kemampuan dan kondisi masing-masing daerah, menyiapkan biaya persalinan, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang
membahayakan kesehatan selama kehamilan seperti perdarahan dan lain-lain.
2.4 Landasan Teori
Tawney dikutip Megawangi 1999 menyebutkan bahwa keragaman peran pada hakekatnya adalah realita kehidupan manusia. Hubungan laki-laki dan perempuan
bukan dilandasi konflik atau struktur fungsional tetapi dilandasi kebutuhan bersama guna membangun kemitraan yang harmonis. Paham kompromistis yang dikenal
dengan keseimbangan equilibrium yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak
mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual yang ada pada tempat dan waktu tertentu
dan situasional sesuai situasikeadaan, bukan berdasarkan perhitungan secara matematis jumlahquota dan tidak bersifat universal.
Kesetaraan gender dalam segala aspek kehidupan termasuk kehidupan keluarga, didasarkan pada adanya perbedaan biologis, aspirasi, kebutuhan masing-masing
individu sehingga pada setiap peran yang dilakukan akan memiliki perbedaan. Kesetaraan gender juga tidak berarti menempatkan segala sesuatu harus sama, tetapi
lebih pada pembiasaan yang didasarkan pada kebutuhan spesifik masing-masing
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
anggota keluarga. Kesetaraan gender dalam keluarga mengisyaratkan adanya keseimbangan dalam pembagian peran antar anggota keluarga sehingga tidak ada
salah satu yang dirugikan. Dengan demikian, tujuan serta fungsi keluarga sebagai institusi pertama yang bertanggung jawab dalam pembentukan manusia yang
berkualitas dapat tercapai Mosse, 1996. Ketidaksetaraan gender terlihat dari adanya hambatan dalam akses pelayanan
terhadap pelayanan kesehatan terutama dialami oleh perempuan karena adanya status perempuan yang tidak mendapat izin dari suami sebagai pemegang keputusan, siapa
yang menolong persalinan istri kebanyakan masih ditentukan oleh suami, sehingga terjadi subordinasi terhadap perempuan dengan keterbatasan perempuan dalam
pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya. Ditinjau dari segi hak reproduksi jelas dinyatakan bahwa setiap orang baik lakilaki maupun perempuan tanpa
memandang kelas, sosial, suku, umur, agama dan lain-lain mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab. Lebih praktisnya dapat
dinyatakan bahwa perempuan berhak mengambil keputusan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya Azwar, 2001.
Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan yang menyangkut hak-hak kesehatan reproduksinya terutama kehamilannya. Keterbatasan perempuan
mengambil keputusan terhadap kehamilannya disebabkan budaya patriarki yang ada di masyarakat. Perempuan tidak mempunyai otonomi terhadap rahimnya sendiri yaitu
hak untuk menentukan kapan ingin punya anak, jumlah anak, memeriksakan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kehamilan, penolong persalinan dan biaya untuk kehamilan serta persalinannya Sibagariang, dkk, 2010.
Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya,
membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan
meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya
menggantungkan semangatnya pada suami. Istri membutuhkan dukungan dari suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri
Stoppard, 2002. 2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
……………… = Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Perspektif Gender : 1. Akses Pelayanan Kesehatan
2. Pengambilan Keputusan terhadap Kehamilan
3. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Kejadian Anemia Pada Ibu hamil
Status Kesehatan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kesetaraan gender yang terdiri dari akses pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan terhadap kehamilan,
partisipasi suami dalam kehamilan. Variabel dependen adalah kejadian anemia pada ibu hamil.
Kesetaraan gender dalam kesehatan khususnya terhadap ibu hamil dapat dilihat melalui akses ibu hamil ke pelayanan kesehatan yang masih dipengaruhi oleh
keberadaan suami sebagai kepala rumah tangga menyangkut izin, biaya yang dibutuhkan, waktu, dan jarak ke sarana pelayanan. Pengambilan keputusan terhadap
kehamilan yang merupakan hak ibu hamil atas dirinya sendiri pada kenyataannya tidak dapat terpenuhi karena besarnya keterlibatan suami dan keluarga dalam
pengambilan keputusan, hal ini akan berdampak kepada keterlambatan pertolongan terhadap gangguan dan komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Partisipasi
suami dalam perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan kesehatan ibu selama hamil yakni menyangkut gizi ibu hamil,
perhatian dan dukungan, persediaan biaya serta transportasi yang dibutuhkan selama proses kehamilan dan persalinan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei analitik dengan pendekatan explanatory research yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesetaraan gender
terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Alasan pemilihan lokasi, berdasarkan
survei awal ditemukan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat tahun 2011 masih tinggi sebesar 68,62. Persentase ini
paling tinggi dari Puskesmas yang ada di Kabupaten Langkat. Hasil wawancara pada studi awal dengan bidan desa di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat menunjukkan adanya beberapa perilaku yang menyangkut kesehatan pada ibu hamil seperti ibu biasanya melakukan
kunjungan kehamilan setelah kehamilan memasuki trimester kedua, rata- rata jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dan masih kurangnya partisipasi suami dalam
perawatan kehamilan seperti menemani istri saat memeriksakan kehamilannya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA