atas kerahasiaan pribadi, hak kebebasan berpikir, hak memilih bentuk keluarga dan untuk membangun serta merencanakan keluarga, hak untuk memutuskan secara bebas
mengenai jumlah anak, menentukan waktu kelahiran anak dan cara untuk mernperolehnya. Masalah kesehatan reproduksi ini, walau telah memiliki landasan
hukum yang kuat, namun dalam prakteknya terdapat kesenjangan antara prinsip- prinsip hukum dengan realitas sosial, karena hak reproduksi banyak dipengaruhi oleh
masalah relasi sosial Depkes RI, 2003.
2.3.2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan dalam Keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga dipengaruhi oleh informasi, ketrampilan dalam berkomunikasi dan posisi anggota keluarga. Pengetahuan
seseorang terkait erat dengan terpaan informasi, baik bersumber dari media massa maupun non media massa. Akses wanita ke media massa lebih rendah dari pria.
Konstruksi gender telah berhasil membangun satu aspek pendidikan keluarga bahwa anak wanita dididik untuk tidak banyak bicara sehingga akan mencerminkan wibawa.
Wibawa yang terpancar akan memiliki kekuatan dengan sekali bicara akan didengar dan dipatuhi terutama oleh anak-anaknya, tetapi hasil pendidikan dalam keluarga ini
yang menonjol bukan produk kewibawaan tapi ketidakberanian mengeluarkan pendapat, gagap berbicara, sulit merumuskan kalimat yang sesuai apa yang
diinginkannya, tidak memiliki kekuatan untuk mengemukakan masalah tersebut Hidayat, 2005.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Pemasungan kreativitas berkomunikasi pada anak-anak wanita yang dipraktekkan banyak keluarga di pedesaan, akhirnya bermuara pada kondisi yang
menempatkan mereka pada posisi tidak dapat melaksanakan keputusan. Ketidakterampilan berkomunikasi dalam proses pembuatan keputusan, menempatkan
ibu-ibu rumah tangga dalam posisi yang relatif rendah, sehingga kebutuhan dan keinginannya sulit terealisasikan. Keputusan yang dihasilkan cenderung didominasi
kepentingan suami, sekalipun keputusan tersebut menyangkut masalah-masalah yang berkaitan hidup matinya ibu-ibu itu sendiri seperti masalah kesehatan reproduksi.
2.3.2.2 Tipe-tipe Pengambilan Keputusan
Menurut Abdullah 2001, terdapat tiga tipe pengambilan keputusan pemeliharaan kesehatan reproduksi dalam keluarga :
1 Musyawarah, banyak ditempuh oleh keluarga di pedesaan. Prosedurnya si istri
menyampaikan masalah atau keinginan yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan reproduksi. Dilanjutkan untuk mencari jalan ke luar atau
memecahkan masalah, atas dasar argumen yang dikemukakan suami dan istri sehingga diperoleh keputusan yang memuaskan kedua pihak.
2 Dominan istri, umumnya terjadi pada kelompok ibu-ibu rumah tangga yang
wewenang penuh untuk mengambil keputusan sendiri. Ibu-ibu rumah tangga ini dalam prakteknya tetap memberitahu suami sebagai bentuk permintaan izin
sebelum melaksanakan keputusan yang ia buat sendiri. 3
Dominan suami, tipe pengambilan keputusan seperti ini banyak berlaku pada ibu-ibu rumah tangga yang relatif tua. Terdapat dua klasifikasi pengambilan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
keputusan dari tipe dominan suami ini, yaitu pertama, suami yang langsung membuat keputusan sendiri begitu istrinya mengemukakan permasalahan yang
dihadapi, tanpa banyak bertanya atau meminta pertimbangan istri terlebih dulu. Kedua, suami akan meminta pendapat dan keinginan istrinya dalam proses
pembuatan keputusan. Selanjutnya ia memutuskan tindakan yang harus dijalankan istrinya tanpa melalui tahapan pencapaian kesepakatan antara suami
dan istri.
2.3.3 Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan