanyakan pada soal. 2. Fase solve: mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, seperti kemampuan untuk memilih apa yang harus dilakukan, membentuk hipotesis yang berupa dugaan jawaban. 3. Fase create: menciptakan produk yang berupa solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase sebelumnya. 4. Fase share: berkomunikasi dengan guru, teman sekelompok serta teman lain atas solusi masalah. Model SSCS dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa Pizzini, 1988. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan mencari solusi penyelesaian dari situasi yang dihadapi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan pemecahan masalah memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan khusus yang dimiliki masing-masing siswa. Model SSCS juga didukung oleh teori-teori belajar yang sudah ada. Teori Piaget menyatakan bahwa dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi antar siswa. Teori Ausubel menyatakan pentingnya memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Teori Vygotsky menyatakan bahwa scaffolding dapat membantu siswa memahami permasalahan dan memungkinkan siswa belajar mandiri. Masing-masing siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan pengalaman siswa yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah siswa juga dipengaruhi oleh gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan cara khas seseorang dalam menerima, memelihara, dan menggunakan informasi. Dalam penelitian ini gaya kognitif terdiri dari dua dimensi, yaitu gaya kognitif field dependent FD dan gaya kognitif field independent FI. Individu FD cenderung mengorganisasi dan memproses informasi secara global sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh perubahan lingkungan. Dalam pembelajaran individu FD cenderung memerlukan instruksi atau petunjuk yang lebih jelas mengenai bagaimana memecahkan masalah. Sedangkan individu FI cenderung memandang obyek terdiri dari bagian-bagian diskrit dan terpisah dari lingkungannya. Dalam pembelajaran individu FI cenderung memiliki kemampuan lebih baik dalam menganalisis informasi yang kompleks dan tidak terstruktur untuk memecahkan masalah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati et al. 2013 dan Periartawan et al. 2014, model SSCS dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Dalam penelitian ini setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model SSCS diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih baik. Lebih jelasnya kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan dalam skema pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah Model SSCS Model Ekspositori 1. Fase Search 2. Fase Solve 3. Fase Create 4. Fase Share Model SSCS mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa Pizzini, 1988. Hal ini juga didukung penelitian Rahmawati et al. 2013 dan Periartawan et al. 2014 bahwa model SSCS dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa Cenderung mengorgani- sasikan infornasi secara global Gaya kognitif setiap siswa berbeda Field dependent Field independent Teori belajar yang mendukung: 1. Teori Piaget 2. Teori Ausubel 3. Teori Vygotsky Kemampuan pemecahan masalah siswa setelah pembelajaran model SSCS lebih tinggi Cenderung memandang obyek terpisah dari lingkungan Deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari gaya kognitif melalui model SSCS

2.4 Hipotesis

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

101 585 415

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII

7 60 285

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

3 45 466

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PEMBELAJARAN MODEL 4K MATERI GEOMETRI KELAS VIII DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA

21 118 377

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

25 139 434

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Analisis Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Teorema Pythagoras Ditinjau dari Gaya Kognitif di Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatiroto Tahun Ajaran

0 6 15

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menurut John A. Malone ditinjau dari Gaya Kognitif pada Siswa Kelas VII SMP Islam Diponegoro Surakarta.

0 0 19

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 64

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII PADA MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEA) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

0 0 72

HUBUNGAN GAYA KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

1 6 12