a. Intelegensia kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai untuk mengurangi tegangan
menuju keseimbangan kontinum. b. Kemampuan bahasa, individu dapat mengurangi ketegangan psikis dengan
kemampuannya menguraikan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. c. Pengalaman masa lalu, bagi individu kesehatan dapat dihubungkan dengan
pengalaman masa lalu yang menyenangkan ataupun menyakitkan misalnya peristiwa kehilangan.
d. Konsep diri, bagaimana kesesuaian pandangpersepsi terhadap diri, yang meliputi gambaran diri, peran diri, ideal diri, harga diri, dan identitas diri.
e. Motivasi, bagaimana motivasi diri dalam menghadapi tantangan dan dinamika hidup apakah motivasi tinggi-motivasi rendah.
f. Faktor lainnya yang memengaruhi sehat sakit mental adalah: sosio kultural, usia, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, kedudukan sosial, dan latar belakang
budaya Rasmun,2001.
3.4 Kesehatan Jiwa Lansia
Kesehatan jiwa lansia adalah kemampuan diri lansia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan
lingkungan sehingga lansia dapat merasa berpikir dan melakukan kegiatan sesuai kemampuan lansia. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah kesehatan fisik dan
psikologis, kepribadian, sistem pendukung sosial, sumber-sumber ekonomi dan gaya hidupkebiasaan hidup Wiarsih,1999.
3.5 Masalah Umum Kesehatan Jiwa Lansia
3.5.1 Gangguan Proses Pikir a. Daya ingat menurun.
Disebabakan oleh gagnguan organik otak atau depresi. Dengan bertambahnya usia, kurangnya daya ingat terhadap kejadian baru lebih sering
terjadi dibandingkan daya ingat untuk kejadian lama. Banyak faktor mempengaruhi perubahan daya ingat, diantaranya: sress atau krisis, depresi,
perasaan tidak dihargai, kurangnya perhatian pada kejadian baru, gangguan cerebrovaskuler yang mempengaruhi fungsi cerebral, penyimpangan sensori atau
isolasi sosial. Gangguan daya ingat untuk kejadian baru kemungkinan akibat dari menurunnya fugsi penglihatan dan pendengaran. Tanda-tandanya: sering
mengulang pembicaraan, lupa meletakkan sesuatu, tidak dapat mengingat nama, tempat, dan waktu.
b. Kebingungan. Kebingungan digunakan untuk menggambarkan perilaku lansia termasuk
kurang perhatian dan menurunya daya ingat, bicara kurang sesuai, kurang mampu melakukan aktifitas sehari-hari. Penyebab: kondisi fisik dan kejiwaan terutama
proses pikir. Tanda-tandanya, diantaranya kurang mampu melakukan perhitungan sederhana.
c. Curiga. Curiga adalah reaksi lansia pada kehilangan, perasaan diasingkan, dan
kesepian. Penyebabnya adalah penyimpangan sensori, isolasi sosial, atau efek samping dari pengobatan. Tanda-tandanya; merasa terancam oleh orang-orang
tertentu contoh: oleh keluarga, teman, dan tetangga, takut terhadap waktu-waktu tertentu, misalnya malam hari, takut pada lingkungan baru misalnya rumah,
ruangan, atau lingkungan yang menyebabkan rasa takut dan cemas Wiarsih, 1999.
3.5.2 Gangguan Perasaan Perasaan kehilangan yang berlebih. Terjadi terutama jika kehilangan
orang-orang yang berarti. Tanda-tandanya lansia dengan reaksi kehilangan: kehilangan berat badan atau nafsu makan, merasa kelelahan, acuh tak acuh,
merasa tak mampu melakukan aktifitas, merasa kesepian, sedih dan mudah tersinggung Wiarsih, 1999.
3.5.3 Gangguan FisikSomatik Tanpa Penyebab yang Jelas a. Gangguan pola hidup.
Penyebabnya: kurang olagraga, terbatasnya pergerakan, efek samping obat-obatan. Tanda-tandanya: sering terbangun saat tidur, tidak dapat tidur,
kurang tidur, gelisah. b. Gangguan makan dan minum.
Penyebab: nafsu makan menurun, lupa makan, rasa kecap berkurang. Tanda-tandanya: tidak merasakan nikmatnya makan dan minum Wiarsih,1999.
3.5.4 Gangguan Perilaku a. Isolasi sosial.
Kehilangan tau ketakutan yang multipleberlebih dapat menyebabkan isolasi sosial. Kehilangankedudukan yang berkepanjangan terutama setelah
kehilangan pasangan hidup, anak, teman dekat membuat lansia menjadi enggan
berhubungan dengan orang lain. Tandanya: jarang melakukan kontak sosial, malas melakukan kegiatan rutinitas atau aktifitas sehari-hari.
b. Kurangnya perawatan diri. Sakit kronik adalah salah satu aspek penyebab dari ketidakmampuan
dalam merawat diri. Tanda-tandanya: tidak mampu memenuhi ebutuhan dasar, seperti: makan, BABBAK , mandi, dll Wiarsih,1999.
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual pada penelitian ini didasarkan pada teori yang diuraikan oleh Suliswati 2005 dimana peran keluarga sesuai dengan fungsi
keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia agar
lansia bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri, dapat
menyesuiakan diri terhadap perubahan yang terjadi. Sehingga peran keluarga dalam kesehatan jiwa lansia sangat diperlukan.
Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia:
1. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi jiwa lansia 2. Mencintai, menghargai dan mempercayai lansia
3. Saling terbuka dan tidak diskriminasi 4. Memberi pujian bagi lansia
5. Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada
lansia yang mengalami perubahan akibat proses menua
6. Mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya
7. Menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan
Kesehatan Jiwa lansia