Gambaran Klinis Kanker Serviks Diagnosa Kanker Serviks Terapi Kanker Serviks

II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 13 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul. IIa Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium. IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul III Telah melibatkan 13 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. IIIa Keterlibatan 13 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal. IV Perluasan ke luar organ reproduktif. Iva Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum. IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

2.4.6. Gambaran Klinis Kanker Serviks

Dari anamnesis disapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau purulen yang berbau dan tidak berbau dan tidak gatal, Universitas Sumatera Utara perdarahan pasca koitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan gejala karena metastasis seperti obstruksi total vesika urinaria. Pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologik dan jaringan yang diperoleh dari biopsi Mansjoer, 2000.

2.4.7. Diagnosa Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy. Pada dasarnya bila dijumpai lesi seperti kanker secara kasat mata harus dilakukan biopsy walau hasil pemeriksaan pap smear masih dalm batas normal. Sementara itu, biopsi lesi yang tidak lasat mata dilakukan dengan bantuan kolposkopi Edianto, 2006. Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat mata didasarkan dari hasil pemeriksaan sitologi serviks pap smear. Diagnosis kanker serviks hanya berdasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy. Hasil pemeriksaan sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis Edianto, 2006. Biopsi dapat dilakukan secara langsung tanpa bantuan anastesia dan dapat dilakukan secara rawat jalan. Perdarahan yang terjadi dapat diatasi dengan penekanan atau peninggalan tampon vagina. Lokasi Universitas Sumatera Utara biopsi sebaiknya dapat diambil dari jaringan yang masih sehat dan hindari biopsi jaringan nekrosis pada lesi besar Edianto, 2006. Bila hasil biopsi dicurigai adanya mikroinvasi, dilanjutkan dengan konisasi. Konisasi dapat dilakukan dengan pisau cold knife atau dengan elektokauter Edianto, 2006.

2.4.8. Terapi Kanker Serviks

Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, harus ditentukan terapi apa yang tepat untuk setiap kasus. Secara umum jenis terapi yang dapat diberikan bergantung pada usia dan keadaan umum penderita, luasnya penyebaran, dan komplikasi lain yang menyertai. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan fisik yang seksama. Dalam hal ini dikenal terapi Edianto, 2006: 1. Terapi bedah Pada karsinoma in situ dan mikroinvasif, tumor dibuang dengan cara konisasi, koagulasi, dan histerektomi. Ahli ginekologi lebih banyak memilih histerektomi total disertai pembuatan manset vaginal kecil. Khusus karsinoma mikroinvasif banyak ahli ginekologi memilih tindakan yang lebih agresif yaitu histerektomi radikal. Pada wanita yang masih menginginkan anak atau penderita yang menolak histerektomi dapat dipertimbangkan konisasi atau kriokoagulasi atau elektrokoagulasi. Pada karsinoma invasif stadium Ib dan IIa, lebih banyak dipilih tindakan histerektomi radikal dengan tehnik Wartin-Meigh atau Universitas Sumatera Utara Schauta atau tehnik EVRUEL Abdomino-Vaginal Radical Utero- Extirpasi Lymphadenectomi. 2. Radioterapi Pada karsinoma invasif stadium lanjut IIb, III, IV terapi biasanya bersifat paliatif, dititikberatkan pada radiasi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi radioterapi pada saat ini dimana radiasi dapat di arahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga pemberian dosis tinggi tidak menimbulkan penyuli yang berarti. Pada stadium IV lebih banyak memilih mutilasi eksentrasi total yaitu mengangkat kantong kemih, rectum dan dibuat uretra dan anus tiruan praeternaturalis. 3. Khemoterapi Pada umumnya sitostatika hanya merupakan terapi ajuvan. Khemoterapi yang sering dipergunakan pada karsinoma serviks uteri adalah Methotrexate, Cyclophosphamide, Adriamycin dan Mitomycin-C. Sitostatika biasanya diberi kombinasi.

2.4.9. Dzikir dan Kecemasan