Proses Menua Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Rekreasi pada lansia juga berguna untuk menjaga kondisi fisiknya supaya tetap sehat dan bersemangat. 2. Konsep Lansia 2.1 Definisi Lansia Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Menurut Watson 2003 mengidentifikasi lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Sedangkan menurut Herlock 1999 Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu ynag penuh manfaat.

2.2 Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melewati tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis dan psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut yang memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional Nugroho, 2008.

2.3 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Constantinides 1994 dalam Nugroho 2008 mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirimengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Selain itu Nugroho 2008 menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. 2.3.1 Perubahan-Perubahan Fisik Perubahan fisik terjadi pada sel yaitu sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurang jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. Sistem persarafan terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20 mengakibatkan berkurangnnya kemampuan saraf pada semua organ. Terjadi penurunan dalam sistem penglihatan dan terjadi penurunan dalam sistem kardiovaskuler seperti penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah. Selain itu juga terjadi penurunan pada sistem pengaturan, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem refroduksi, sistem perkemihan, sistem endokrin, sistem integument dan sistem muskuloskeletal. 2.3.2 Perubahan-Perubahan Mental Kuntjoro 2002 mengatakan bahwa pada lansia dapat timbul gangguan keseimbangan homeostasis sehingga membawa lansia kearah kerusakan kemerosotan deterosiasi yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental mencakup penurunan mental mencakup penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikosial, perubahan dalam peran sosial di masyarakat. 1. Penurunan kondisi fisik seperti yang telah dijelaskan diatas. 2. Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, dan vaginitis, baru selesai operasi, kekurangan gizi, penggunaan obat-obat tertentu, faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual. 3. Perubahan aspek psikososial akan dijelaskan pada perubahan-perubahan psikosial. 4. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. 5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat, lansia sebaiknya selalu diajak untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan di masyarakat, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dn kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain. 2.3.3 Perubahan-Perubahan Psikososial Menurut Nugroho 2008 pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilnagn finansial, status, teman, dan kegiatan. Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi rangkaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Kuntjoro 2002 mengatakan pada umumnya setelah oramg memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik konatif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia akan mengalami perubahan-perubahan psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia yaitu sebagai berikut: a. Tipe kepribadian konstruktif Construction personality, biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b. Tipe kepribadian mandiri Independent personality, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. c. Tipe kepribadian bermusuhan Hostility personality, pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. d. Tipe kepribadian kritik diri Self Hate personality, pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

2.4 Dampak Perubahan dan Kemunduran pada Lansia