Pengaruh Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Kanker Serviks Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

(1)

PENGARUH DZIKIR TERHADAP PENURUNAN TINGKAT

KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF KANKER SERVIKS

DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

JUNITA NURMALA SARI NIM : 111121030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Pengaruh Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Kanker Serviks Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Penulis : Junita Nurmala Sari

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013

ABSTRAK

Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung.Tujuan penelitian untuk mengindentifikasi adanya pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental designs jenis one group pretest posttest. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kanker serviks. Pengukuran tingkat kecemasan menggunakan skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Kepada responden diberikan dzikir dua jam sebelum dilakukan operasi. Dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan tashbih (Subhaanallaah) sebanyak 33x, membaca tahmid (alhamdulillaah) sebanyak 33x , dan membaca tahlil (Laa ilaaha illallaah) sebanyak 33x selama lima belas menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 85,7% responden mengalami kecemasan berat dan 14,3 % mengalami kecemasan sedang sebelum dilakukan treatment (dzikir). Setelah dialkukan dzikir keseluruhan (100%) pasien pre operasi tingkat kecemasannya menjadi sedang dan ringan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan responden (p=0,008; α= 0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah ditunjukkan pada perawat ruangan agar dapat memberikan dzikir dalam menurunkan kecemasan klien pre operasi.


(4)

PRAKATA

Bismilahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatNya yang selalu memberikan pertolongan, perlindungan dan kesehatan, serta salawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Kanker Serviks Di RSUD Dr. Pirngadi Medan”.. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II, Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III, dan Ibu Nunung Febriany, S.Kep. Ns, MNS selaku dosen pembimbing proposal yang selalu menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing penulis, selalu memberikan arahan dan masukan.

2. Seluruh keluargaku tercinta, Ayahanda H.Kailani Noor dan Ibunda Hj. Nurhayati atas do’a, motivasi, dukungan moril dan materi serta kasih


(5)

sayangnya kepada penulis,dan untuk saudara-saudaraku tersayang Irwandi Septika, Irfan Septiawan, Dedi Irawan, Agustiani Sri Wahyuni, dan Afrizal Saputra yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.

3. Sahabat-sahabat terbaikku Fazar Az Zahara Wany, Unin, Lola, Nikmah, Kak Retna, Kak Desi, Kak Adista Amelia dan Kak Ani yang memberikan semangat dan dukungannya, serta teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi, semangat, dan memberikan dukungan.

4. Staf administrasi di Program Studi Fakultas Keperawatan USU yang memberikan bantuan dalam kelancaran selama proses penelitian berlangsung.

5. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak memberi bantuan dan perhatian dalam penyelesaian proposal ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rezeki serta perlindungan dan kesehatan dalam melanjutkan ibadah kepada-Nya serta dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan selanjutnya.

Medan, Januari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Prakarta………... ii

Daftar Isi……….iv

BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang………..1

1.2. Perumusan Masalah………..5

1.3. Tujuan Penelitian………..6

1.4. Manfaat Penelitian………6

BAB II. Tinjauan Pustaka 2.1. Tinjauan Dzikir 2.1.1.Pengertian Dzikir……….……….8

2.1.2. Sebutan dalam Dzikir...8

2.1.3. Jumlah dalam berdzikir………....9

2.1.4. Situasi dalam berdzikir ……….….10

2.1.5. Manfaat berdzikir……….………..….10

2.2. Tinjauan Kecemasan 2.2.1. Pengertian Kecemasan……….….….12

2.2.2. Faktor Predisposisi...12

2.2.3. Faktor Presipitasi………..…….16

2.2.4. Tingkat Kecemasan………..…….17


(7)

2.2.6. Hamilton Anxiety Rating Scale………..…….21

2.3. Tinjauan Operasi 2.3.1. Pengertian Operasi……….…………26

2.3.2. Klasifikasi operasi………...…………26

2.3.3. Alasan operasi………..………..27

2.4. Tinjauan Kanker serviks 2.4.1. Pengertian Kanker serviks………..…...………….27

2.4.2. Penyebab Kanker Serviks………...…..……….28

2.4.3. Faktor Risiko Kanker Serviks...28

2.4.4. Patogenesis Kanker Serviks………..……….28

2.4.5. Stadium Kanker Serviks………..…..………….30

2.4.6. Gambaran Klinis Kanker Serviks……….……….33

2.4.7. Diagnosa Kanker Serviks……….………….….34

2.4.8. Terapi Kanker Serviks………...……….35

2.4.9. Dzikir dan Kecemasan………..……….……...…….36

BAB III. Kerangka Penelitian 3.1. Kerangka Konsep...38

3.2. Definisi Operasional...39


(8)

BAB IV. Metodologi Penelitian

4.1. Desain Penelitian...42

4.2. Populasi dan Sampel...42

4.3. Lokasi dan Tempat Penelitian...43

4.4. Pertimbangan Etik...43

4.5. Instrumen Penelitian...44

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas...46

4.7. Pengumpulan Data...47

4.8. Analisa Data...49

BAB V. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian...51

5.2. Pembahasan...55

BAB VI. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan...59

6.2. Rekomendasi dan Saran...59

Daftar Pustaka...61 Lampiran

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Kuisioner Data Demografi dan Lembar Kuisioner Tingkat Kecemasan Surat Izin Reliabelitas dari RSUP H. Adam Malik Medan

Surat Izin Penelitian dari RSU Dr. Pirngadi Medan Surat Keterangan Selesai Penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Staging karsinoma seviks menurut pada sistem klasifikasi

dari FIGO (Federation of Gyenaecologic and Obstetrics)…………..32 Tabel 2. Karakteristik Responden ………..51. Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi

Sebelum Dilakukan Intervensi ………...53 Tabel 4. Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi

Sesudah Dilakukan Intervensi ………53 Tabel 5. Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah dilakukan

Intervensi ………54 Tabel 6. Uji Asumsi Normalitas ………54 Tabel 7. Uji wilcoxon signed ranks test ……….55


(10)

Judul : Pengaruh Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Kanker Serviks Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Penulis : Junita Nurmala Sari

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013

ABSTRAK

Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung.Tujuan penelitian untuk mengindentifikasi adanya pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks. Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental designs jenis one group pretest posttest. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kanker serviks. Pengukuran tingkat kecemasan menggunakan skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Kepada responden diberikan dzikir dua jam sebelum dilakukan operasi. Dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan tashbih (Subhaanallaah) sebanyak 33x, membaca tahmid (alhamdulillaah) sebanyak 33x , dan membaca tahlil (Laa ilaaha illallaah) sebanyak 33x selama lima belas menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 85,7% responden mengalami kecemasan berat dan 14,3 % mengalami kecemasan sedang sebelum dilakukan treatment (dzikir). Setelah dialkukan dzikir keseluruhan (100%) pasien pre operasi tingkat kecemasannya menjadi sedang dan ringan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan responden (p=0,008; α= 0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah ditunjukkan pada perawat ruangan agar dapat memberikan dzikir dalam menurunkan kecemasan klien pre operasi.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari yang dapat dialami manusia dan dapat juga dialami oleh siapapun. Ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu merupakan sebagai sebab dari terjadinya kecemasan. Kecemasan menghasilkan peringatan yang berharga dan penting dalam upaya untuk memelihara keseimbangan dan melindungi diri yang dapat dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian kehidupan sehari-hari (Suliswati, 2005).

Cemas merupakan suatu keadaan emosi tanpa suatu objek yang spesifik dan pengalaman subjektif dari individu serta dan tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran menghadapi operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati, 2005).


(12)

Pembedahan elektif maupun kedaruratan adalah merupakan suatu peristiwa komplek yang menegangkan, karena selain mengalami gangguan fisik akan dapat memunculkan masalah psikologis. Reaksi emosional dari pasien, diantaranya adalah kecemasan akan selalu didahului dalam prosedur pembedahan. Kecemasan adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami perasaan gelisah akibat ancaman atau penyebab yang tidak jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif (Carpenito, 2001).

Sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannnya yang tinggi, sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, status sosial ekonomi yang rendah, jenis histopatologi dan derajat pendidikan sesorang ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita (Rasjidi, 2007).

Di negara maju, angka kejadian dan angka kematian kanker serviks telah menurun karena suksesnya program pemeriksaan sel. Akan tetapi, secara umum kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita (setelah kanker payudara) dan diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya. Angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan teratas sebagai penyebab kematian akibat kanker di usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Menurut Depkes (2009) faktor resiko terjadinya kanker


(13)

serviks dapat terjadi pada perempuan yang melakukan aktivitas seksual sebelum usia 18 tahun, perempuan yang berganti-ganti pasangan seksual, dan menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Di Indonesia, setiap hari ditemukan 41 kasus dan 20 kematian sekaligus (Rasjidi, 2007). Sedangkan dari data yang didapatkan dari RSU Dr.Pirngadi Medan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Mei 2012 terdapat 51 kasus kanker serviks.

Sebelum dilakukan operasi terdapat masalah kecemasan yang merupakan reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini sebagai respon antisipasi pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam kehidupan pasien, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya (Brunner & Suddarth, 2002).

Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien yang akan berpengaruh kepada fungsi tubuh pasien menjelang operasi. Kecemasan yang tinggi dapat memberikan efek dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi napas, ketakutan, mual/muntah, gelisah, pusing, diaforesis, gemetar rasa panas dan dingin. Karena dengan adanya tanda-tanda tersebut maka biasanya operasi akan ditunda oleh dokter.

Terjadinya kecemasan menyebabkan menurunnya imunitas penderita. Menurut Snyderman (dalam Hawari, 2004) bahwa terapi medis saja tanpa disertai do’a dan dzikir tidaklah lengkap. Kenyataannya banyak penderita yang belum mendapat bimbingan terhadap pendekatan keagamaan untuk


(14)

melakukan do’a dan dzikir baik dari tenaga pelayanan kesehatan maupun dari keluarga penderita. Hal ini terjadi karena disebabkan kurang pengetahuan tentang keagamaan dan bimbingan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut terutama dalam hal do’a dan dzikir.

Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit. Dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan pasien, kepercayaan spritual memiliki peranan penting. Tanpa memandang anutan keagamaan pasien, kepercayaan spritual dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala upaya harus dibuat untuk membantu pasien mendapat bantuan spritual yang pasien inginkan. Kepercayaan yang dimiliki oleh setiap individu pasien harus dihargai dan didukung karena keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat besar (Brunner&Suddarth, 2002). Hal ini bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara tenaga pelayanan kesehatan, penderita, dan keluarga penderita, dengan cara menyiapkan tenaga pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pendekatan secara keagamaan, memberikan bimbingan tentang peningkatan keimanan, dan pelaksanaan do’a dan dzikir. Atau bisa mendatangkan seorang pemuka agama untuk membimbing dalam memberikan support psikologis dengan melakukan do’a dan dzikir, sehingga kecemasan berkurang dan imunitas meningkat.

Penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2006). Penelitian dilakukan di RSUD Swadana Pare Kediri. Subyek penelitian adalah pasien pre operasi di RSUD


(15)

Swadana Pare Kediri, yang masing-masing diambil sebanyak 20 orang untuk kelompok eksperimen dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien pre operasi antara pasien yang diberi bimbingan doa dan dzikir dengan yang tidak (t=3,344 dan p=0,002), dengan kesimpulan bahwa pemberian doa dan dzikir efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Hal yang sama dapat lihat pada penelitian yang dilakukan oleh Hammad (2009) yang mengkaji peran terapi Al-Qur’an terhadap kecemasan dan imunitas pasien hospitalisasi dimana hasilnya menunjukkan nilai yang signifikan pada kecemasan dan imunitas pasien hospitalisasi (p=0.016). Dengan kesimpulan bahwa terapi Al-Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan imunitas pasien yang sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit.

Dengan demikian, berdasarkan dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah apakah ada pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.


(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan Kelompok Intervensi sebelum dilakukan dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan

1.3.2.2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan Kelompok Intervensi sesudah dilakukan dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan.

1.3.2.3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah dilakukan dzikir pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan.

1.3.3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan antara lain :

1.3.3.1. Praktik Keperawatan

Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi perawat dalam memahami pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU


(17)

Dr.Pirngadi Medan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

1.3.3.2. Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan yang akan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

1.3.3.3. Penelitian Keperawatan

Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Dzikir

2.1.1. Pengertian Dzikir

Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, gerakan hati atau gerakan anggota badan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a dengan cara-cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, untuk memperoleh ketentraman batin, atau mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan serta terhindar dari siksa Allah (Suhaimie, 2005).

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengucapkan ”Subhanallah”, ”Alhamdulillah”, ”Laa ilaha Illallah”, dan ”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar matahari”(Bayumi, 2005).

2.1.2. Kalimat Adz-Dzikr dalam Al-Qur’an

Dalam Al Qur’an lafazh Adz-Dzikr memiliki sepuluh penggambaran (Bayumi, 2005):

2.1.2.1.Dzikir merupakan suatu kewajiban yang diperintahkan.

2.1.2.2.Larangan untuk melakukan apa yang menjadi lawan dari dzikir yaitu kelalaian dan lupa diri.


(19)

2.1.2.3.Syarat kemenangan adalah konsekuensi dari dzikir dan banyak mengulang-ulangnya.

2.1.2.4.Pujian kepada ahli dzikir, dan kabar gembira tentang apa yang telah dipersiapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi mereka, yakni surga dan ampunan-Nya.

2.1.2.5.Berita tentang kerugian bagi orang yang lalai untuk berdzikir karena urusan lain.

2.1.2.6.Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan dzikir sebagai sebab kebanggaan-Nya kepada seorang hamba yang senantiasa menyebut-Nya.

2.1.2.7.Dzikir lebih besar dari segala sesuatu.

2.1.2.8.Allah telah menjadikan dzikir kepada-Nya sebagai penutup amal shalih dan juga kuncinya.

2.1.2.9.Ahli dzikir adalah golongan yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah. Merekalah yang dimaksud dengan ulul albab.

2.1.2.10. Allah telah menjadikan dzikir sebagai pendamping semua amal shalih dan ruhnya; apabila suatu amal shalih tidak disertai dzikir kepada Allah, maka ia bagaikan jasad yang tidak memiliki ruh.

2.1.3. Jumlah dalam ber-Dzikir

Pada hakikatnya Allah menyuruh hambanya banyak berzikir dan jangan sampai lalai kepadaNya dalam sedetikpun.


(20)

"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya" (QS. AL Ahzab : 41) (Mushaf Al Qur’an, 2008).

ﻞﻴِﺻَﺃَﻭ ًﺓَﺮْﻜُﺑ ُﻩﻮُﺤﱢﺒَﺳَﻭ

"Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang " (QS. AL Ahzab : 42) (Mushaf Al Qur’an, 2008).

2.1.4. Situasi dalam ber-Dzikir

ًﺍﺩﻮُﻌُﻗَﻭ ًﺎﻣﺎَﻴِﻗ َ ّﷲ ْﺍﻭُﺮُﻛْﺫﺎَﻓ َﺓَﻼﱠﺼﻟﺍ ُﻢُﺘْﻴَﻀَﻗ ﺍَﺫِﺈَﻓ ﱠﻥِﺇ َﺓَﻼﱠﺼﻟﺍ ْﺍﻮُﻤﻴِﻗَﺄَﻓ ْﻢُﺘﻨَﻧْﺄَﻤْﻁﺍ ﺍَﺫِﺈَﻓ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻨُﺟ ﻰَﻠَﻋَﻭ ْﺖَﻧﺎَﻛ َﺓَﻼﱠﺼﻟﺍ ْﻮﱠﻣ ًﺎﺑﺎَﺘِﻛ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ًﺎﺗﻮُﻗ

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS.An-Nisa:103) (Mushaf Al Qur’an, 2008).

2.1.5. Manfaat ber-Dzikir

Firman Allah menyatakan bahwa (Bayumi, 2005):

1. Surat Al Jumu’ah ayat 10 : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan INGATLAH Allah banyak-banyak supaya kamu BERUNTUNG” (Mushaf Al Qur’an, 2008).


(21)

2. Surat An Anfal ayat 45 : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguhlah hati kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung (BERANI DAN YAKIN)” (Mushaf Al Qur’an, 2008).

3. Surat Ar Ra’ad ayat 28 : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Mushaf Al Qur’an, 2008).

4. Surat Al Ankabut ayat 45 :”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Qur’an dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Mushaf Al Qur’an, 2008).

5. Surat Ali Imran ayat 135 : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (Mushaf Al Qur’an, 2008).

6. Surat Ali Imran ayat 190 : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Mushaf Al Qur’an, 2008).


(22)

2.2. Tinjauan Kecemasan

2.2.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005).

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005).

2.2.2. Faktor Predisposisi

Suliswati (2005) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu: teori psikoanalitik, teori interpersonal, teori perilaku, teori keluarga, dan teori biologi.

1.Teori psikoanalitik

Menurut Freud dalam Suliswati (2005) kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual yang tidak


(23)

terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen.

a. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulusi tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal. b. Kecemasan subsekuen

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi bahaya.

2.Teori interpersonal

Sullivan dalam Suliswati (2005) mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempuyai kepekaan lingkungan. Kecemasan pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal


(24)

kehidupannya, bayi berespon seolah-olah ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul akibat tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau tidak setuju dengan perilaku itu.

Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang tua berarti atau kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa berikutnya muncul pada saat individu mempresepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya. Harga diri seseorang merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan. Orang yang mempuntyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya.

3.Teori perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi induvidu dalam mencapai tujuan yang diinginkan mis: memperoleh pekerjaan, bekeluarga, kesuksesan dalam sekolah. Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan induvidu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidak berdayaan.


(25)

Konflik muncul dari dua kecenderungan yaitu: ”approach” dan ”avoidance”. Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikkannya yaitu tidak melakukannya atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.

4.Teori keluarga

Study pada keluarga dan epidemiologi memperklihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.

5.Teori biologi

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin , reseptor tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA)yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA pada membran post-sinaps akan membuka saluran/ pintu reseptor sehingga terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengakibatkan eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses neurotransmiter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplay darah, perubahan hormon dan sebab fisik


(26)

lainnya. Kelelahan dapat meningkatkan iritabilitas dan perasaan cemas.

2.2.3. Faktor Presipitasi

Terkait dengan faktor ini ada dua kelompok faktor dalam presipitasi kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap harga diri (Suliswati, 2005).

1. Ancaman terhadap integritas fisik

Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi: a. Sumber internal

Meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal seperti hamil.

b. Sumber eksternal

Meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. a. Sumber internal: Kesulitan dalam berhubungan interpersonal

di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b. Sumber eksternal: Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.


(27)

2.2.4. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam Suliswati (2005) menidentifikasi ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.

a. Tingkat kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:

1.Respon fisiologi: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

2.Respon kognitif: lapang persepsi melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan masalah secara efektif.

3.Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

b. Tingkat kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:


(28)

1.Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah.

2.Respon kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.

3.Respon prilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

c. Tingkat kecemasan berat

Pada kecemasan tingkat berat lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/ arahan untuk terfokus pada area lain. Pada tingkat ini, menunjukkan respon seperti:

1.Respon fisiologi: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan.

2.Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah.

3.Respon perilaku dan emosi: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking.

d. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun


(29)

meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Pada tahap ini, akan menunjukkan beberapa respon seperti:

1.Respon fisiologi: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

2.Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis.

3.Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau.

Skema 1. Rentang Respon Kecemasan (Suliswati,2005)

Respon Respon

Adaptif Maladaptif


(30)

2.2.5. Respon Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon kecemasan menurut Suliswati (2005) antara lain:

a. Respon fisiologis terhadap kecemasan

Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat.

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi


(31)

koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.

c. Respon kognitif

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung.

d. Respon afektif

Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

2.2.7. Hamilton Anxiety Rating Scale

Hamilton Anxiety Rating Scale ( HARS) terdiri dari 14 item masing-masing ditegaskan dengan serangkaian tanda dan gejala. Mempunyai 5 skala yaitu 0 (tidak ada) – 4 (berat). HARS adalah satu dari skala penelitian utama yang dikembangkan untuk mengukur tingkat keseriusan atau keparahan gejala kecemasan. Sejak pertama kali dikenalkan Max Hamilton pada tahun 1959, dan sudah digunakan secara meluas dan diterima untuk evaluasi kecemasan pada uji coba klinik yang termasuk dalam National insitute of menthal health’s early clinical drug evaluayions program assesement manual yang dibentuk


(32)

untuk menyediakan sederetan penilaian standart yang digunakan dalam evaluasi obat psikotropika (Nursalam, 2003). Adapun gejala-gejala adalah sebagai berikut :

a. Perasaan cemas: 1) Firasat buruk

2) Takut akan pikiran sendiri 3) Mudah tersinggung b. Ketegangan:

1) Merasa tegang 2) Lesu

3) Mudah terkejut

4) Tidak dapat istirahat dengan nyenyak 5) Mudah menangis

6) Gemetar 7) Gelisah c. Ketakutan:

1) Takut akan gelap 2) Ditinggal sendiri 3) Pada orang asing 4) Pada binatang besar 5) Pada keramaian lalu lintas 6) Pada kerumunan banyak orang


(33)

d. Gangguan tidur:

1) Sukar memulai tidur

2) Terbangun pada malam hari 3) Tidak pulas

4) Mimpi buruk

5) Mimpi yang menakutkan 6) Bangun tidur yang pulas e. Gangguan kecerdasan:

1) Daya ingat buruk 2) Sulit berkonsentrasi 3) Sering bingung f. Perasaan depresi:

1) Kehilangan minat 2) Sedih

3) Bangun dini hari

4) Berkurangnya kesukaan pada hobi 5) Perasaan berubah-ubah pada hobi g. Gejala somatik:

1) Nyeri otot 2) Kaku

3) Kedutan otot 4) Gigi gemeretak 5) Suara tidak stabil


(34)

h. Gejala sensorik:

1) Telinga berdengung 2) Penglihatan kabur 3) Muka merah dan pucat 4) Merasa lemah

5) Perasaan ditusuk-tusuk i. Gejala kardiovaskuler:

1) Denyut nadi cepat 2) Berdebar-debar 3) Nyeri dada

4) Denyut nadi mengeras

5) Rasa lemah seperti mau pingsan j. Gejala pernafasan:

1) Rasa tertekan didada 2) Perasaan tercekik

3) Merasa napas pendek/sesak 4) Sering menarik napas panjang k. Gejala gastrointestinal:

1) Sulit menelan 2) Mual/muntah

3) Berat badan menurun 4) Sulit buang air besar 5) Perut melilit


(35)

7) Nyeri lambung sesudah dan sebelum makan 8) Rasa panas diperut

9) Perut terasa penuh l. Gejala urogenital:

1) Sering kencing

2) Tidak dapat menahan kencing 3) Menstruasi tidak teratur 4) Firginitas menjadi dingin m. Gejala vegetatif:

1) Mulut kering 2) Muka kering 3) Mudah berkeringat 4) Pusing/sakit kepala 5) Bulu roma berdiri

n. Tingkah laku saat wawancara: 1) Gelisah

2) Tidak tenang

3) Mengerutkan dahi, muka tegang 4) Tonus/ketegangan otot meningkat 5) Nafas pendek dan cepat


(36)

2.3. Tinjauan Operasi

2.3.1. Pengertian Operasi

Operasi adalah suatu tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan pembuatan sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidayat, 1998).

2.3.2. Klasifikasi operasi

Brunner & Suddarth (2002) bedah mengkatagorikan operasi berdasar urgensinya menjadi lima yaitu :

a. Kedaruratan, yaitu pasien membutuhkan perhatian segera karena gangguan mengancam jiwa. Sebagai contoh perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih, fraktur tulang tengkorak, luka tembak, luka tusuk.

b. Urgen yaitu pasien membutuhkan perhatian segera dengan jeda waktu 24-30 jam. Contoh pada kasus infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada urethra.

c. Diperlukan, yaitu pasien harus menjalani pembedahan dalam tempo bias beberapa minggu atau bulan ke depan, contoh adalah katarak, hiperplasia prostat, gangguan tiroid.

d. Elektif, pasien harus dioperasi bila diperlukan apabila tidak dilakukan pembedahan tidak berbahaya, contoh vaginoplasti, herniotomy.


(37)

e. Pilihan yaitu keputusan terletak pada keinginan pasien, contohnya operasi plastik.

2.3.3. Alasan operasi

Menurut Brunner&Suddarth (2002) tindakan operasi diputuskan dengan berbagai pertimbangan, diantaranya adalah :

a. Diagnostik yaitu operasi yang dilakukan untuk menegakkan suatu diagnosa, contohnya tindakan biopsi.

b. Kuratif yaitu untuk tujuan pengobatan atau mengambil jaringan yang sakit, contoh appendiktomi, hernioraphy, eksisi tumor.

c. Reparatif yaitu operasi untuk perbaikan jaringan, contohnya debridement luka robek.

d. Kosmetik (rekonstruktif) yaitu operasi yang dilakukan untuk perbaikan bentuk sesuai lazimnya dengan pertimbangan aestetis, contoh mammoplasti, face off.

e. Paliatif yaitu operasi untuk menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah.

2.4. Tinjauan Kanker serviks

2.4.1. Pengertian Kanker serviks

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/ terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis


(38)

(Depkes RI, 2009). Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi berasal dari sel leher rahim (Depkes RI, 2009).

2.4.2. Penyebab Kanker Serviks

Hampir sekuruh kanker leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) / virus papilloma pada manusia. Virus ini relatif kecil dan hanya dapat dilihat dengan alt mikroskop elektron. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker yaitu tipe 16 dan 18 (yang sering dijumpai di Indonesia) serta tipe lain 31, 35, 45, dan lain-lain (Depkes RI, 2009).

2.4.3. Faktor Risiko Kanker Serviks

Menurut Depkes (2009) faktor resiko terjadinya kanker serviks yaitu perempuan yang melakukan aktivitas seksual sebelum usia 18 tahun, mereka yang berganti-ganti pasangan seksual, mereka yang menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual (IMS), behubungan seksual dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan, ibu atau saudara kandung yang menderita kanker leher rahim, hasil pemeriksaan pap smear sebelum dikatakan abnormal, merokok aktif/ pasif, penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang terjadi pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.


(39)

2.4.4. Patogenesis Kanker Serviks

Infeksi Human Papilloma Virus persisten dapat berkembang menjadi neoplasma intraepitel serviks (NIS). Seorang wanita dengan seksual aktif dapat terinfeksi oleh HPV resiko tinggi dan 80% akan menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi NIS dan HPV akan hilang dalam waktu 6-8 bulan. Dalam hal ini respon antibodi terhadapHPV resiko tinggi yang berperan. Dua puluh persen sisanya berkembang menjadi NIS dan sebagian besar yaitu 80% virus menghilang, kemudian lesi juga menghilang. Maka yang berperan adalah cytotoxic T cell. Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus tidak menghilang dan terjadi infeksi yang persisten. NIS akan bertahan atau NIS 1 akan berkembang menjadi NIS 3, dan pada akhirnya sebagiannya lagi menjadi kanker invasif. HPV resiko rendah tidak berkembang menjadi NIS 3 atau kanker invasif tetapi paling menjadi NIS 1 dan beberapa menjadi NIS 2 (Rasjidi, 2007).

Infeksi HPV resiko rendah sendirian tidak pernah ditemukan pada NIS 3 atau karsinoma invasif. Berdasarkan hasil program skrining berbasis populasi di Belanda, maka interval antara NIS 1 dan kanker invasif diperkirakan 12,7 tahun dan dihitung dari infeksi HPV resiko tinggi sampai terjadinya kanker adalah 15 tahun. Waktu yang panjang ini disamping terkait dengan infeksi HPV resiko tinggi persisten dan faktor imunologi (respon HPV resiko tinggi persisten dan faktor imunologi (respon HPV specific T-cell, presentasi antigen), juga diperlukan untuk terjadinya perubahan genom dari sel yang terinfeksi (Rasjidi, 2007).


(40)

Walaupun telah terjadi invasi sel tumor kedalam jaringan di bawahnya, kanker ini masih mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker mulut rahim tidak spesifik seperti adanya keputihan yang agak banyak dan kadang-kadang bercak perdarahan yang umumnya diabaikan oleh penderita.

Tanda yang lebih klasik adalah adanya perdarahan yang berulang atau terjadinya perdarahan setelah bersetubuh dengan pasangannya atau saat membersihkan vaginanya. Dengan bertambahnya pertumbuhan penyakit ini, perdarahan akan semakin lama dan akan semakin banyak. Namun, kadang-kadang diartikan bahwa perdarahan yang terjadi adalah haid yang berlangsung lama dan banyak. Juga biasanya dijumpai keputihan yang banyak dan berbau busuk yang berasal dari tumor tersebut (Rasjidi, 2007).

Pada stadium yang lebih lanjut ketika tumor telah menyebar ke rongga panggul dapat dijumpai tanda-tanda lain berupa nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri saat berkemih, kencing berdarah, perdarahn saat buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan bengkak pada tungkai bawah (Rasjidi, 2007).

2.4.5. Stadium Kanker Serviks

Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy, dilanjutkan dengan penemuan stadium (Edianto, 2006).


(41)

Stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinik dan sebaiknya pemeriksaan dilakukan di bawah pengaruh anastesia umum. Stadium tidak dipengaruhi adanya penyebaran penyakit yang ditemui setelah tindakan bedah atau setelah diberikan tindakan terapi. Penemuan stadium ini harus mempunyai hubungan dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti-bukti klinis, dan sederhana (Edianto, 2006).

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO masih berdasarkan pada pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto thoraksserta sistoskopidan rektoskopi. Penggunaan alat bantu diagnostik seperti CT-scan, MRI ataupun PET tidak dijadikan standar karena sebagian kasus berada di Negara berkembang dengan fasilitas peralatan kesehatan yang masih minim. Sekali stadium ditetapkan tidak boleh berubah lagi walau apa pun hasil akhir terapi yang diberikan (Edianto, 2006).

Temuan dengan pemeriksaan CT scan , MRI,atau PET tidak mengubah stadium, tetapi dapat digunakan sebagai informasi untuk rencana terapi yang akan dilakukan. Kecurigaan adanya anak sebar ke kelenjar getah bening pelvis atau para aorta (adenopati) jangan dilanjutkan dengan biopsi kelenjar karena terlalu berbahaya (Edianto, 2006).

Stadium Ia yang hanya dapat diketahui dari pemeriksaan mikroskopik, ke dalam invasi sel tumor ke stroma diukur dari membrane basalis atau permukaan kelenjar dari mana tumor ini berasal. Adanya


(42)

invasi sel tumor ke dalam pembuluh darah atau limfe tidak mempengaruhi stadium (Edianto, 2006).

Tabel 1. Staging karsinoma seviks menurut pada sistem klasifikasi dari FIGO (Federation of Gyenaecologic and Obstetrics) tahun 2000

dalam Edianto (2006). Stadium Kriteria

0 Karsinoma in situ, karsinoma intra epithelial

I Karsinoma masih terbtas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)

Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm.

Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm.

Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm. Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih

dari Ia.

Ib1 Besar lesi secara linis tidak lebih dari 4 cm. Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm.


(43)

II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul.

IIa Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium.

IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul

IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.

IV Perluasan ke luar organ reproduktif.

Iva Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum.

IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

2.4.6. Gambaran Klinis Kanker Serviks

Dari anamnesis disapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau purulen yang berbau dan tidak berbau dan tidak gatal,


(44)

perdarahan pasca koitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan gejala karena metastasis seperti obstruksi total vesika urinaria. Pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologik dan jaringan yang diperoleh dari biopsi (Mansjoer, 2000).

2.4.7. Diagnosa Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy. Pada dasarnya bila dijumpai lesi seperti kanker secara kasat mata harus dilakukan biopsy walau hasil pemeriksaan pap smear masih dalm batas normal. Sementara itu, biopsi lesi yang tidak lasat mata dilakukan dengan bantuan kolposkopi (Edianto, 2006).

Kecurigaan adanya lesi yang tidak kasat mata didasarkan dari hasil pemeriksaan sitologi serviks (pap smear). Diagnosis kanker serviks hanya berdasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsy. Hasil pemeriksaan sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis (Edianto, 2006).

Biopsi dapat dilakukan secara langsung tanpa bantuan anastesia dan dapat dilakukan secara rawat jalan. Perdarahan yang terjadi dapat diatasi dengan penekanan atau peninggalan tampon vagina. Lokasi


(45)

biopsi sebaiknya dapat diambil dari jaringan yang masih sehat dan hindari biopsi jaringan nekrosis pada lesi besar (Edianto, 2006).

Bila hasil biopsi dicurigai adanya mikroinvasi, dilanjutkan dengan konisasi. Konisasi dapat dilakukan dengan pisau (cold knife) atau dengan elektokauter (Edianto, 2006).

2.4.8. Terapi Kanker Serviks

Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, harus ditentukan terapi apa yang tepat untuk setiap kasus. Secara umum jenis terapi yang dapat diberikan bergantung pada usia dan keadaan umum penderita, luasnya penyebaran, dan komplikasi lain yang menyertai. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan fisik yang seksama. Dalam hal ini dikenal terapi (Edianto, 2006):

1. Terapi bedah

Pada karsinoma in situ dan mikroinvasif, tumor dibuang dengan cara konisasi, koagulasi, dan histerektomi. Ahli ginekologi lebih banyak memilih histerektomi total disertai pembuatan manset vaginal kecil. Khusus karsinoma mikroinvasif banyak ahli ginekologi memilih tindakan yang lebih agresif yaitu histerektomi radikal. Pada wanita yang masih menginginkan anak atau penderita yang menolak histerektomi dapat dipertimbangkan konisasi atau kriokoagulasi atau elektrokoagulasi.

Pada karsinoma invasif stadium Ib dan IIa, lebih banyak dipilih tindakan histerektomi radikal dengan tehnik Wartin-Meigh atau


(46)

Schauta atau tehnik EVRUEL (Abdomino-Vaginal Radical Utero-Extirpasi Lymphadenectomi).

2. Radioterapi

Pada karsinoma invasif stadium lanjut ( IIb, III, IV) terapi biasanya bersifat paliatif, dititikberatkan pada radiasi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi radioterapi pada saat ini dimana radiasi dapat di arahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga pemberian dosis tinggi tidak menimbulkan penyuli yang berarti. Pada stadium IV lebih banyak memilih mutilasi eksentrasi total yaitu mengangkat kantong kemih, rectum dan dibuat uretra dan anus tiruan (praeternaturalis).

3. Khemoterapi

Pada umumnya sitostatika hanya merupakan terapi ajuvan. Khemoterapi yang sering dipergunakan pada karsinoma serviks uteri adalah Methotrexate, Cyclophosphamide, Adriamycin dan Mitomycin-C. Sitostatika biasanya diberi kombinasi.

2.4.9. Dzikir dan Kecemasan

Penelitian penelitian yang terdahulu terkait dengan konsep dzikir dan kecemasan telah pernah dilakukan, meskipun tidak sama dengan rencana penilitian yang akan peneliti lakukan. Yang berkaitan dengan konsep dzikir, misalnya pernah dilakukan oleh Sutrisno (2006) dengan judul Pengaruh Bimbingan Doa dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi. Penelitian resebut dilakukan di RSUD Swadana Pare


(47)

Kediri. Subyek penelitian adalah pasien pre operasi di RSUD Swadana Pare Kediri, yang masing-masing diambil sebanyak 20 orang untuk kelompok eksperimen dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian tersebut membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien pre operasi antara pasien yang diberi bimbingan doa dan dzikir dengan yang tidak (t=-3,344 dan p=0,002). Penelitian berkaitan dengan dzikir juga telah di lakukan oleh Sitepu, Nunung 2009, dimana hasilnya menunjukkan nilai yang signifikan pada pasien dengan operasi bedah pada bagian perut. Penelitian tersebut menggunakan kalimat Subhannallah, Alhamdullillah dan La illahaillah sebanyak 33 x sealam 10 menit yang dilakukan pada hari pertama dan kedua pasca operasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyono dkk pada tahun 2007 yang meneliti tentang efek dzikir terhadap kecemasan pasien yang akan dioperasi juga menunjukkan nilai yang signifikan (p=< 0.05). Penelitian tersebut (n=70) menggunakan kata Subhannallah selama 25 menit sebelum dilakukan operasi dimana seluruh pasien menunjukkan hasil tidak cemas. Hal senada juga di jumpai pada penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Zulekha (2007) yang menemukan bahwa terapi relaksasi religius dapat menurunkan insomnia.


(48)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep atau teori yang mengacu pada masalah-masalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat, 2007).

Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: a. Variabel independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas yaitu bebas dalam mempengaruhi variabel lain atau variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independen adalah pengaruh dzikir.

b. Variabel dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh atau menjadi akibat karena variabel lain. Variabel ini tergantung dari variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel dependen adalah penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks.


(49)

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan sebagai berikut:

3.2. Definisi Operasional

Tabel. 3.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Dzikir Suatu perbuatan mengingat

dengan menyebut nama Allah yang mengandung arti pujian, dan rasa syukur yang boleh dilakukan Kecemasan pasien

kanker serviks menjelang operasi Pre test

Kecemasan pasien kanker serviks menjelang operasi Post test


(50)

dalam kondisi berdiri, duduk atau berbaring.

2. Tingkat Kecemasan pre operasi kanker serviks. Tingkat Kecemasan yang dialami responden sebelum operasi kanker serviks. Kuisioner dengan menggunakan skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam bentuk pertanyaan agar dijawab responden kemudian menjumlahka n skornya. Jumlah pertanyaan 14 dan jumlah skornya 56.

1. Tidak ada kecemasan

(score <14) 2. Tingkat

kecemasan ringan (score 14-20)

3. Tingkat kecemasan sedang (score 21-27)

4. Tingkat kecemasan berat (score 28-41)

5. Tingkat kecemasan

berat sekali (score 42-56)


(51)

3.3. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan (Hidayat, 2007). Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut : 1. Ho :Tidak terdapat pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien

preoperasi kanker serviks.

2. Ha :Terdapat pengaruh dzikir terhadap tingkat kecemasan pasien preoperasi kanker serviks.


(52)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental designs jenis one group pretest posttest yaitu hanya satu kelompok dilakukan test sebelum diberi perlakuan, kemudian diintervensi dan diberikan test kembali setelah intervensi tanpa ada kelompok kontrol. Rancangan ini berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat tanpa melibatkan satu kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan. Pada penelitian ini, intervensi yang dilakukan adalah dzikir.

Bentuk rancangan tersebut adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010): Pretest Perlakuan Postest

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1.Populasi

Hidayat (2007), menyatakan bahwa populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien preoperasi kanker serviks di RSU Dr.Pirngadi Medan,


(53)

beragama islam, dan bersedia menjadi responden. Selama empat bulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang dimulai sejak Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012 terdapat tujuh pasien preoperasi kanker serviks di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4.2.2.Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling, dimana sampelnya semua dari jumlah populasi yang ada yaitu tujuh orang.

4.3. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan yang dimulai sejak Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Dr.Pirngadi Medan. 4.4. Pertimbangan etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi ataupun persetujuan dari pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah itu peneliti mengirimkan surat permohonan kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti kemudian dapat melakukan penelitian dengan melihat data penderita kanker serviks pada tahun 2012 di RSUD Dr. Pirngadi Medan lalu dipilih sesuai dengan kriteria sampel. Berdasarkan data tersebut peneliti mengunjungi calon responden yang


(54)

memenuhi kriteria sampel untuk dijadikan sebagai responden dan diberikan informed consent sebagai bukti pernyataan akan mengikuti penelitian ini (informed consent). Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden, baik fisik maupun psikis (protection from discomfort).

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar pengumpulan data (anonymity). Kerahasiaan informasi responden dijamin keamanannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality). Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya tanpa ada tekanan fisik ataupun psikologis (self determination).

4.5. Instrumen Penelitian

Adapun alat pengumpul data yang peneliti gunakan adalah kuisioner. Bagian pertama instrument penelitian tentang data demografi pasien yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, suku, pekerjaaan, penghasilan, status menikah, dan pengalaman operasi.

Bagian kedua instrumen yang digunakan adalah instrumen untuk mengkaji data yang berkaitan dengan tingkat kecemasan, menggunakan skala Hamilton anxiety rating scale (HARS) yang sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian dalam menyusun pertanyaan kuisioner.


(55)

Kemudian pada saat responden mengisi kuisioner, peneliti mendampingi responden untuk memberikan petunjuk dan mengklarifikasi isi kuisioner selama proses pengisian kuisioner yang dilakukan selama sepuluh menit.

Masing-masing gejala dikelompokkan dengan diberi penilaian 0 sampai 4 dan di kategorikan sebagai berikut:

0 : Tidak ada gejala 1: Gejala ringan 2 : Gejala sedang 3 : Gejala berat 4 : Gejala berat sekali

Kemudian dicocokkan dengan skala HARS (Hamilton anxiety rating scale) dengan deskripsi:

Total nilai: <14 (Tingkat kecemasan rendah) Total nilai: 14-20 (Kecemasan ringan) Total nilai: 21-27 (Kecemasan sedang) Total nilai: 28-41 (Kecemasan berat) Total nilai: 42-56 (Kecemasan berat sekali)


(56)

4.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan surat permohonan izin ke pendidikan Fakultas Keperawatan terlebih dahulu, setelah itu peneliti mengajukan surat permohonan izin ke Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan untuk mendapatkan data responden yang menderita kanker serviks. Diantara seluruh penderita yang terdiagnosa kanker serviks, peneliti memilihnya sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan. Setelah itu, peneliti mengunjungi calon responden di ruangan masing-masing

Kelompok Intervensi

Tingkat Kecemasan

Tingkat Kecemasan

Dzikir

-Terdapat Pengaruh -Tidak Terdapat Pengaruh


(57)

dengan menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan. Setelah calon responden setuju dengan prosedur penelitian yang akan dilakukan, peneliti memberikan informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan untuk menjadi responden. Selanjutnya peneliti mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti kegiatan penelitian hanya kedalam satu kelompok yaitu kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi diberikan perlakuan dzikir yang dilakukan dua jam sebelum dilakukan tindakan operasi. Pasien diberi posisi yang nyaman dapat dengan duduk atau berbaring. Pasien di relakskan atau ditenangkan terlebih dahulu dengan cara menarik nafas dalam. Kemudian dilakukan pengukuran tingkat kecemasan dengan menggunakan skala Hamilton anxiety rating scale (HARS) untuk mendapatkan data pre test. Setelah itu dilakukan dzikir yaitu mengucapkan Subhaanallaah sebanyak 33x, Alhamdulillaah sebanyak 33x, dan Laa ilaaha illallaah sebanyak 33x selama lima belas menit yang diucapkan didalam hati. Penggunaan ucapan “Subhanallah”, ”Alhamdulillah”, ”Laa ilaha Illallah” karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Mengucapkan ”Subhanallah”, ”Alhamdulillah”, ”Laa ilaha Illallah”, dan ”Allahu Akbar” lebih aku sukai dari semua yang terkena sinar matahari”(Bayumi, 2005). Dalam melakukan dzikir perhitungan dilakukan dengan menggunakan jaritangan dan dzikir dilakukan sebanyak 4 sampai 5 siklus dalam waktu 15 menit, dengan responden menutup mata agar lebih khusyuk dan terfokus.


(58)

Setelah diberi perlakuan dzikir maka dilakukan pengukuran tingkat kecemasan kembali dengan menggunakan skala Hamilton anxiety rating scale (HARS) untuk mendapatkan data post test.

Setelah didapatkan data pre test dan post test dari kelompok intervensi tersebut, peneliti akan mulai mengolahnya dengan menggunakan komputerisasi untuk mengetahui perubahan dan perbedaan tingkat kecemasan dari data kelompon intervensi.

4.7. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahapan yaitu dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua data konsisten. Kemudian dilakukan pengaturan informasi, koding dan dilanjutkan dengan meringkas informasi dengan membuat matriks, diagram dan lain-lain.

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan analisa data yaitu sebagai berikut :

4.7.1. Analisis Univariat. Adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel atau disebut juga dari analisis berdistribusi tunggal. Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi (pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, penghasilan, status menikah, pengalaman


(59)

operasi) dan menggunakan deskriptif (usia untuk melihat mean dan standar deviasi).

4.7.2. Analisis Bivariat. Adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. 4.7.2.1. Uji paired t-test digunakan untuk menguji dua sampel

berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang berbeda secara signifikan pada data yang bertipe riel. Maka, uji paired t-test (t test berpasangan) digunakan untuk meneliti pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan dengan melihat nilai P (probabilitas) diterima atau ditolak. Karena data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji wilcoxon non parametrik.


(60)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap tujuh pasien pre operasi di Instalasi rawat inap ruangan IV Onkologi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penyajian data penelitian ini meliputi karakteristik responden, tingkat kecemasan pasien, dan pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi pasien kanker serviks di RSUD Dr. pirngadi Medan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Instalasi Rawat Inap Ruangan IV RSUD Dr. Pirngadi Medan (N=7)

No Karakteristik Responden Frekuensi (n)

Persentase (%)

1. Umur 40-50 tahun 50-60 tahun 4 3 57,1% 42,9% 2. Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 4 2 0 14,3 57,1 28,6 0


(61)

3. Suku Batak Jawa Melayu Dll (Mandailing) 0 4 1 2 0 57,1 14,3 28,6

4. Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Petani PNS Wiraswasta 5 2 0 0 71,4 28,6 0 0 5. Penghasilan

<Rp. 500.000 Rp.500.000-Rp. 1.000.000 Rp.>1.000.000-Rp. 1.500.000 Rp. >1.500.000 0 0 7 0 0 0 100% 0 6. Status Menikah

Menikah Tidak Menikah 7 0 100% 0 7. Pengalaman Operasi

Pernah Tidak Pernah 7 0 100% 0

Tabel 5.1. diatas menunjukkan bahwa mayoritas umur responden berumur 40-50 tahun (4 orang = 57,1%), mayoritas responden berpendidikan SMP (4 orang = 57,1%), dengan suku mayoritas responden bersuku Jawa (4 orang = 57,1%), dilihat dari pekerjaan mayoritas responden Ibu Rumah Tangga (5 orang = 71,4%), dengan seluruh responden mempunyai penghasilan Rp.>1.000.000-Rp.1.500.000 (7 orang = 100%), dilihat dari status menikah seluruh responden berstatus menikah (7 orang = 100%), dan seluruh responden tidak pernah mengalami operasi (7 orang =100%).


(62)

5.1.2. Tingkat kecemasan

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi sebelum dilakukan Dzikir (N=7)

No Tingkat Kecemasan Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Cemas Ringan 0 0

2 Cemas Sedang 1 14,3%

3 Cemas Berat 6 85,7%

Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa mayoritas pasien pre operasi sebelum dilakukan dzikir 6 pasien (85,7%) mengalami cemas berat, dan 1 pasien (14,3%) mengalami cemas sedang.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi sesudah dilakukan Dzikir (N=7)

No Tingkat Kecemasan Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Cemas Ringan 1 14,3%

2 Cemas Sedang 6 85,7%

3 Cemas Berat 0 0

Tabel 5.3. diatas pengelompokan tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah dilakukan dzikir menunjukkan bahwa mayoritas pasien mengalami cemas sedang yaitu 6 pasien (85,7%), dan 1 pasien (14,3%) mengalami cemas ringan.

Tabel 5.4. Gambaran Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah dilakukan Dzikir No Responden Pre treatment Post treatment


(63)

2 32 24

3 35 27

4 27 20

5 34 26

6 36 27

7 31 23

Tabel 5.5. Uji Asumsi Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. PreTingkatKecemasan .504 7 .000 PostTingkatKecemasan .504 7 .000 a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 5.5. menunjukan bahwa nilai Kolmogorov – Smirnov pada kedua variabel memiliki nilai probabilitas (p) pretest sebesar 0,000 dan nilai post test sebesar 0,000 nilai probabilitas tersebut pada signifikansi 5 % ( p< 0,05 ) . Hal ini berarti bahwa sebaran data kelompok baik pada kelompok sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan adalah tidak berdistribusi normal. Uji hipotesa penelitian ini menggunakan uji analisis wilcoxon signed ranks test. Hasil perhitungan uji hipotesa menggunakan uji statistik wilcoxon signed ranks test.


(64)

Tabel 5.6. Uji wilcoxon signed ranks test Test Statisticsb

PostTingkatKecemasan – PreTingkatKecemasan

Z -2.646a

Asymp. Sig. (2-tailed) .008 a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Tabel 5.6. dengan uji wilcoxon signed ranks test didapatkan korelasi antara dua variabel (sebelum dan sesudah diberikan dzikir) adalah sebesar 0,008 dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05.Hal ini menyatakan adanya korelasi antara pre test dan post test adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa ada beda yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan dzikir terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi kanker serviks. Perbedaan hasil tersebut ditandai dengan adanya penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan dzikir pada pasien pre operasi kanker serviks di RSU Dr. Pirngadi Medan.


(65)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Operasi dan Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan pasien pre operasi kanker serviks dan pengaruh dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi kanker serviks yang telah dilakukan terhadap 7 pasien pre operasi kanker serviks di ruangan IV onkologi RSUD Dr. Pirngadi Medan, maka hasil yang diperoleh adalah: 100% responden mengalami kecemasan dalam menghadapi operasi dengan 6 orang (85,7%) pada tingkat kecemasan berat dan 1 orang (14,3%) pada tingkat kecemasan sedang.

Tingkat kecemasan pasien pre operasi kanker serviks relative tinggi (berat) disebabkan oleh operasi yang akan dilakukan. Selain itu tingginya tingkat kecemasan pasien pre operasi kanker serviks disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pasien umumnya mempunyai pengalaman sebelumnya belum pernah dilakukan operasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Atkinson (1992) dalam Tanjung (2004) yang mengatakan bahwa kemampuan seseorang berbeda dalam menghadapi situasi krisis dan dipengaruhi oleh faktor budaya, agama , dan social ekonomi.

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pasien pre operasi kanker serviks di ruangan IV RSUD Dr. Pirngadi Medan berada pada tingkat yang tinggi (sedang-berat), disebabkan operasi yang dilakukan pada responden pada umumnya operasi yang


(66)

pertama sekali dan dapat juga karena kecemasan yang tidak teridentifikasi. Atkinson (1992) dalam Tanjung (2004) mengatakan bahwa semua pasien pre operasi mengalami kecemasan walaupun tidak diungkapkan secara verbal dan pada pasien pre operasi akan mengalami reaksi emosional seperti kecemasan sebelum dilakukan prosedur pembedahan (Carpenito, 2001).

5.2.2. Pengaruh Dzikir terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi

Dzikir merupakan suatu perbuatan mengingat, menyebut, mengerti, menjaga dalam bentuk ucapan-ucapan lisan, yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a untuk memperoleh ketentraman batin, atau mendekatkan dirii (taqarrub) kepada Allah, dan agar memperoleh keselamatan dari Allah (Suhaimie, 2005). Sebelum dilakukan operasi terdapat masalah kecemasan yang merupakan reaksi emosional pasien yang sering muncul (Brunner & Suddarth, 2002). Ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya kerjasama antara tenaga pelayanan kesehatan, penderita, dan keluarga penderita, dengan cara menyiapkan tenaga pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pendekatan secara keagamaan, memberikan bimbingan tentang peningkatan keimanan, dan pelaksanaan do’a dan dzikir atau bisa mendatangkan seorang pemuka agama untuk membimbing dalam


(67)

memberikan support psikologis dengan melakukan do’a dan dzikir, sehingga kecemasan berkurang dan imunitas meningkat.

Berdasarkan perhitungan hasil penelitian dari 7 responden tentang tingkat kecemasan sebelum dan sesudah treatment (dzikir) dengan menggunakan program komputer diperoleh nilai signifikansi (p) 0,008. Maka dapat dikatakan bahwa dzikir memberikan pengaruh yang signufikan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

Selama proses dzikir berlangsung pasien umumnya mengatakan merasa senang selama proses dzikir serta merasakan hatinya terasa tenang dan nyaman setelah dilakukan proses dzikir sehingga pasien dapat tertidur selama proses dzikir tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Brunner & Suddarth (2002) yang mengatakan bahwa kepercayaan yang dimiliki oleh setiap individu pasien harus dihargai dan didukung karena keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat besar dan ditingkatkannya pemberian mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan pada aspek spiritual merupakan upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada penderita di rumah sakit. Dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan pasien, kepercayaan spritual memiliki peranan penting. Sutrisno (2006) dalam penelitiannnya mengatakan bahwa pemberian doa dan dzikir efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Hal yang sama dapat lihat pada penelitian yang dilakukan oleh Hammad (2009) yang mengkaji peran terapi Al-Qur’an terhadap kecemasan dan imunitas pasien hospitalisasi, dengan kesimpulan bahwa terapi Al-Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan imunitas pasien yang sedang


(68)

menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyono dkk pada tahun 2007 yang meneliti tentang efek dzikir terhadap kecemasan pasien yang akan dioperasi juga menunjukkan nilai yang signifikan (p=< 0.05). Penelitian tersebut (n=70) menggunakan kata Subhannallah selama 25 menit sebelum dilakukan operasi dimana seluruh pasien menunjukkan hasil tidak cemas.

Dari hasil perbandingan respon kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan dzikir yang dialami oleh responden, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa respon kecemasan yang dapat diturunkan oleh terapi dzikir adalah respon-respon yang terkait psikologis yaitu perasaan cemas ketika akan menghadapi operasi, ketegangan yang dirasakan, ketakutan yang dirasakan, dan kesulitan untuk tidur. Untuk respon yang terkait dengan factor fisiologis atau respon tubuh seperti kemampuan mengingat menurun, hilangnya minat untuk melakukan sesuatu, nyeri pada bagian otot-otot, gejala sensorik, gejala pada saluran pencernaan, dan gejala pada saluran perkemihan tidak dapat diturunkan disebabkan karena prosedur penelitian yaitu dzikir yang dilakukan hanya satu kali.

Dari pembahasan diatas dapat dinyatakan bahwa pemberian terapi dzikir yang dilakukan sebagai bentuk intervensi keperawatan pada pasien pre operasi memberi pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.


(69)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, penelitian yang dilakukan terhadap 7 responden pasien pre operasi di ruangan IV Onkologi RSUD Dr. Pirngadi Medan, menggambarkan 85,7% tingkat kecemasannya berat dan 14,3% tingkat kecemasannya sedang terhadap tindakan operasi.

Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh nilai p= 0,008 untuk n=7, α= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dzikir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tingkat kecemasan pasien pre operasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi.

6.2. Rekomendasi dan Saran

6.2.1. Rekomendasi terhadap keterbatasan penelitian

1. Dzikir hanya dilakukan satu kali oleh peneliti, maka untuk keperluan penelitian selanjutnya sebaiknya dzikir dilakukan lebih dari satu kali dan dalam jangka waktu yang memadai.

2. Dzikir dilakukan kepada pasien pre operasi kanker serviks, maka untuk keperluan penelitian selanjutnya sebaiknya dzikir dilakukan pada semua pasien pre operasi.


(70)

3. Kuisioner yang digunakan oleh peneliti adalah secara umum, maka untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan kuisioner yang lebih khusus untuk mengukur tingkat kecemasan pasien pre operasi.

6.2.2. Rekomendasi terhadap perawat ruangan

Diharapkan kepada para perawat untuk melakukan dzikir pada pasien pre operasi dalam waktu dua jam sebelum dilakukan operasi khususnya untuk pasien yang beragama islam sebagai bentuk intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi.


(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

Lampiran 2 Bagian 1

Kuisioner Data Demografi

Petunjuk:

1. Isilah titik- titik pada pertanyaan nomor 1 sampai nomor 7.

2. Berilah tanda check list (V) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan saudara pada pertanyaan nomor 2,3,4,5,6,7.

1. Umur: ... tahun 5. Penghasilan

2. Tingkat pendidikan ( ) 1. < Rp. 500.000

( ) 1. SD ( ) 2. Rp. 500.000- Rp.1.000.000 ( ) 2. SMP ( ) 3. >Rp.1.000.000-Rp.1.500.000 ( ) 3. SMA ( ) 4. > Rp. 1.500.000

( ) 4. Perguruan tinggi

6. Status Menikah

3. Suku ( ) Menikah

( ) 1. Batak ( ) Tidak Menikah ( ) 2. Jawa

( ) 3. Melayu 7. Apakah saudara pernah mengalami ( ) 4. lain-lain operasi sebelumnya

( ) Pernah

4. Pekerjaan ( ) Tidak pernah

( ) 1. Ibu rumah Tangga ( ) 2. Petani

( ) 3. PNS

( ) 4. Wiraswasta


(76)

Bagian 2

Kuisioner Tingkat Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

A. Penilaian :

0 : Tidak ada gejala 1: Gejala ringan 2 : Gejala sedang 3 : Gejala berat 4 : Gejala berat sekali B. Penilaiaan derajat kecemasan

Score < 14 : Tidak ada kecemasan 14-20 : Kecemasan ringan

21-27 : Kecemasan sedang 28-41 : Kecemasan berat 42-56 : Kecemasan berat sekali

C. Berilah tanda (√ ) jika terdapat gejala yang terjadi pada saudara.

No Gejala kecemasan Nilai angka/ skor

0 1 2 3 4

1. Perasaan cemas ketika akan menghadapi operasi:

- cemas

- merasakan firasat buruk - takut akan pikiran sendiri - mudah tersinggung

2. Ketegangan yang dirasakan: - merasa tegang - lesu

- tidak bisa istirahat dengan tenang - mudah terkejut


(77)

- mudah menangis - gemetar

- gelisah

3. Ketakutan yang dirasakan - takut pada gelap - pada orang asing - ditinggal sendirian - pada keramaian

- pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan pada tidur

- sulit untuk memulai tidur - terbangun pada malam hari - tidur tidak nyenyak

- bangun dengan lesu - banyak mimpi

- mimpi yang menakutkan

5. Gangguan pada pikiran - sulit untuk konsentrasi

- kemampuan mengingat menurun - kemampuan mengingat buruk

6. Perasaan murung - hilangnya minat

- berkurangnya kesenangan pada hobi - sedih

- bangun pada dini hari

- perasaan berubah-ubah sepanjang hari


(78)

7. Gejala fisik/ pada tubuh

- sakit dan nyeri di otot-otot - terasa kaku

- kedutan otot - gigi gemeretuk - suara tidak stabil

8. Gejala sensorik

- telinga berdenging - penglihatan kabur - muka merah atau pucat - merasa lemas

- perasaan seperti ditusuk-tusuk

9. Gejala jantung dan pembuluh darah - denyut jantung cepat

- rasa berdebar-debar - nyeri di dada

- rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan

10 Gejala pada pernafasan

- ada rasa tertekan atau sempit di dada

- rasa tercekik

- sering menarik nafas - nafas pendek atau sesak 11 Gejala pada saluran pencernaan

- sulit untuk menelan - perut melilit

- nyeri sebelum dan sesudah makan - perasaan terbakar di perut


(79)

- mual - muntah

- buang air besar lembek - susah buang air besar - berat badan menurun

12 Gejala pada salurah perkemihan dan kelamin

- sering buang air kecil

- tidak dapat menahan air kencing - tidak haid

- darah haid berlebihan - darah haid sangat sedikit - waktu haid panjang - waktu haid sangat pendek - haid beberapa kali sebulan - menjadi dingin (frigiditas)

13 Gejala autonom - mulut kering - muka merah - mudah berkeringat - kepala pusing - kepala terasa berat - kepala terasa sakit

- bulu-bulu terasa berdiri atau merinding

14 Sikap pada saat wawancara - gelisah

- tidak tenang - jadi gemetar


(80)

- mengkerutkan kening - muka tegang

- otot tegang atau mengeras - nafas pendek dan cepat - muka merah


(81)

NORMALITAS DATA PRE DAN POST TINGKAT KECEMASAN Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PreTingkatKecemasan 7 100.0% 0 .0% 7 100.0%

PostTingkatKecemasan 7 100.0% 0 .0% 7 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

PreTingkatKecemasan Mean 2.86 .143

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.51

Upper Bound 3.21

5% Trimmed Mean 2.90

Median 3.00

Variance .143

Std. Deviation .378

Minimum 2

Maximum 3

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -2.646 .794

Kurtosis 7.000 1.587

PostTingkatKecemasan Mean 1.86 .143

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.51

Upper Bound 2.21

5% Trimmed Mean 1.90

Median 2.00

Variance .143

Std. Deviation .378

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -2.646 .794


(82)

Descriptives

Statistic Std. Error

PreTingkatKecemasan Mean 2.86 .143

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.51

Upper Bound 3.21

5% Trimmed Mean 2.90

Median 3.00

Variance .143

Std. Deviation .378

Minimum 2

Maximum 3

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -2.646 .794

Kurtosis 7.000 1.587

PostTingkatKecemasan Mean 1.86 .143

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.51

Upper Bound 2.21

5% Trimmed Mean 1.90

Median 2.00

Variance .143

Std. Deviation .378

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -2.646 .794

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


(83)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PreTingkatKecemasan .504 7 .000 .453 7 .000

PostTingkatKecemasan .504 7 .000 .453 7 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tran_cemaspre 7 100.0% 0 .0% 7 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

tran_cemaspre Mean .4520 .02516

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .3904

Upper Bound .5135

5% Trimmed Mean .4590

Median .4771

Variance .004

Std. Deviation .06656

Minimum .30

Maximum .48

Range .18

Interquartile Range .00

Skewness -2.646 .794

Kurtosis 7.000 1.587

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

tran_cemaspre .504 7 .000 .453 7 .000


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

1. PROPOSAL

a. Kertas A4: Rp. 50.000

b. Tinta print: Rp. 80.000

c. Biaya pengambilan data awal: Rp. 75.000

d. Print proposal: Rp. 60.000

e. Foto copy sumber pustaka: Rp. 30.000

2. PENGUMPULAN DATA

a. Surat Izin penelitian Rp. 825.000

b. Transportasi Rp. 100.000

c. Fotocopy lembar ceklis dan persetujuan penelitian Rp. 20.000

d. Souvenir Rp. 20.000

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Penjilidan Rp. 50.000

b. Fotocopy laporan penelitian Rp. 50.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000

___________

Total Rp.1.460.000


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama : Junita Nurmala Sari Tempa/Tanggal Lahir : Bekasi, 12 Juni 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. KL Yos Sudarso Km. 6,5 Gg. Family No. 2A Tg. Mulia Medan

Pendidikan :

1. SD Negeri 064006 Tahun 1996-2002

2. SMP Negeri 38 Medan Tahun 2002-2005

3. SMA Negeri 3 Medan Tahun 2005-2008

4. D3 Keperawatan USU Tahun 2008-2011