Hasil penelitian Zuska, dkk 2002 di Sipirok, Tapanuli Selatan, ditemukan gangguan kesehatan reproduksi yang amat buruk dan erat kaitannya dengan persoalan
gender, faktor sosial ekonomi yang buruk, preferensi terhadap anak laki-laki dan diskriminasi.
2.1.3. Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender merupakan bentuk perbedaan perlakuan berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran, atau pilih kasih yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasi, persamaan antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi,
budaya, dan lainya. Dalam berbagai aspek ketidaksetaraan gender ditemukan ketidakadilan gender, yaitu ketidakadilan unfairness, unjustice dalam norma yang
berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dengan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai
perbedaan kebutuhan dan kekuasaan. Ketidakadillan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, seperti marginalisasi, subordinasi, stereotip,
kekerasan, dan beban kerja Kusmiran, 2011.
2.1.3.1. Marginalisasi
Marginalisasi atau disebut juga pemiskinan ekonomi. Ada beberapa mekanisme proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender. Dari segi sumbernya
bias berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu pengetahuan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas
anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan. Marginalisasi dapat terjadi seperti ditempatkan sebagai orang yang tidak memiliki peran penting.
Misalnya karena rendahnya pendidikan perempuan menyebabkan kurang teraksesnya tentang penyuluhan lingkungan sehat termasuk air bersih serta sanitasi. Makarao,
2009.
2.1.3.2. Subordinasi
Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional
berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang
berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu konsekuensi dari posisi subordinat perempuan ini adalah perkembangan keutamaan atas anak laki-laki.
Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan, demikian juga dengan
bayi perempuan yang baru lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki-laki akan disambut dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang
bayi perempuan Handayani dan Sugiarti, 2002. 2.1.3.3.
Stereotipe
Stereotipe merupakan pelabelan atau penandaan negatife terhadap suatu kelompok tertentu atau jenis kelamin tertentu, dan biasanya pelabelan ini selalu
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
berakibat pada ketidakadilan. Salah satu bentuk streotip ini adalah bersumber dari pandangan gender. Pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki misalnya, laki-laki
adalah pencari nafkah, maka setiap pekerjaan yang dilakukan perempuan dinilai hanya sebagai tamabahan saja, sehingga pekerja perempuan boleh saja dibayar lebih
rendah dibanding laki-laki. Sedangkan pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
kerumahtanggaan. Stereotip tidak hanya terjadi dalam rumah tangga, tetapi juga terjadi ditempat kerja dan masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah dan Negara
Kusmiran, 2011.
2.1.3.4. Kekerasan