2.3.9. Peran perawat dalam terapi aktivitas kelompok
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum program melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu membuat proposal . proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi: deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori,
persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2. Sebagai leader dan co leader
Sebagai role model, menyusun rencana, mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan, memotivasi anggota, mengatur jalannya kegiatan, menjelaskan
aturan kegiatan dan memimpin jalannya kegiatan. 3.
Sebagai fasilitator Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Sebagai observer
Mengobservasi respons tiap klien dan mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien. Tugas seorang observer meliputi: mencacat serta
mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta anggota kelompok yang drop out.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota
kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat emergensi dalam terapi yang dapat mempengaruhi
proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Kualifikasi Therapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutip Purwaningsih 2009, menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi perawat untuk terapi aktivitas
kelompok yaitu : a.
Pengetahuan pokok perawat tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologis dalam budaya setempat.
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
mempergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis.
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep
yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien.
Universitas Sumatera Utara
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-katanya.
e. Memiliki harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang
dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya. f.
Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Rawlins, Williams, dan beck 1993 dikutip dari Dalami 2010 mengidentifikasi tiga area yang perlu dipersiapkan untuk menjadi terapis atau
pemimpin terapi kelompok, yaitu persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya; praktik yang di supervisi pada saat berperan sebagai
pemimpin kelompok; pengalami mengikuti terapi kelompok. Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jika telah dipersiapkan
secara profesional. American Nurses Association ANA menetapkan pada pratik keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis kelompok.
Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dan keperawatan psikiatri-kesehatan jiwa menjamin perawat mahir dan kompeten sebagai terapis kelompok. The American
Group Psyhcotherapy Assocation AGPA sebagai badan akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan TAK, persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan
Universitas Sumatera Utara
mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan sebagai pemimpin.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
TAKS pada Pasien Isoloasi Sosial di RS Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan yang telah diuraikan
sebelumnya maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:
Baik
Cukup
Kurang
Skema 1 : Kerangka konseptual penelitian Gambaran Pengetahuan Perawat
tentang Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi TAKS pada Pasien Isolasi Sosial di RS Jiwa Daerah Provsu Medan
Pengetahuan perawat tentang pelaksanaan TAKS :
Mempersiapkan program TAKS
Sebagai leader dan coleader
Sebagai fasilitator
Sebagai observer
Mengatasi masalah pada saat TAK
Sebagai antisipasi masalah
Universitas Sumatera Utara