Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

3.8 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, instrumen diujicobakan pada siswa di luar kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Setelah dilakukan uji coba soal didapatkan data hasil uji coba. Data tersebut selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek, sehingga peneliti mengetahui butir soal mana saja yang bisa digunakan, diperbaiki, atau dibuang. Adapun analisis perangkat tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas soal, tingkat kesukaran butir soal, analisis daya pembeda soal.

3.8.1 Analisis Validitas Butir Soal

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Validitas soal ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan mengkorelasikan jumlah skor butir dengan skor total. Menurut Arikunto 2009: 72, cara menghitung validitas suatu soal adalah sebagai berikut. � ∑ ∑ ∑ √ � ∑ ∑ � ∑ ∑ dengan = koefisien korelasi item soal � = banyaknya peserta tes = jumlah skor butir soal = jumlah skor total = jumlah perkalian skor butir dengan skor total = jumlah kuadrat skor butir soal = jumlah kuadrat skor butir total Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan harga kritis product moment dengan signifikansi . Jika maka butir soal tersebut valid Arikunto, 2009: 72. Dari analisis hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah dari 8 butir soal uraian diperoleh 8 butir soal tersebut valid karena . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 51.

3.8.2 Analisis Reliabilitas Soal

Menurut Sugiyono 2010: 173, reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Menurut Arikunto 2013: 122, reliabilitas soal uraian ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. ∑ , dengan atau , dimana = reliabilitas yang dicari = banyak butir soal ∑ = jumlah varians skor tiap-tiap butir = varians total � = jumlah peserta tes = jumlah skor tiap butir soal = nomor butir soal Hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan harga kritis r product moment dengan taraf signifikansi . Jika maka soal yang diujikan reliabel Arikunto, 2009: 112. Dari analisis hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah diperoleh nilai sebesar . Karena maka soal tes yang diujicobakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 52.

3.8.3 Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Menurut Arikunto 2009: 222 soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya soal. Bilangan yang dimaksud yaitu indeks kesukaran butir difficulty index. Besarnya indeks kesukaran yaitu antara 0,00 sampai dengan 1,00. Menurut Arikunto 2009: 210 rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran TK soal bentuk uraian adalah sebagai berikut. dengan Kriteria tingkat kesukaran butir soal diklasifikasikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat Kesukaran Kriteria Sukar Sedang Mudah Dari analisis hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah diperoleh tingkat kesukaran butir soal yang termasuk kriteria sedang yaitu soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8, sedangkan butir soal yang termasuk kategori mudah yaitu soal nomor 2. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 54.

3.8.4 Analisis Daya Pembeda Soal

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu soal mampu membedakan siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai berkemampuan rendah. Daya pembeda soal berkisar pada nilai sampai dengan dan mengenal tanda negatif. Daya pembeda bernilai negatif digunakan jika suatu soal terbalik dalam menunjukkan kualitas peserta tes, yaitu siswa yang kurang pandai dapat menyelesaikan soal, sedangkan siswa yang pandai tidak dapat mengerjakan soal. Ada tiga titik daya pembeda, yaitu: Soal yang baik memiliki daya beda tinggi adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja Arikunto, 2009: 226. Jika soal dapat dikerjakan dengan benar oleh siswa pandai maupun siswa kurang pandai, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda daya beda rendah. Menurut Arikunto 2009: 231 untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut. dengan = daya pembeda = rata-rata skor kelompok atas = rata-rata skor kelompok bawah = skor maksimal Untuk mengetahui baik tidaknya soal dapat menggunakan klasifikasi daya pembeda pada Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Kriteria Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Kriteria Jelek Cukup Baik Baik sekali Dari analisis hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah diperoleh daya pembeda butir soal yang termasuk kriteria jelek yaitu soal nomor 1, daya pembeda butir soal yang termasuk kategori cukup yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, serta daya pembeda butir soal yang termasuk kategori baik yaitu soal nomor 8. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 53.

3.9 Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

101 585 415

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII

7 60 285

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

3 45 466

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PEMBELAJARAN MODEL 4K MATERI GEOMETRI KELAS VIII DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA

21 118 377

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

25 139 434

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Analisis Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Teorema Pythagoras Ditinjau dari Gaya Kognitif di Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatiroto Tahun Ajaran

0 6 15

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menurut John A. Malone ditinjau dari Gaya Kognitif pada Siswa Kelas VII SMP Islam Diponegoro Surakarta.

0 0 19

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.

0 1 64

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII PADA MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEA) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

0 0 72

HUBUNGAN GAYA KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

1 6 12