Menururut Friedman 1998 keluarga memiliki peran-peran formal dan informal. Peran normal yang standar terdapat dalam keluarga seperi pencari
nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang masak. Nye dan Gecas 1976 telah mengidentifikasi enam
peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagia suami-ayah dan istri-ibu: yaitu peran sebagai provider penyedia, peran sebagi pengatur rumah tangga, peran
perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan kinship memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terapetik,
peran seksual. Peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalau
didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitaskepribadian anggota keluarga individual. Peran-peran informal ini
tidak hanya menghasilkan stabilitas keluarga tetapi juga ada beberapa yang bersifat merusak kesejahteraan keluarga. Adapun peran informal keluarga antara
lain sebagai pendorong yaitu memuji, setuju dengan menerima konstribusi dari orang lain, pengharmonisan, iniator-kontributor, pendamai, penghalang,
dominator, penyalah, pengikut, pencari pengakuan, martir, keras hati, sahabat, kambing hitam keluarga, distraktor dan orang yang tidak relevan, koordinator
keluarga, penghubung keluarga dan saksi.
1.6 Peran Keluaga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia
Menurut Suliswati 2005 ada 7 peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia yaitu:
1. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi lansia. Lansia membutuhkan lingkungan fisik dan psikolois yang nyaman.
Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa adalah menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan ynag harmonis saling pengertian anatara generasi
muda pada lansia Mubarak, 2006. Lingkungan yang sehat jiwa juga berarti lingkungan yang mendukung lansia untuk memaksimalkan kemampuannya, serta
lingkungan yang mencintai dan menghargai lansia dan membantu lansia dalam menghadapi proses penuaannya. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
dapat juga dilakukan dengan cara menata ruangan dengan warna lembut, jika diperlukan ada musik yang lembut dan pelan Wiarsih, 1999.
2. Mencintai, menghargai dan mempercayai lansia Kemunduran yang dialami lansia membuat lansia menjadi rendah diri,
untuk itu keluarga perlu memperhatikan dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia. Tunjukkan rasa cinta kepada lansia dengan berbicara secara
teratur, kontak mata dan sentuhan serta menceritakan kehidupan masa lalu lansia yang menyenangkan serta bertutur kata yang tidak menyakiti perasaan lansia dan
tunjukkan pula rasa hormat pada lansia. Mempercayai lansia dapat dilakukan dengan memberikan tanggung jaawab pada lansia untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan kemampuannya Wiarsih, 1999. 3. Saling terbuka dan tidak diskriminasi kepada lansia
Tidak diskriminasi maksudnya tidak mengucilkan atau mengkotakkan lansia tetapi tetap mengaangap sebagai bagian integral dari satu anggota keluarga
dan masyarakat yang hak dan kewajibannya dinilai atas dasar kemampuan dan
kondisi secara keterbatasannya. Memberikan peluang dan kesempatan untuk bekerja mencari nafkah atau melakukan kegiatan-kegiatan secara suka rela serta
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat sesuai keinginan dan kemampuannya. Melibatkan lansia dalam acara keluarga dan membina komunikasi saling terbuka
dalam keluarga. 4. Memberi pujian pada lansia untuk segala perbuatannya yang baik daripada
menghukumnya pada waktu membuat kesalahan. Memberi pujian pada lansia atas perbuatan baik yang telah dilakukannya
dapat meningkatkan harga diri lansia. Sebaliknya memberikan hukuman pada lansia membuat lansia merasa rendah diri, merasa tidak dihargai dan berlanjut ke
stress seterusnya depresi. 5. Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada lansia yang mengalami
perubahan akibat proses menua. Sejalan hilangnya kontak sosial lansia, stimulasi mental dan harga diri
mereka juga mengalam penurunan. Lansia membutuhkan seseorang yang memahami proses penuaan normal dan proses penyakit di usia lanjut Stanley,
2006. Menunjukkan empati berarti ikut merasakan apa yang diraskan oleh lansia seperti merangsang atau melatih proses pikir dengan mengajak lansia
mendiskusikan topikcerita yang menarik bagi lansia dengan suara lembut dan jelas sambil menyentuh lansia bila perlu. Membantu untuk menyiapkan makanan
dan minuman yang meningkatkan selera makan, misalnya dihidangkan hangat, lembut dan sesuai dengan keinginan lansia. Selanjutnya membantu lansia dalam
melakukan perawatan diri, misalnya makan, mandi dan sebagainya Wiarsih, 1999.
6. Mengajak lansia untuk mebina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya. Pemeliharaan kondisi mental yang sehat dapat dilakukan dengan ikut serta
dalam kegiatan yang produktif dan tetap ikut dalam kegiatan sosial masyarakat serta tidak menarik diri dari semua kegiatan Depkes, 2005. Melibatkan dalam
kegiatan masyarakat contohnya kegiatan perkumpulan lansiakarang werdha, dan berbagai kegiatan yang diadakan dilingkungan masyarakat baik yang bersifat
keagamaan, sosial maupun kegiatan khusus yang ditujukan untuk lansia posyandu lansia, senam lansia dan lain-lain.
7. Menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia seperti berekreasi dengan lansia untuk menghilangkan ketegangan dalam keluarga.
Rekreasi keluarga penting untuk memperkokoh dan memperbaharui ikatan keluarga, dan bersenang-senang bersama, sharing perasaan, mengurangi
ketegangan, memperbaiki perasaan anggota keluarga tentang keluarga mereka Friedman, 1998. Rekreasi adalah salah satu kebutuhan fundamental lansia,
dimana melalui rekreasi lansia dapat menjumpai, mengalami kebahagiaan hidupnya. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah, atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan
anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.
Rekreasi pada lansia juga berguna untuk menjaga kondisi fisiknya supaya tetap sehat dan bersemangat.
2. Konsep Lansia 2.1