terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku defensif dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan khusus
Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan keterampilanm hubungan interpersonal atau sosial.
3. Tujuan rehabilitas
Meningkatkan keterampilan ekspresi diri, sosial, meningkatakan kepercayaan
diri, empati, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemecahan 2.3.5. Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktifitas kelompok ini adalah klien dengan masalah
keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi sosial: menarik diri, dan perubahan
persepsi sensori.
2.3.6. Model Terapi Aktifitas Kelompok
1. Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik
dan membantu penyelesaian masalah. Misalnya : adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggota dan leader mengarahkan
alternatif penyelesaian masalah.
Universitas Sumatera Utara
2. Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu
meningkatkan keterampilan interpesonal dan sosial anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan
mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada
semua jenis: verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain.
3. Model interpersonal
Tingkah laku pikiran, perasaan dan tindakan digambarkan melalui hubungan inetrpersonal dalam kelompok, pada model ini juga menggambarkan sebab
akibat tingkah laku anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapis bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari
interaksi antar anggota dan terapis. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
4. Model psikodarma
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang
diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Macam terapi aktivitas kelompok 1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulasi yang disediakan atau stimulasi yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta
mengurangi perilaku mal-adaptif. Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaan
Karakteristik : a.
Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai b.
Menarik diri dari realitas c.
Inisiasi atau ide-ide negative Kondisi fisik yang sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensorik
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan
Universitas Sumatera Utara
melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan, terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan : a.
Meningkatkan kemampuan sensori b.
Meningkatkan upaya memusatkan perhatian c.
Meningkatkan kesegaran jasmani d.
Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas
Klien berorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien,
lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu.
Terapi aktifitas kelompok orientasi realita adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata realitas. Umunya dilaksanakan pada
kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara
didaktik. Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulasi internal pikiran, perasaan, sensasi
somatik dan stimulasi eksternal iklim, bunyi, situasi alam sekitar
Universitas Sumatera Utara
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan penderita sesuai realitas
d. Penderita mampu mengendalikan diri sendiri
Karakteristik : a.
Penderita dengan gangguan orientasi realita GOR; halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain.
b. Penderita dengan GOR terhadap orang lain, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain c.
Dapat berkomunikasi verbal dengan baik d.
Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien.
Kegiatan sosial adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk: a.
Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal b.
Memberi tanggapan terhadap orang lain c.
Mengekspresikan ide dan tukar persepsi d.
Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus : a.
Klien mampu memperkenalkan diri b.
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok c.
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok d.
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan e.
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain.
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan.
5. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan pengembangan pola-pola penyaluran energi seperti
katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan : a.
Menyalurkan energi ; destruktif ke konstruktif b.
Mengekspresikan perasaan
Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan hubungan interpersonal
2.3.8. Tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sudeen, 1995, fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi
pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
Orientasi Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing, dan leader
mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi. Kebersamaan
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menentukan siapa dirinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim ; a.
Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya. b.
Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina.
c. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
d. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realitas.
e. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya. f.
Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif. Petunjuk untuk leader pada fase ini :
a. Intervensi leader didasari pada kerja teoritis, pangalaman, personality dan
kebutuhan kelompok serta anggotanya. b.
Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok bekerja pada tugasnya.
c. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah
khusus. 4.
Fase terminasi Ada dua jenis terminasi akhir dan sementara. Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
Universitas Sumatera Utara
2.3.9. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok