Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan sengon kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

(1)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

FITRI MEGA MULIANTI. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Industri kayu olahan (woodworking) merupakan industri hasil hutan yang berkembang setelah adanya larangan ekspor kayu bulat dan kayu gergajian dengan tebal melebihi 6 mm. Industri ini menyumbangkan devisa dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan industri kayu bulat dan kayu gergajian. Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya terhadap perekonomian negara. Namun, pada empat tahun terakhir pengembangan industri ini terhambat karena ketersediaan bahan baku hutan alam yang semakin menipis sehingga izin pemanfaatan kayu (IPK) khususnya untuk kayu-kayu keras seperti jati dan mahoni terus diperketat. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaraan produksi industri kayu olahan karena sebagian besar menggunakan bahan baku kayu jati. Karena itu, kini terus dibudidayakan kayu jenis lain sebagai bahan baku alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Salah satu jenis kayu yang kini mulai digunakan yaitu kayu sengon. Penggunaan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif industri kayu olahan diharapkan dapat meningkatkan produksinya kembali.

CV. Cipta Mandiri merupakan perusahaan kayu olahan yang memproduksi produk solid laminating dan finger joint stick laminating. Perusahaan ini merupakan perusahaan kayu olahan satu-satunya di Kabupaten Kendal yang menggunakan bahan baku kayu sengon. Peran kayu sengon sebagai bahan baku alternatif menyebabkan permintaannya semakin meningkat dan berdampak pada peningkatan harganya. Kenaikan harga kayu sengon menyebabkan biaya produksi CV. Cipta Mandiri meningkat baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating. Biaya produksi semakin meningkat setelah adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), upah tenaga kerja dan tarif dasar listrik. Kenaikan tersebut sangat berpengaruh terhadap pnerimaan perusahaan yang tercermin dari keuntungan perusahaan yang semakin menurun untuk kedua produknya. Upaya yang dapat dilakukan CV. Cipta Mandiri untuk menutupi peningkatan biaya produksinya yaitu dengan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating serta skala usaha produksi kedua produk di CV. Cipta Mandiri. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi untuk produksi masing-masing produk CV. Cipta Mandiri.

Penelitian dilakukan di CV. Cipta Mandiri Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Model yang digunakan adalah model fungsi produksi linear berganda dan Cobb-Douglas. Kedua model akan dipilih satu model terbaik berdasarkan asumsi OLS (Ordinary Least Square) dan pengujian statistik.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model terbaik untuk menduga fungsi produksi kedua produk adalah model Cobb-Douglas dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan MSE nya. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan pada produksi solid laminating dan finger joint stick laminating adalah kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Faktor produksi bahan pembantu seperti lem dan plastik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil produksi baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating.

Skala usaha produk solid laminating dan finger joint stick laminating tidak sama. Produk solid laminating berada pada decreasing return to scale, sedangkan produk finger joint stick laminating berada pada increasing return to scale. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk produk solid laminating dan finger joint stick laminating belum efisien karena nilai rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu. Faktor-faktor produksi yang dianalisis tingkat efisiensinya adalah faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap kedua produk, yaitu kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Pada produk solid laminating penggunaan faktor produksi kayu sengon dan listrik harus dikurangi, sedangkan penggunaan tenaga kerjanya harus ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Penggunaan kayu sengon yang melebihi batas optimal disebabkan banyaknya kayu sengon yang tidak dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya (kayu sengon afkir). Pada produk finger joint stick laminating penggunaan semua faktor produksinya, seperti kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan.

Kondisi optimal dari produk solid laminating dapat tercapai apabila penggunaan kayu sengon dikurangi menjadi 55,84 m3, tenaga kerja ditambah menjadi 3475,62 HK, dan listrik perlu dikurangi menjadi 146.734,05 kwh. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan berturut-turut tingkat optimalnya sebesar 77,85 m3, 2431,8 HK, dan 85.546,71 kwh. Penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal untuk kedua produk CV. Cipta Mandiri dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat direkomendasikan adalah perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan pembelian kayu sengon, sehingga jumlah kayu sengon yang tidak sesuai dengan standar produksi dapat dikurangi. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon masih bisa ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal namun tetap harus memperhatikan kualitasnya. Pihak perusahaan harus berusaha mencari pasar untuk produk kualitas kedua dengan jalan meningkatkan promosi baik untuk pembeli dalam negeri maupun luar negeri sehingga kayu sengon afkir dapat dimanfaatkan dengan baik dan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Selain itu, efisiensi biaya produksi harus diperhatikan pihak CV. Cipta Mandiri khususnya untuk produksi solid laminating, karena produksinya berada pada decreasing return to scale.


(4)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul : Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon Kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Nama : Fitri Mega Mulianti

NRP : A14104042

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Mei 2008

Fitri Mega Mulianti A14104042


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang, 10 Juni 1986 dari pasangan Bapak Supardjiyanto, SH dan Ibu Mulyati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menjalani pendidikan di sekolah dasar tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN Purwokerto II, Kabupaten Kendal. Selanjutnya meneruskan pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1998 sampai tahun 2001 di SLTPN 2 Kendal. Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 penulis melanjutkan ke SMUN 1 Kendal.

Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian (FAPERTA). Pada tahun 2007 penulis menjadi asisten ekonomi umum semester ganjil tahun ajaran 2007/2008. Selama belajar di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis aktif dalam berbagai organisasi antara lain Koperasi Mahasiswa (KOPMA) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah”

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh, skala usaha, tingkat efisiensi dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan di CV. Cipta Mandiri. Hasil analisis ini dapat digunakan perusahaan sebagai rekomendasi yang dapat digunakan perusahaan dalam menjalankan produksinya sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

Penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa masih ada berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji wakil departemen yang telah mengoreksi kekurangan dalam penulisan ini dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

4. Dosen dan staf penunjang Program Studi Manajemen Agribisnis atas ilmu dan bantuan yang diberikan

5. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Supardjiyanto dan Ibunda Mulyati, kakakku tersayang Akbar Fajar M dan calon kakakku Mefri Dian Rosida beserta keluarga besar atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian dan dukungan yang tercurah tiada henti kepada penulis.

6. Moch. Asyhari dan keluarga atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus.

7. Ibu Nur Mandiyah, Bapak Alfra Nurdiansyah, Reza, Wuri, Lia serta seluruh pihak CV. Cipta Mandiri. Terima kasih atas bantuannya selama proses pengambilan data, semoga hasil penelitian ini dapat berguna untuk kemajuan perusahaan.

8. Teman-teman seperjuangan di C15, Lia, Utari, Irma, Anggi, Mbak Dewi, Mbak Ratih, Mbak Shinta dan Rindu terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan yang tidak pernah akan terlupakan sampai kapanpun.

9. Dina, Chika, dan Silmy terima kasih atas persahabatan, kegembiraan dan dukungannya selama ini.


(10)

10. Dini Vidya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam tampilan power point presentasi dengan cantik.

11. Teman-teman satu bimbingan Rini, Mirza, Rani, Yoga dan Dani yang telah memberi semangat dan dukungannya.

12. Sumiati, Agung, Agus, Wachid, Tika, Testiana, Dila, Yustika, Lukman, Mita, Medina, Biblio, Mela dan seluruh anak AGB’ 41 terima kasih atas persahabatan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

13. Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal terima kasih atas kebersamaan selama hidup di Bogor, perasaan senasib dan seperjuangannya. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis dengan ikhlas dan sukarela yang


(11)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

FITRI MEGA MULIANTI. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA.

Industri kayu olahan (woodworking) merupakan industri hasil hutan yang berkembang setelah adanya larangan ekspor kayu bulat dan kayu gergajian dengan tebal melebihi 6 mm. Industri ini menyumbangkan devisa dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan industri kayu bulat dan kayu gergajian. Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya terhadap perekonomian negara. Namun, pada empat tahun terakhir pengembangan industri ini terhambat karena ketersediaan bahan baku hutan alam yang semakin menipis sehingga izin pemanfaatan kayu (IPK) khususnya untuk kayu-kayu keras seperti jati dan mahoni terus diperketat. Hal ini sangat mempengaruhi kelancaraan produksi industri kayu olahan karena sebagian besar menggunakan bahan baku kayu jati. Karena itu, kini terus dibudidayakan kayu jenis lain sebagai bahan baku alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Salah satu jenis kayu yang kini mulai digunakan yaitu kayu sengon. Penggunaan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif industri kayu olahan diharapkan dapat meningkatkan produksinya kembali.

CV. Cipta Mandiri merupakan perusahaan kayu olahan yang memproduksi produk solid laminating dan finger joint stick laminating. Perusahaan ini merupakan perusahaan kayu olahan satu-satunya di Kabupaten Kendal yang menggunakan bahan baku kayu sengon. Peran kayu sengon sebagai bahan baku alternatif menyebabkan permintaannya semakin meningkat dan berdampak pada peningkatan harganya. Kenaikan harga kayu sengon menyebabkan biaya produksi CV. Cipta Mandiri meningkat baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating. Biaya produksi semakin meningkat setelah adanya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), upah tenaga kerja dan tarif dasar listrik. Kenaikan tersebut sangat berpengaruh terhadap pnerimaan perusahaan yang tercermin dari keuntungan perusahaan yang semakin menurun untuk kedua produknya. Upaya yang dapat dilakukan CV. Cipta Mandiri untuk menutupi peningkatan biaya produksinya yaitu dengan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating serta skala usaha produksi kedua produk di CV. Cipta Mandiri. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi untuk produksi masing-masing produk CV. Cipta Mandiri.

Penelitian dilakukan di CV. Cipta Mandiri Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Model yang digunakan adalah model fungsi produksi linear berganda dan Cobb-Douglas. Kedua model akan dipilih satu model terbaik berdasarkan asumsi OLS (Ordinary Least Square) dan pengujian statistik.


(13)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model terbaik untuk menduga fungsi produksi kedua produk adalah model Cobb-Douglas dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan MSE nya. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan pada produksi solid laminating dan finger joint stick laminating adalah kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Faktor produksi bahan pembantu seperti lem dan plastik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil produksi baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating.

Skala usaha produk solid laminating dan finger joint stick laminating tidak sama. Produk solid laminating berada pada decreasing return to scale, sedangkan produk finger joint stick laminating berada pada increasing return to scale. Penggunaan faktor-faktor produksi untuk produk solid laminating dan finger joint stick laminating belum efisien karena nilai rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu. Faktor-faktor produksi yang dianalisis tingkat efisiensinya adalah faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap kedua produk, yaitu kayu sengon, tenaga kerja dan listrik. Pada produk solid laminating penggunaan faktor produksi kayu sengon dan listrik harus dikurangi, sedangkan penggunaan tenaga kerjanya harus ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Penggunaan kayu sengon yang melebihi batas optimal disebabkan banyaknya kayu sengon yang tidak dapat digunakan untuk proses produksi selanjutnya (kayu sengon afkir). Pada produk finger joint stick laminating penggunaan semua faktor produksinya, seperti kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan.

Kondisi optimal dari produk solid laminating dapat tercapai apabila penggunaan kayu sengon dikurangi menjadi 55,84 m3, tenaga kerja ditambah menjadi 3475,62 HK, dan listrik perlu dikurangi menjadi 146.734,05 kwh. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon, tenaga kerja dan listrik perlu ditingkatkan berturut-turut tingkat optimalnya sebesar 77,85 m3, 2431,8 HK, dan 85.546,71 kwh. Penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal untuk kedua produk CV. Cipta Mandiri dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat direkomendasikan adalah perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan pembelian kayu sengon, sehingga jumlah kayu sengon yang tidak sesuai dengan standar produksi dapat dikurangi. Sedangkan untuk produk finger joint stick laminating, penggunaan kayu sengon masih bisa ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal namun tetap harus memperhatikan kualitasnya. Pihak perusahaan harus berusaha mencari pasar untuk produk kualitas kedua dengan jalan meningkatkan promosi baik untuk pembeli dalam negeri maupun luar negeri sehingga kayu sengon afkir dapat dimanfaatkan dengan baik dan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Selain itu, efisiensi biaya produksi harus diperhatikan pihak CV. Cipta Mandiri khususnya untuk produksi solid laminating, karena produksinya berada pada decreasing return to scale.


(14)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON

DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO,

KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Oleh :

FITRI MEGA MULIANTI A14104042

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul : Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon Kayu di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Nama : Fitri Mega Mulianti

NRP : A14104042

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP 132 133 965

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH” ADALAH KARYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

Bogor, Mei 2008

Fitri Mega Mulianti A14104042


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang, 10 Juni 1986 dari pasangan Bapak Supardjiyanto, SH dan Ibu Mulyati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Penulis menjalani pendidikan di sekolah dasar tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN Purwokerto II, Kabupaten Kendal. Selanjutnya meneruskan pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1998 sampai tahun 2001 di SLTPN 2 Kendal. Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 penulis melanjutkan ke SMUN 1 Kendal.

Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian (FAPERTA). Pada tahun 2007 penulis menjadi asisten ekonomi umum semester ganjil tahun ajaran 2007/2008. Selama belajar di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis aktif dalam berbagai organisasi antara lain Koperasi Mahasiswa (KOPMA) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kayu Olahan Sengon di CV. Cipta Mandiri, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah”

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh, skala usaha, tingkat efisiensi dan kombinasi optimal dari penggunaan faktor-faktor produksi kayu olahan di CV. Cipta Mandiri. Hasil analisis ini dapat digunakan perusahaan sebagai rekomendasi yang dapat digunakan perusahaan dalam menjalankan produksinya sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diterima perusahaan.

Penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa masih ada berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh beberapa pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berarti bagi penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP selaku dosen penguji wakil departemen yang telah mengoreksi kekurangan dalam penulisan ini dan menyempurnakan penulisan skripsi ini.

4. Dosen dan staf penunjang Program Studi Manajemen Agribisnis atas ilmu dan bantuan yang diberikan

5. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Supardjiyanto dan Ibunda Mulyati, kakakku tersayang Akbar Fajar M dan calon kakakku Mefri Dian Rosida beserta keluarga besar atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian dan dukungan yang tercurah tiada henti kepada penulis.

6. Moch. Asyhari dan keluarga atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus.

7. Ibu Nur Mandiyah, Bapak Alfra Nurdiansyah, Reza, Wuri, Lia serta seluruh pihak CV. Cipta Mandiri. Terima kasih atas bantuannya selama proses pengambilan data, semoga hasil penelitian ini dapat berguna untuk kemajuan perusahaan.

8. Teman-teman seperjuangan di C15, Lia, Utari, Irma, Anggi, Mbak Dewi, Mbak Ratih, Mbak Shinta dan Rindu terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan keceriaan yang tidak pernah akan terlupakan sampai kapanpun.

9. Dina, Chika, dan Silmy terima kasih atas persahabatan, kegembiraan dan dukungannya selama ini.


(20)

10. Dini Vidya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam tampilan power point presentasi dengan cantik.

11. Teman-teman satu bimbingan Rini, Mirza, Rani, Yoga dan Dani yang telah memberi semangat dan dukungannya.

12. Sumiati, Agung, Agus, Wachid, Tika, Testiana, Dila, Yustika, Lukman, Mita, Medina, Biblio, Mela dan seluruh anak AGB’ 41 terima kasih atas persahabatan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

13. Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal terima kasih atas kebersamaan selama hidup di Bogor, perasaan senasib dan seperjuangannya. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis dengan ikhlas dan sukarela yang


(21)

D

DAAFFTTAARRIISSII

H

Haallaammaann

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroindustri Hasil Hutan ... 12

2.2 Industri Kayu Olahan (Woodworking) ... 13

2.2.1 Produk Kayu Olahan ... 14

2.3 Sengon ... 15

2.3.1 Karakteristik Sengon ... 15

2.3.2 Manfaat dan Keunggulan Sengon ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu ... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1 Teori Fungsi Produksi ... 21

3.1.2 Model Fungsi Produksi ... 26

3.1.3 Konsep Return to Scale ... 29

3.1.4 Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 30

3.1.5 Konsep Kombinasi Input Optimal ... 32

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 32

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.2 Sumber dan Jenis Data ... 36

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 37

4.3.1 Analisis Pemilihan Model Fungsi Produksi ... 37

4.3.1.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 38

4.3.1.2 Fungsi Produksi Linear Berganda ... 39

4.3.2 Analisis Faktor-Faktor Produksi ... 45

4.3.3 Analisis Skala Usaha (Return to Scale) ... 45

4.3.4 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi ... 46

4.3.5 Analisis Kombinasi Input Optimal ... 49

4.4 Definisi Operasional ... 50

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan... 52


(22)

5.2 Lokasi Perusahaan ... 53 5.3 Struktur Organisasi ... 53

5.4 Visi, Misi dan Tujuan ... 54 5.5 Ketenagakerjaan ... 55 5.6 Proses Produksi ... 56 5.7 Pemasaran ... 59

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Produk Solid Laminating ... 60 Analisis Pemilihan Fungsi Produksi Solid

Laminating ... 60 Model Fungsi Linear Berganda ... 60 Model Fungsi Cobb-Douglas ... 63 Analisis Faktor-Faktor Produksi Solid Laminating ... 65 Analisis Skala Usaha Solid Laminating ... 68 Produk Finger Joint Stick Laminating ... 69 Analisis Pemilihan Fungsi Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 69 Model Fungsi Linear Berganda ... 69 Model Fungsi Cobb-Douglas ... 72 Analisis Faktor-Faktor Produksi Finger Joint Stick

Laminating ... 75 Analisis Skala Usaha Finger Joint Stick Laminating ... 77

VII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Produk Solid Laminating ... 79 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Solid

Laminating ... 79 Analisis Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi Solid Laminating ... 82 Produk Finger Joint Stick Laminating ... 84 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 84 Analisis Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi Finger Joint Stick Laminating 87

VIII.KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 90

Saran 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN ... 96


(23)

Nomor Halaman 1. Penyebaran Hutan pada Tujuh Kelompok Pulau Besar

di Indonesia ... 1 2. Produk Domestik Bruto Sektor Kehutanan Tahun 2000-2006

Atas Dasar Harga Berlaku ... 2 3. Devisa Ekspor Hasil Hutan Tahun 2001-2006 ... 3 4. Produksi Kayu Olahan Tahun 2001-2006 ... 4 5. Ekspor Kayu Olahan Tahun 2001-2006 ... 5 6. Produksi dan Luas Lahan Kayu Sengon ... 6 7. Perkembangan Harga Kayu Sengon ... 7 8. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Linear Berganda Produk Solid Laminating ... 61 9. Hasil Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk Solid

Laminating ... 62 10. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Cobb-Douglas Produk Solid Laminating ... 63 11. Hasil Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk Solid

Laminating ... 64 12. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Linear Berganda Produk Finger Joint Stick Laminating ... 70 13. Hasil Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk

Finger Joint Stick Laminating ... 71 14. Nilai VIF (Varian Inflation Factor) dan Durbin-Watson

Model Cobb-Douglas Produk Finger Joint Stick Laminating ... 73 15. Hasil Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk

Finger Joint Stick Laminating ... 74 16. Rasio NPM dan BKM Produksi Solid Laminating ... 80 17. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Solid Laminating ... 82 18. Rasio NPM dan BKM Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 85 19. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Finger Joint Stick Laminating ... 87


(24)

Nomor Halaman 1. Grafik Fungsi Produksi ... 23 2. Kerangka Operasional ... 35


(25)

Nomor Halaman 3. Keuntungan CV. Cipta Mandiri ... 96

4. Perkembangan Harga Jual Rata-Rata Solid Laminating

dan Finger Joint Stick Laminating ... 97 3. Denah CV. Cipta Mandiri ... 98 4. Struktur Organisasi CV. Cipta Mandiri ... 99 5. Produk Solid Laminating dan Finger Joint Stick Laminating ... 100 6. Kayu Bulat Sengon ... 101 7. Proses Produksi Solid Laminating ... 102 8. Proses Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 103 9. Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk Solid Laminating .... 104 10. Uji Normalitas Model Linear Berganda Produk Solid Laminating ... 105

11. Uji Homoskedastisitas Model Linear Berganda Produk Solid

Laminating ... 106 12. Uji Normalitas Model Cobb-Douglas Produk Solid Laminating ... 107

13. Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas Produk Solid

Laminating ... 108 14. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk Solid Laminating ... 109 15. Analisis Regresi Model Linear Berganda Produk

Finger Joint Stick Laminating ... 110 16. Uji Normalitas Produk Finger Joint Stick Laminating ... 111 17. Uji Homoskedastisitas Produk Finger Joint Stick Laminating ... 112 18. Uji Normalitas Model Cobb-Douglas Produk Finger

Joint Stick Laminating ... 113 19. Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas Produk Finger

Joint Stick Laminating ... 114 20. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Produk Finger

Joint Stick Laminating ... 115 21. Rasio Perbandingan Keuntungan Produksi Solid Laminating

CV. Cipta Mandiripada Kondisi Aktual dan Optimal

Rata-Rata per Bulan ... 116 22. Rasio Perbandingan Keuntungan Produksi Finger

Joint Stick Laminating CV. Cipta Mandiripada

Kondisi Aktual dan Optimal Rata-Rata per Bulan ... 117 23. Daftar Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor

Produksi Solid Laminating ... 118 24. Daftar Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor

Produksi Finger Joint Stick Laminating ... 120


(26)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai wilayah hutan cukup luas yaitu sekitar 127 juta ha. Luas hutan ini tersebar di seluruh pulau dengan luas yang berbeda-beda. Hutan terluas terdapat di Pulau Papua yaitu seluas 42,22 juta ha atau 33,3 persen dari total luas hutan Indonesia sedangkan hutan terkecil berada di Pulau Bali dan Nusa Tenggara dengan luas 1,4 juta ha. Pulau Kalimantan menempati urutan kedua dan Pulau Sumatera pada urutan ketiga dengan luas berturut-turut sebesar 36,4 juta ha dan 22,98 juta ha . Pulau-pulau lainnya memiliki luas hutan kurang dari 15 persen dari total luas hutan Indonesia (Tabel 1).

Tabel 1. Penyebaran Hutan pada Tujuh Kelompok Pulau Besar di Indonesia

No. Pulau Luas Hutan (Juta ha)

1 Sumatera 22,98

2 Jawa 2,17

3 Kalimantan 36,49

4 Sulawesi 1,40

5 Bali Nusa 7,27

6 Maluku 42,22

7 Papua 10,90

Sumber : Departemen Kehutanan (2005)

Kepemilikan atas hutan yang luas mendorong Indonesia untuk terus berusaha secara optimal memanfaatkan kekayaan alamnya tersebut. Hal ini terlihat dari adanya kecenderungan yang meningkat pada PDB (Produk Domestik Bruto) sektor kehutanan. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa PDB sektor kehutanan terus meningkat dari tahun 2000-2006 dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan perubahan sebesar 33 persen dari tahun sebelumnya.

Tabel 2. Produk Domestik Bruto Sektor Kehutanan Tahun 2000-2006 Atas Dasar Harga Berlaku.


(27)

No Tahun

Produk Domestik Bruto (PDB) Kehutanan

(Miliar Rupiah)

Persentase Perubahan (%)

1 2000 16.343,0

-2 -2001 16.962,1 3,78

3 2002 17.602,4 3,77

4 2003 18.414,6 4,61

5 2004 20.290,0 10,18

6 2005* 22.561,8 11,20

7 2006** 30.017,0 33,04

Sumber : Departemen Kehutanan 2006 (diolah) Keterangan :

*

: Angka sementara

**

: Angka sangat sementara

Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan. Pengembangan industri hasil hutan didorong oleh upaya pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, diantaranya adalah peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah. Pengembangan ini dilakukan dengan pola pengusahaan yang menjamin penerimaan dalam jumlah besar untuk negara tetapi tetap mengutamakan pelestarian sumberdaya hutan. Salah satu bidang industri hasil hutan adalah industri woodworking (kayu olahan).

Industri kayu olahan mulai berkembang setelah adanya kebijakan larangan ekspor kayu bulat pada tahun 1986 dan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian tahun 2001. SKB Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian melarang ekspor kayu gergajian yang tebalnya melebihi 6 mm. Kebijakan pemerintah ini mengharuskan para pengusaha kayu bulat dan kayu gergajian berinvestasi sampai ke industri hilir dengan memproduksi produk seperti finger jointed, wall flooring, moulding dan solid laminating.

Kedua kebijakan tersebut menyebabkan industri kayu olahan menjadi industri yang sangat penting untuk dikembangkan. Industri ini menyumbangkan


(28)

devisa dengan nilai yang lebih tinggi daripada industri kayu bulat dan kayu gergajian dari tahun 2001-2006. Pada tahun 2006 ekspor produk kayu olahan sebesar 2.089,44 US$ sedangkan kayu bulat dan kayu gergajian berturut-turut sebesar 0,17 dan 37 US$ (Tabel 3).

Tabel 3. Devisa Ekspor Hasil Hutan Tahun 2001-2006

Tahun Kayu Bulat

(juta US $)

Kayu Gergajian (juta US $)

Kayu Olahan (juta US $)

2001 5,62 89,48 2.486,26

2002 2,59 124,75 2.540,86

2003 0,24 85,84 2.535,03

2004 0,33 26,88 2.277,15

2005 0,19 3,41 2.401,66

2006 0,17 37 2.089,44

Sumber : Departemen Kehutanan 2006 (diolah)1

Selain sebagai penghasil devisa, industri kayu olahan juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Menurut APKINDO (Asosiasi Pengusaha Kayu Indonesia), pada tahun 2005 industri kayu olahan menempati urutan ketiga dalam penyerapan tenaga kerja di sektor industri kehutanan. Industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 370 ribu orang setelah industi mebel dan kayu lapis.

Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya yang besar terhadap perekonomian negara. Namun, pengembangan ini mengalami hambatan pada empat tahun terakhir karena ketersediaan kayu hutan alam yang semakin menipis. Hal ini menyebabkan pemerintah membatasi jumlah izin pemanfaatan kayu (IPK) hutan alam untuk industri khususnya kayu-kayu keras seperti kayu-kayu jati dan mahoni. Porsi hutan tebang yang diberikan untuk industri jauh dari kebutuhannya. Pada tahun 2004 pemerintah hanya memberikan jatah tebang sebesar 5,7 juta m3, sedangkan kebutuhan normal rata-rata per tahun


(29)

adalah 40 juta m3 (Departemen Kehutanan 2004). Kebijakan tersebut mengurangi ketersediaan bahan baku kayu untuk industri kayu olahan karena sebagian besar industri kayu olahan menggunakan kayu jenis tersebut.

Semakin menipisnya ketersediaan bahan baku menjadi masalah serius bagi industri kayu olahan. Hal ini tercermin dari penurunan produksi kayu olahan sebesar 16,6 persen pada tahun 2004 yang merupakan penurunan tertinggi. Namun, pada tahun 2005 produksi kayu olahan mengalami peningkatan sebesar 4,3 persen yang juga diikuti peningkatan volume ekspornya sebesar 10,6 persen (Tabel 5). Peningkatan produksi dan ekspor kayu olahan ini disebabkan pada tahun 2005 pemerintah menaikkan jatah hutan tebang dari 5,7 juta m3 menjadi 8,7 juta m3 (Departemen Kehutanan 2005).

Tabel 4. Produksi Kayu Olahan Tahun 2001-2006

Tahun Kayu Olahan (m3) Perubahan (%)

2001 6.120.545

-2002 6.439.278 5,2

2003 8.267.153 28,4

2004 6.900.552 -16,6

2005 7.193.903 4,3

2006 6.762.561 -6,9

Sumber : Departemen Kehutanan 2006 (diolah)

Peningkatan jatah tebang pada tahun 2005 tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan baku kayu untuk industri kayu olahan. Karena itu, pada tahun 2006 penurunan produksi terjadi kembali yaitu sebesar 6,9 persen yang diikuti oleh penurunan volume ekspor sebesar 9,3 persen dan nilainya sebesar 13 persen. Penurunan nilai dan volume ekspor kayu olahan juga terjadi pada tahun 2003,2004 dan 2006. Pada tahun 2003 volume ekspor menurun sebesar 2,6 persen, namun penurunan ini lebih kecil dibanding dengan penurunannya pada tahun 2004 sebesar 22,7 persen (Tabel 5). Penurunan volume ekspor ini selain


(30)

karena adanya keterbatasan bahan baku namun juga adanya pengaruh isu tentang pelestarian hutan dunia dimana produk-produk hasil hutan yang diekspor harus memenuhi syarat dalam pengelolaan hasil hutan yang ditetapkan negara tujuan. Tabel 5. Ekspor Kayu Olahan Tahun 2001-2006

Tahun Kayu Olahan

Nilai (juta US$) Volume (ton) Perubahan

Volume (%)

2001 2.486,26 6.043.605

-2002 2.540,86 6.257.317 3,5

2003 2.535,03 6.094.972 -2,6

2004 2.277,15 4.708.167 -22,7

2005 2.401,66 5.207.322 10,6

2006 2.089,44 4.723.041 -9,2

Sumber : Departeman Kehutanan 2006 (diolah)

Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang tinggi, maka terus dikembangkan budidaya berbagai jenis tanaman kehutanan untuk menyediakan jenis kayu lain sebagai bahan baku alternatif. Bahan baku alternatif ini sebagian besar berasal dari hutan rakyat. Hutan rakyat bukan merupakan hutan lindung yang dikonsentrasikan untuk kelestarian alam sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyediakan bahan baku industri. Tersedianya bahan baku alternatif membuat industri kayu olahan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap kayu hutan alam yang semakin menipis.

Salah satu jenis tanaman yang mulai digunakan sebagai bahan baku alternatif adalah tanaman sengon. Kayu sengon dapat dipanen pada usia 3-5 tahun, relatif lebih cepat daripada kayu hutan lainnya seperti kayu jati dan mahoni yang baru dapat dipanen apabila umurnya telah lebih dari 15 tahun. Karena itu, penggunaan tanaman sengon akan tetap menjaga kelestarian sumberdaya hutan.

Produksi kayu sengon terus mengalami peningkatan karena semakin banyak industri kayu olahan yang mulai beralih menggunakan kayu sengon.


(31)

Peningkatan produksi ini juga didukung dengan luas lahan kayu sengon yang terus bertambah seiring dengan semakin tingginya minat petani untuk budidaya kayu sengon. Pada Tabel 6 terlihat bahwa peningkatan produksi, penggunaan maupun luas lahan tertinggi terjadi pada tahun 2005.

Tabel 6. Produksi dan Luas Lahan Kayu Sengon

Tahun Produksi (m3) Penggunaan (m3) Luas Lahan (ha)

2001 49.484 48.450 223.138

2002 62.931 60.931 279.100

2003 67.229 66.141 288.147

2004 85.473 83.734 289.248

2005 290.821 282.528 305.252

Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)

Industri kayu olahan sengon sangat penting untuk dikembangkan karena industri ini dapat mengatasi masalah ketersediaan bahan baku kayu hutan alam yang semakin menipis. Penggunaan kayu sengon sebagai bahan baku alternatif diharapkan dapat meningkatkan kembali ekspor kayu olahan yang akan berimbas pada peningkatan devisa negara.

CV. Cipta Mandiri merupakan satu-satunya perusahaan kayu olahan sengon di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Sebagian besar perusahaan kayu olahan di Kabupaten Kendal menggunakan bahan baku kayu jati karena hutan jati di wilayah Kendal cukup luas yaitu sekitar 20.389,7 ha berdasarkan risalah kilat seksi perencanaan hutan 1 Pekalongan tahun 2003.

Adanya kebijakan pemerintah tentang pengurangan jatah hutan tebang industri, termasuk kayu jati menjadikan CV. Cipta Mandiri yang berbahan baku berasal dari hutan rakyat (kayu sengon) sangat penting untuk dikembangkan. Pengembangan perusahaan kayu olahan sengon di Kabupaten Kendal didukung oleh adanya Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) Kabupaten Kendal


(32)

dengan program pembibitan pohon sengon pada lahan seluas 25 ha dan penanaman bibit pohon sengon sebanyak 200 bibit per ha pada 600 ha hutan rakyat (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 2006). Program ini bertujuan menyediakan bahan baku alternatif untuk mengurangi peran kayu jati sebagai bahan baku utama industri kayu olahan.

1.2 Perumusan Masalah

Peran kayu sengon sebagai bahan baku alternatif berpengaruh terhadap peningkatan penggunaannya karena semakin banyak perusahaan kayu olahan yang beralih menggunakan kayu sengon. Hal ini menyebabkan permintaan akan kayu sengon semakin tinggi dan berdampak pada peningkatan harganya. Kenaikan harga kayu sengon ini sangat berpengaruh terhadap biaya produksi perusahaan kayu olahan sengon, salah satunya adalah CV. Cipta Mandiri yang memproduksi produk berupa solid laminating dan finger joint stick laminating.

Kenaikan harga kayu sengon mulai terjadi pada tahun 2004 dan pada tahun 2007 harga kayu sengon telah mencapai Rp 495.000 per m3 yang mengalami peningkatan 22,2 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan harga kayu sengon dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan Harga Kayu Sengon

Tahun Harga Kayu Sengon (m3) Perubahan (%)

2003 270.000

-2004 270.000

-2005 325.000 20,37

2006 405.000 24,6

2007 495.000 22,2

Sumber : Bagian Produksi CV. Cipta Mandiri (2008)

Kenaikan harga kayu sengon meningkatkan biaya produksi CV. Cipta Mandiri baik untuk produk solid laminating maupun finger joint stick laminating.


(33)

Biaya produksi CV. Cipta Mandiri semakin meningkat setelah adanya kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan tarif dasar listrik yang diikuti oleh kenaikan upah tenaga kerja serta bahan-bahan pembantunya. Kenaikan ini sangat berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan yang tercemin pada keuntungan yang semakin menurun untuk produksi solid laminating. Pada produk finger joint stick laminating juga menunjukkan adanya penurunan pada keuntungan yang diterimanya, walaupun produk ini mulai diproduksi pada tahun 2006 (Lampiran 1).

Penurunan keuntungan yang diterima CV. Cipta Mandiri disebabkan perusahaan tidak dapat meningkatkan harga jual sesuai dengan peningkatan biaya produksinya. Sistem penjualan produk CV. Cipta Mandiri ke luar negeri menggunakan sistem tawar-menawar sehingga peningkatan harga jual yang terlalu tinggi akan menyebabkan produknya tidak dapat bersaing di pasar internasional. Hal ini juga disebabkan produk kayu olahan menghadapi struktur pasar persaingan sempurna, dimana produknya sulit untuk didiferensiasi sehingga sangat sulit untuk meningkatkan harga jualnya. Kebijakan yang dapat diambil CV. Cipta Mandiri adalah peningkatan harga jual hanya sekitar 10 sampai 20 persen untuk masing-masing produk (Lampiran 2).

Upaya yang dapat dilakukan CV. Cipta Mandiri untuk menutupi peningkatan biaya produksinya sehingga keuntungan maksimum dapat tercapai adalah dengan efisiensi. Efisensi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengefisiensikan penggunaan faktor-faktor produksi. Pihak CV. Cipta Mandiri merasa bahwa penggunaan faktor-faktor produksinya belum optimal khususnya untuk penggunaan bahan baku kayu sengon. Penggunaan kayu


(34)

sengon ini mempengaruhi penggunaan faktor-faktor produksi lainnya yang akan berdampak pada biaya produksi CV. Cipta Mandiri. Karena itu, perlu dikaji apakah penggunaan faktor-faktor produksi untuk masing-masing produk di CV. Cipta Mandiri sudah efisien ? serta bagaimana skala usaha kedua produk CV. Cipta Mandiri apakah berada pada decreasing return to scale, constan return to scale atau increasing return to scale ?

Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan informasi tentang skala usaha pada produksi CV. Cipta Mandiri akan membantu menekan biaya produksi melalui pengalokasian secara tepat guna sehingga dihasilkan produksi yang optimal. Pengalokasian faktor-faktor produksi dapat dilakukan jika perusahaan mengetahui faktor-faktor produksi apa yang berpengaruh terhadap produksinya. Karena itu, perlu dikaji faktor-faktor produksi apa yang berpengaruh terhadap produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating di CV. Cipta Mandiri ? Sehingga dapat dilakukan pengalokasian faktor produksi secara tepat.

Penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien diharapkan dapat menghasilkan output dengan biaya terendah dari alokasi penggunaan input tertentu. Berdasarkan efisiensi tersebut akan diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksinya sehingga pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan maksimum.

Berdasarkan uraian tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah :


(35)

olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri ?

2. Bagaimana skala usaha (return to scale) produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) yang dilakukan oleh CV. Cipta Mandiri ?

3. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri ?

4. Bagaimana kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri agar dihasilkan keuntungan maksimum.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisa faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri.

2. Menganalisa tingkat skala usaha (return to scale) produksi yang dilakukan oleh CV. Cipta Mandiri.

3. Menganalisa tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri.


(36)

4. Menganalisa kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating) di CV. Cipta Mandiri agar dihasilkan keuntungan maksimal.

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Penulis untuk menambah dan memperdalam pengetahuan yang terkait dengan penelitian dan keilmuan lainnya yang berhubungan, serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh pada waktu kuliah.

2. Bagi perusahaan dapat dijadikan alternatif pengambilan keputusan mengenai alokasi penggunaan faktor produksi yang efisien dalam produksi kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating).

3. Pembaca sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai industri kayu olahan (solid laminating dan finger joint stick laminating).

II. TINJAUAN PUSTAKA


(37)

Agroindustri mencakup beberapa kegiatan, antara lain : (1) industri pengolahan hasil produksi pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produksi akhir seperti industri minyak sawit, industri pengalengan ikan, industri kayu lapis dan sebagainya; (2) industri penanganan hasil pertanian segar, seperti industri pembekuan ikan, industri penanganan bunga segar dan sebagainya; (3) industri pengadaan sarana produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida dan bibit; dan (4) industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri lain, seperti faktor pertanian, industri mesin perontok, industri pengolah minyak sawit, industri mesin pengolah karet dan sebagainya (Krisnamurthi 2000)

Salah satu industri pengolahan adalah industri pengolahan hasil hutan. Industri hasil hutan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai hasil hutan. Peningkatan nilai hasil hutan ini salah satunya melalui pengolahan kayu bulat menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi.

Industri hasil hutan dibagi menjadi dua golongan, yaitu industri kayu dan industri hasil hutan non kayu (Departemen Kehutanan 2005). Selain itu, industri hutan kayu dapat dibedakan menjadi industri kayu primer dan kayu sekunder jika didasarkan pada jenis dan bentuk akhir. Industri kayu primer (hulu) adalah industri yang mengolah kayu mentah menjadi barang setengah jadi. Sedangkan industri kayu sekunder (hilir) merupakan industri kayu yang mengolah produk dari industri primer lebih lanjut menjadi produk jadi.

Macam-macam industri kayu primer (Atmosuseno dan Duljapar 1998) : 1. Pulp


(38)

Pulp merupakan hasil proses peleburan kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas, fibre board, dan turunan selulosa lainnya.

2. Kayu Lapis

Kayu lapis merupakan lembaran-lembaran tipis yang berasal dari irisan log dan direkatkan dengan lembaran kayu lainnya menggunakan perekat.

3. Kayu Gergajian

Papan atau potongan-potongan kayu dengan berbagai ukuran yang berasal dari pemotongan log.

2.2. Industri Kayu Olahan ( Woodworking)

Kayu olahan (woodworking) adalah kayu gergajian yang dibentuk secara khusus melalui mesin pembentuk (moulder) yang berkadar air (kering udara) kurang atau sama dengan 20 persen dan mempunyai tujuan penggunaan tertentu (Standar Nasional Indonesia 01-5008-4-1999/Rev-01-2027-1990). Perusahaan kayu olahan yang berskala kecil memperoleh bahan baku berupa kayu gergajian dari perusahaan sawmill, akan tetapi untuk perusahaan yang berskala besar, kebutuhan kayu gergajian dipasok sendiri oleh perusahaan.

Industri kayu olahan merupakan industri hilir dalam industri kehutanan yang mulai berkembang pada akhir tahun 1980-an. Industri ini berkembang seiring dengan adanya beberapa kebijakan pemerintah, salah satunya adalah kebijakan larangan ekspor kayu bulat pada tahun 1986.

Perusahaan kayu olahan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut jumlah tenaga kerja yang ada (Hardie 1989), yaitu :


(39)

2. Perusahaan berskala menengah, memiliki 20 sampai 99 pekerja. 3. Perusahaan berskala kecil, memiliki 5 sampai 19 pekerja.

2.2.1 Produk Kayu Olahan

Produk yang banyak dihasilkan oleh industri kayu olahan adalah solid, finger joint, dan laminating (Departemen Kehutanan 2002).

1. Produk solid, adalah kayu olahan yang dibentuk dari kayu gergajian utuh yang telah diketam atau dihaluskan. Produk ini dapat berupa solid door, engineering door, louvre door dan flash door.

2. Produk finger joint, adalah kayu olahan yang diperoleh dengan menyambung kayu gergajian yang telah diketam dengan sambungan bergerigi (finger jointed) dengan ketentuan bahwa masing-masing potongan kayu yang disambungkan mempunyai kriteria ukuran seperti panjang tidak melebihi 100 cm, lebar tidak lebih dari 25 cm dan tebal tidak lebih dari 5 cm. Berbagai macam kayu olahan yang dapat dibentuk dari produk ini antara lain finger joint board, finger joint stick, dan finger joint japan size.

3. Produk laminating adalah kayu olahan yang dihasilkan dari penggabungan potongan-potongan kayu, baik yang digabungkan ke arah penampang lebar maupun ke arah penampang tebal, dengan cara dipres dengan menggunakan perekat. Ketentuan produk ini yaitu lebar masing-masing potongan tidak lebih dari 15 cm dan tebal tidak lebih dari 7,5 cm. Produk yang dapat dibentuk dari produk ini meliputi laminating solid, laminating finger joint, laminating block solid, laminating mixed joint dan laminating block finger joint.


(40)

2.3 Sengon

2.3.1 Karakteristik Sengon

Tanaman sengon merupakan tanaman biasa yang tumbuh secara bebas di kebun-kebun rakyat. Penanaman tanaman sengon ini belum menerapkan kaidah-kaidah budidaya tanaman. Adanya perkembangan dalam bidang industri hasil hutan dan semakin menipisnya ketersediaan kayu hutan menjadikan sengon saat ini mulai banyak dibudidayakan dan menjadi jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan.

Sengon dalam bahasa latin disebut Paraseriamthes falcataria namun telah dikenal luas dengan nama lamanya yaitu Albasia falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : jeunjing, jeunjing laut (sunda), sengon sabrang (jawa), seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore).

Kayu sengon memiliki ciri-ciri antara lain (Atmosuseno dan Duljapar 1998) : 1. Tinggi pohon dapat mencapai sekitar 30–45 m dengan diameter batang sekitar

70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas.

2. Warna kayu teras dan glubal hampir sama ( putih atau coklat muda), tekstur kayu agak kasar dan merata, arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu, permukaan kayu agak licin atau licin dan mengkilap.

3. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV-V. 2.3.2 Manfaat dan Keunggulan Sengon

Menurut Atmosuseno dan Duljapar (1998), kayu sengon merupakan kayu yang dapat dimanfaatkan dari daun hingga akarnya. Manfaat kayu sengon dapat


(41)

diuraikan sebagai berikut : a. Daun

Daun sengon dapat digunakan sebagai pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing menyukai daun sengon tersebut.

b. Perakaran

Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan penyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Karena itu, pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur.

c. Kayu

Bagian yang memberikan manfaat paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu.

Keunggulan dari kayu sengon adalah pertumbuhannya sangat cepat sehingga masa layak tebang dalam umur yang relatif pendek sekitar tiga sampai lima tahun, memiliki perakaran yang dalam sehingga dapat menarik hara yang berada pada kedalaman tanah ke permukaan, mudah bertunas kembali apabila ditebang, dan bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan.


(42)

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan menganalisa tingkat efisiensi kegiatan produksi telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2003) yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Crumb Rubber di Pabrik Pengolahan Karet Remah Way Berulu, PT Perkebunan Nusantara, Desa Kebagusan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Lampung Selatan, menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dianalisis menggunakan metode OLS.

Hasil analisisnya menyatakan bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses produksi hanyalah lateks pada taraf nyata 1 persen. Sedangkan dengan uji F dihasilkan secara bersama-sama faktor produksi lateks, asam semut, tenaga kerja, listrik dan solar berpengaruh nyata terhadap produksi crubb rubber pada taraf nyata 1 persen. Melalui penelitian ini dapat juga melihat efisiensi dari penggunaan faktor produksi crubb rubber belum efisien. Hal ini ditunjukkan oleh rasio NPM terhadap BKM dari masing-masing faktor produksi yang tidak sama dengan satu.

Penelitian yang berjudul Analisis Efisiensi Faktor Produksi Crude Palm Oil (CPO), studi kasus di PT Perkebunan Nusantara V Pabrik Pengolahan Kelapa sawit (PKS) Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Riau yang dilakukan oleh Cipta Sari (2004), menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang diolah dengan metode OLS.

Hasil analisis memperlihatkan bahwa nilai elastisitas produksi dari pemanfaatan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa Sawit sebagai bahan baku, tenaga kerja, solar dan air pengolahan berturut-turut sebesar 0,907; 0,0062; 0,091 dan


(43)

0,007. Nilai tersebut berarti bahwa kenaikan penggunaan faktor produksi akan menambah jumlah produksi CPO PKS Sei Pagar. Tingkat efisiensi ekonomi pemanfaatan faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, dan solar masing-masing bernilai 1,889; 0,010; dan 1,421. Nilai tersebut menggambarkan bahwa pengalokasian masing-masing input tersebut belum efisien dimana faktor produksi bahan baku dan solar berada di bawah kondisi optimal, sementara faktor produksi tenaga kerja telah melampaui batas optimal.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Kartika (2005) yang berjudul Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Teh Olahan pada PTPN VIII Perkebunan Goalpara, Sukabumi, Jawa Barat juga menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Pada penelitian ini dapat diketahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi adalah teh basah, tenaga kerja, listrik, dan solar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pendugaan model fungsi produksi diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 97,4 persen. Uji F menyatakan bahwa model nyata pada pada tingkat kepercayaan 99 persen yang berarti faktor-faktor produksi secara bersama-sama mempengaruhi produksi teh olahan.

Pengaruh uji secara parsial menunjukkan bahwa faktor produksi teh basah berpengaruh nyata terhadap produksi teh olahan pada tingkat kepercayaan 99 persen, faktor produksi solar dan dummy musim berpengaruh nyata tetapi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Lain halnya dengan faktor produksi tenaga kerja dan listrik tidak berpengaruh nyata terhadap produksi teh olahan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Perhitungan analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan masih belum efisien karena rasio masing-masing faktor produksi tidak sama dengan satu.


(44)

Penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2006) yang berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Program PTT dan Non-Program PTT, di Karawang, menggunakan fungsi Cobb-Douglas dan Linear Berganda. Pada penelitian ini juga didapat bahwa model terbaik adalah fungsi Cobb-Douglas dilihat dari R2, R2adj, F hit dan MSE yang mendekati nilai nol.

Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas untuk petani program PTT menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi sedangkan untuk pupuk sp-36 dan obat padat tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil analisis regresi fungsi Cobb-Douglas untuk petani non PTT menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk NPK, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi, sedangkan sp-36, pupuk urea, obat padat dan obat cair tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Baik petani program maupun non program PTT belum efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Hal ini dilihat pada nilai NPM/BKM yang tidak sama dengan satu.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2006) yang berjudul Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Industri Tahu, Desa Sragen Wetan menggunakan fungsi Cobb-Douglas setelah dibandingkan dengan metode linear berganda. Pada model linear berganda asumsi kenormalan sisaan tidak terpenuhi karena tebaran sisaan tidak membentuk garis lurus. Asumsi kehomogenan ragam juga tidak terpenuhi karena plot sisaan dengan dugaan produksi tidak membentuk garis horisontal.


(45)

Pada penelitian ini, variabel yang berpengaruh nyata lebih banyak apabila menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu kedelai, air dan laru. Sedangkan jika menggunakan model linear berganda, variabel yang berpengaruh nyata hanya kedelai dan laru.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa model yang banyak digunakan adalah model linear berganda dan Cobb Douglas. Pada penelitian-penelitian sebelumnya juga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil regresi dari fungsi produksi yang digunakan, bahan baku utama selalu berpengaruh nyata terhadap produksi sedangkan tenaga kerja dan bahan-bahan pembantu lainnya berbeda untuk setiap produksi.

Penelitian ini seperti halnya dengan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, skala usaha dan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi serta kombinasi input optimal. Perbedaan penelitian dari penelitian sebelumnya mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah pada jenis produknya. Selama ini, penelitian kayu olahan sengon hanya pada pengendalian persediaan bahan baku seperti yang dilakukan oleh Nurdiana (2003) pada PT. Albasi Parahyangan, Ciamis dan Lestari (2007) pada PT. Bineatama Kayone Lestari, Tasikmalaya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN


(46)

3.1.1 Teori Fungsi Produksi

Produksi merupakan proses pengubahan input (faktor produksi) menjadi output (hasil produksi) (Lipsey 1995). Kegiatan produksi ini dapat menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang dengan memberikan manfaat baru atau manfaat yang lebih dari semula (Putong 2004). Hubungan antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan dalam suatu produksi dapat dicirikan melalui suatu fungsi produksi. Berdasarkan fungsi produksi tersebut, produsen dapat menentukan berapa banyak output yang dihasilkan dan kombinasi input yang digunakan dalam produksi (Vincent 1996).

Nicholson (2002) mendefinisikan fungsi produksi sebagai hubungan matematik antara input dan output. Sementara Soekartawi, et al (2003) menyatakan fungsi produksi sebagai fungsi yang menjelaskan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Melalui hubungan fisik tersebut, selain hubungan antara variabel yang dijelaskan dan variabel yang menjelaskan, dapat diketahui juga hubungan antar variabel penjelasnya. Variabel yang menjelaskan berupa masukan (faktor produksi) dan variabel yang dijelaskan berupa hasil produksi.

Secara sistematis fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut (Doll dan Orazem 1984) :

Y = f {X1, X2, X3,…….Xn} Dimana :


(47)

Y = jumlah output yang dihasilkan pada suatu sistem produksi f = hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi

(input) ke dalam hasil produksi (output)

X1, X2, X3,…..Xn= faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi yaitu Hukum Kenaikan Hasil yang Berkurang (The Law of Diminishing Returns). Hukum ini berarti bahwa penambahan secara terus menerus satu satuan unit faktor produksi menyebabkan jumlah produksi per satuan faktor produksi menurun jika faktor produksi lainnya tetap.

Fungsi produksi selain dapat dinyatakan secara sistematis, dapat juga digambarkan dengan grafik. Grafik ini menggambarkan hubungan fisik faktor produksi dengan hasil produksinya dengan asumsi bahwa hanya satu faktor produksi yang berubah dan faktor produksinya lainnya tetap (cateris paribus). Grafik fungsi produksi ditunjukkan oleh gambar di bawah ini (Gambar 1) :

C

EP > 1 0 <EP < 1 EP < 0

Y

B


(48)

Y

PM Sumber: Doll dan Orazem (1984)

Gambar 1. Grafik Fungsi Produksi A

PR

X1 X2 X

X

Keterangan :

A = titik balik B = titik produksi optimum C = titik produksi maksimum Y = jumlah produk (output)

X = faktor produksi (input) PT = produk total (Total Product)

PR = produk rata-rata (Average Marginal Product) PM = produk marjinal (Marginal Product)

Berdasarkan gambar di atas, pengukuran suatu tingkat produktivitas suatu proses produksi dapat dilihat dari dua tolak ukur, yaitu :

1. Produk Marjinal (PM)

Produk Marjinal adalah tambahan output yang dihasilkan dari setiap penambahan satu-satuan faktor produksi yang digunakan.

2. Produk Rata-Rata (PR)

Produk rata-rata adalah produk (output) total dibagi jumlah unit faktor produksi (input) yang digunakan untuk memproduksinya.


(49)

Produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR) mempunyai hubungan satu sama lain,antara lain (Soekartawi 2003) :

• Apabila PM lebih besar daripada PR, maka PR dalam posisi meningkat. Sebalikanya apabila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan menurun.

• Apabila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan PM dan PR dapat juga dikaitkan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi merupakan persentase perubahan output sebagai akibat dari persentase perubahan input atau produk marjinal dibagi dengan produk rata-rata. Hubungan antara PM, PR dan elastisitas tersebut menjadikan suatu fungsi produksi dibagi menjadi tiga daerah produksi . Pembagian tiga daerah produksi ini juga berhubungan dengan penggunaan faktor produksi dalam suatu produksi (Doll dan Orazem 1984). Tiga daerah tersebut, yaitu :

1. Daerah Produksi I

Daerah ini mempunyai elastisitas lebih dari satu (Ep > 1) yang terletak antara titik asal dan X1. Daerah ini disebut daerah tidak rasional (irrational region or

irrational stage of production) karena pada daerah ini, penggunaan faktor produksi masih bisa ditingkatkan. Elastisitas pada daerah ini lebih dari satu yang berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan output (hasil produksi) lebih besar dari satu persen.

Penambahan pemakaian faktor produksi masih bisa meningkatkan produksi yang mengindikasikan bahwa keuntungan maksimum belum tercapai. Pada daerah ini produk marjinal (PM) telah mencapai titik maksimum dan mengalami penurunan namun PM masih lebih besar daripada produk rata-ratanya (PR). PR


(50)

meningkat selama berada pada daerah ini dan mencapai maksimum pada akhir daerah II. Karena itu, masih terdapat kemungkinan untuk menambah penggunaan faktor produksi dalam proses produksi.

2. Daerah Produksi II

Daerah ini terletak antara X1 dan X2, dimana elastisitas produksinya antara nol dan satu (0<Ep<1). Nilai elastisitas tersebut mengandung arti bahwa setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan berdampak pada penambahan output paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen.

Pada daerah ini produk marginal mengalami penurunan, lebih rendah daripada produk rata-rata namun lebih dari nol. Pada awal daerah II ketika PM sama dengan PR, merupakan penggunaan minimum dari faktor produksi yang memberikan keuntungan maksimum sehingga daerah ini disebut daerah rasional (rational region).

3. Daerah Produksi III

Pada daerah ini produk total mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh produk marjinal yang bernilai negatif dimana setiap tambahan input yang diberikan akan menghasilkan tambahan output yang lebih kecil dari tambahan inputnya. Daerah ini juga dicirikan oleh nilai elastisitasnya yang kurang dari nol (Ep<0), yang berarti bahwa penambahan satu persen faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan Karena itu, daerah produksi III, disebut sebagai daerah tidak rasional (irrational region).

Pada umumnya seorang produsen yang rasional belum tentu menggunakan faktor-faktor produksinya secara tepat. Pada kondisi demikian, maka keuntungan maksimum pun belum tercapai.


(51)

3.1.2 Model Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (2003) model adalah “gambaran” dari tujuan yang ingin dicapai. Model mempunyai beragam bentuk, misalnya iconic model dimana model merupakan gambaran nyata dari keadaan yang sebenarnya. Model lain adalah analog model yaitu model yang bentuknya mirip sama dengan bentuk nyatanya. Model ketiga adalah matematical model yaitu model yang dinyatakan dalam rumus matematik.

Model yang terakhir ini sering digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan kuantitatif. Model fungsi produksi termasuk kedalam matematical model.

Terdapat berbagai model fungsi dalam memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi, antara lain :

1. Fungsi Produksi Kuadratik

Rumus fungsi kuadratik secara matematik dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (Xi); atau dapat dituliskan

Y = a + bX + cX2

Dimana :

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan a,b,c = parameter yang diduga

Fungsi kuadratik memiliki nilai maksimum saat turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol, yaitu sebagai berikut :


(52)

∂Y/∂X = b + 2cX = 0 X = b/2c

Saat berlaku hukum kenaikan yang semakin berkurang pada suatu produksi, maka fungsi kuadratik dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 2003):

Y = a + bX – cX2

2. Fungsi Produksi Akar Pangkat Dua

Secara matematis, persamaan fungsi ini dapat dituliskan sebagai berikut : Y= a0 + a1X11/2 + a11X1

Apabila X pangkat setengah ini diganti dengan inisial Z, maka fungsi produksi tersebut menjadi :

Y = a0 + a1Z + a11Z2

Persamaan tersebut menjelaskan bahwa fungsi produksi akar pangkat dua merupakan fungsi produksi kuadratik. Fungsi akar pangkat dua maupun kuadratik pada umumnya akan tidak praktis apabila jumlah variabelnya lebih dari tiga. Penyelesaian persamaan yang mempunyai lebih dari tiga variabel dianjurkan untuk menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi linear berganda.

3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Secara matematis fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan sebagai berikut (Gujarati 1997) :

u bm m b

b

e

X

X

aX

Y

1 2

...

2 1

=


(53)

Y = jumlah produksi

X1 = jumlah faktor produksi ke-i yang dijelaskan a = intersep, konstanta

bi = besaran parameter, elastisitas masing-masing faktor produksi e = bilangan natural (2,7182)

u = sisa (residual) i = 1,2,3…,m

Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas harus memenuhi persyaratan antara lain (Soekartawi 2003) :

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

2. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. 3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi sudah tercakup pada faktor kesalahan u.

4. Fungsi Produksi Linear Berganda

Jumlah variabel X yang dipakai dalam fungsi produksi linier berganda adalah lebih dari satu. Rumus matematik dari fungsi produksi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi 2003) :

Y = f (X1, X2,….., Xi,…. Xn); atau

Y = a + b 1X1 + b 2X2 + …..+ b iXi + ….+ b nXn Dimana :

a = intersep


(54)

Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan

3.1.3 Konsep Return to Scale

Konsep return to scale sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui apakah hasil produksi masih dapat lebih besar, sama dengan atau lebih kecil secara proposional terhadap perubahan dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Suatu produksi memiliki kemungkinan berada dalam salah satu dari tiga bentuk skala usaha dalam suatu proses produksi yaitu decreasing return to scale, constan return to scale dan increasing return to scale (Vincent 1996).

Suatu proses produksi berada pada fase decreasing return to scale apabila semua faktor produksi ditingkatkan penggunaannya dalam proporsi yang sama, akan meningkatkan hasil produksi lebih kecil daripada proporsi kenaikan faktor produksi. Elastisitas produksi total untuk skala usaha ini adalah kurang dari satu.

Fase constan return to scale ditunjukkan dengan elastisitas yang bernilai sama dengan satu. Hal ini berarti bahwa peningkatan penggunaan semua faktor produksi secara proposional akan meningkatkan hasil produksi tepat sama dengan proporsi kenaikan faktor produksi tersebut. Skala usaha ini mempunyai elastisitas yang sama dengan satu.

Fase terakhir yaitu increasing return to scale yaitu apabila semua faktor produksi ditingkatkan penggunaannya dalam proporsi yang sama maka akan meningkatkan hasil produksi yang lebih besar daripada proporsi kenaikan faktor produksi tersebut. Pada fase ini elastisitas produksi totalnya lebih dari satu.


(55)

3.1.4 Konsep Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Menurut Doll Orazem (1984) efisiensi ekonomis menunjukkan kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat memaksimumkan tujuan individu dan tujuan sosial. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai efisiensi yaitu: 1. Syarat Keharusan

Syarat keharusan tercapai pada saat produksi : (1) Tidak memungkinkan untuk memproduksi jumlah produk yang lebih banyak dengan menggunakan jumlah faktor produksi yang sama, dan (2) tidak memungkinkan untuk memproduksi produk yang sama dengan jumlah faktor produksi yang lebih sedikit. Syarat keharusan menunjukkan tingkat keefisienan secara teknis yang dinyatakan dalam fungsi produksi. Kondisi ini dapat tercapai jika proses produksi berada pada daerah II, yaitu ketika elastisitas produksi antara nol dan satu.

2. Syarat Kecukupan

Syarat ini merupakan indikator pilihan yang membantu produsen untuk menentukan penggunaan faktor produksi yang sesuai dengan tujuannya. Kondisi ini berbeda antara produsen satu dengan yang lainnya berdasarkan tujuan masing-masing. Produsen yang mempunyai tujuan memaksimumkan produksi berbeda dengan produsen yang ingin memaksimumkan keuntungan. Apabila tujuan dari suatu usaha adalah memaksimumkan keuntungan, maka syarat kecukupan merupakan syarat untuk menghasilkan output dengan biaya terendah dari alokasi penggunaan faktor produksi tertentu agar dapat memperoleh keuntungan maksimal.


(56)

Menurut Soekartawi (2003) kondisi efisiensi dapat tercapai saat Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM), atau rasio antara NPM dan BKM sama dengan satu. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dalam jumlah yang sama. Pada kondisi tersebut keuntungan maksimal dapat tercapai.

Keadaan dimana rasio NPM dengan BKM kurang dari satu berarti penggunaan faktor produksi telah melampaui batas optimal dimana setiap penambahan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari tambahan penerimaannya. Sedangkan apabila rasio NPM dengan BKM lebih dari satu maka kondisi optimum belum tercapai sehingga perusahaan yang rasional harus menambah penggunaan faktor produksinya.

3.1.5 Konsep Kombinasi Input Optimal

Penggunaan faktor produksi yang menguntungkan dapat juga dikatakan penggunaan dalam jumlah optimalnya. Menurut Doll Orazem (1984) jumlah input optimal adalah jumlah input yang dapat memaksimumkan keuntungan dari suatu proses produksi. Tujuan dari efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah menggunakan faktor-faktor produksi tersebut pada tingkat optimalnya. Kombinasi optimal penggunaan suatu faktor produksi dapat diketahui setelah mengetahui tingkat efisiensi penggunaannya.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Analisis efisiensi faktor-faktor produksi kayu olahan berupa solid laminating dan finger joint stick laminating, dimulai dengan identifikasi masalah pada


(57)

CV. Cipta Mandiri di Desa Pagersari, Kendal dalam melakukan proses produksinya. Pada proses produksi kayu olahan ini terdapat berbagai kendala yang mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha.

Kendala yang dihadapi CV. Cipta Mandiri berkaitan dengan peningkatan biaya produksinya yang menyebabkan keuntungan yang diterima dari produksi solid laminating maupun finger joint stick laminating cenderung mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir. Kenaikan biaya produksi ini disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku kayu sengon, tarif dasar listrik, dan BBM (Bahan Bakar Minyak) yang diikuti oleh kenaikan upah tenaga kerja serta beberapa bahan pembantu seperti lem dan plastik.

Kenaikan biaya produksi ini tidak dapat ditutupi dengan peningkatan harga jual produknya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi adalah dengan mengefisiensikan penggunaan faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi kayu olahan. Faktor produksi yang diduga berpengaruh yaitu bahan baku utama berupa kayu sengon, tenaga kerja, listrik , lem, dan plastik,

Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, dan linear berganda. Kedua model tersebut akan dibandingkan dan dipilih satu model terbaik. Pemilihan model terbaik dilakukan dengan pengujian terhadap asumsi OLS (Ordinary Least Square) seperti normalitas, homoskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Setelah asumsi OLS terpenuhi, maka dilakukan pengujian secara statistik meliputi koefisien determinasi (R2), pengujian


(1)

(2)

Lampiran 21. Rasio Perbandingan Keuntungan Produksi Solid Laminating CV. Cipta Mandiri pada Kondisi Aktual dan Optimal

Rata-Rata per Bulan

Uraian

Harga/Unit

Kondisi Aktual

Kondisi Optimal

Unit Nilai Unit Nilai

I. Penerimaan

3.000.000

100, 54

301.620.000

118

354.000.000

II. Biaya Produksi

1.

Kayu Sengon

373.750

116,25

43.448.438

55,84

20.870.200

2.

Tenaga Kerja

22.650

2414, 77

54.694.541

3475,62

78.722.793

3.

Listrik 740

147.671,

04

109.276.570

146.734,05

108.583.197

Jumlah Biaya Produksi

207.419.549

208.176.190


(3)

Lampiran 22. Rasio Perbandingan Keuntungan Produksi Finger Joint Stick Laminating CV. Cipta Mandiri pada Kondisi Aktual

dan Optimal Rata-Rata per Bulan

Uraian

Harga/Unit

Kondisi Aktual

Kondisi Optimal

Unit Nilai Unit Nilai

I. Penerimaan

3.500.000

37, 35

130.725.000

55,4

193.900.000

II. Biaya Produksi

4.

Kayu Sengon

450.000

63, 1

28.395.000

77,85

35.032.500

5.

Tenaga Kerja

20.750

1190, 417

24.701.153

2431,8

50.459.850

6.

Listrik 761

78.185,

83

59.499.417

85.546,71

65.101.046

Jumlah Biaya Produksi

112.595.570

150.593.396


(4)

Lampiran 23. Daftar Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Solid Laminating

Bulan laminating kayu sengon

Tenaga

kerja listrik lem plastik

Jan-04 77,152 80 2228 97720 116 70

Februari 84,25 108,712 2350 111920 116 80

Maret 75,78 60 2220 97740 116 70

April 89,78 117,324 2455 115040 120 80

Mei 95,324 120,696 2456 119560 140 90

Juni 81,464 105,38 2340 106360 140 80

Juli 94,462 113,78 2345 120000 140 90

Agustus 95,044 120,348 2454 134240 140 95

September 96,682 122,924 2470 138280 144 100

Oktober 97,956 123,356 2488 131840 140 100

November 99,65 124,16 2499 141640 130 110

Desember 101,568 126,604 2500 151000 130 112

Jan-05 100,056 125.304 2450 143880 130 110

Februari 92,51 119,856 2456 117480 126 95

Maret 103,5 128,228 2536 159360 133 112

April 109,324 128,564 2500 192600 133 120

Mei 106,552 131 2485 182880 134 115

Juni 96,872 123,148 2465 130640 133 100

Juli 103,116 129,544 2570 156680 133 100

Agustus 110,864 133,8 2520 193800 140 123

September 106,216 155,232 2495 170520 140 117

Oktober 91,11 143,4 2458 117320 126 90

November 98,81 148,96 2276 135040 126 110

Desember 105,412 154,6 2555 167880 137 114

Jan-06 83,046 70,65 2307 98690 132 80

Februari 91,032 203,551 2507 114660 140 90

Maret 81,503 134,428 2498 98370 132 79

April 97,253 213,24 2498 118170 148 110

Mei 103,49 217,033 2435 123260 160 100

Juni 87,897 199,802 2430 108410 140 88

Juli 102,519 209,253 2449 123750 148 100

Agustus 103,175 216,642 2507 139770 132 120

September 105,018 219,54 2529 144320 120 105

Oktober 106,45 220,026 2502 148320 140 117


(5)

Lanjutan Lampiran 23. Desember

110,514 223,68 2572 169880 148 105

Jan-07 108,813 222,217 2570 161870 152 130

Februari 100,323 216,088 2520 132170 144 110

Maret 112,688 225,507 2535 199280 152 130

April 119,24 225,884 2213 216680 156 80

Mei 116,121 228,625 2235 205740 144 160

Juni 105,231 219,792 2190 156890 152 200

Juli 112,256 226,987 2213 189920 152 190

Agustus 120,972 231,775 2235 223650 156 80

September 115,743 227,761 2235 198840 152 200

Oktober 98,749 214,45 2190 151990 144 100

November 107,412 220,705 2213 171920 156 120

Desember 114,839 227,05 2235 198890 156 130

jumlah 4826,095 7980,23 115909 7088210 6667 5237


(6)

Lampiran 24. Daftar Produksi dan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi

Finger Joint Stick Laminating

Bulan finger kayu sengon tenaga

kerja listrik lem plastik

Jan-06 26,523 43,831 1154 49350 66 40

Februari 30,515 62,944 1254 57330 70 45

Maret 25,751 41,804 1154 49190 66 40

April 33,626 64,155 1254 59090 74 55

Mei 36,745 64,629 1259 61630 80 50

Juni 28,949 62,475 1159 54210 70 44

Juli 36,26 63,657 1225 61880 74 50

Agustus 36,587 64,58 1254 68890 66 60

September 37,508 64,943 1265 72160 60 53

Oktober 38,225 65,003 1251 74160 70 59

November 39,178 65,096 1260 79680 74 65

Desember 40,257 65,46 1286 84940 74 53

Jan-07 39,407 65,277 1285 80940 76 65

Februari 35,161 64,511 1260 66090 72 55

Maret 41,344 65,689 1268 99640 76 65

April 44,62 65,736 1107 108340 78 40

Mei 43,06 66,078 1118 102870 72 80

Juni 37,616 64,974 1095 78450 76 100

Juli 41,128 65,874 1107 94960 76 95

Agustus 45,486 66,472 1118 111830 80 40

September 42,872 65,97 1118 99420 76 100

Oktober 34,375 64,306 1095 76000 72 50

November 38,706 65,081 1107 85960 72 60

Desember 42,419 65,881 1117 99450 78 65

jumlah 896,318 1514,426 28570 1876460 1748 1429