Menurut Soekartawi 2003 kondisi efisiensi dapat tercapai saat Nilai Produk Marjinal NPM sama dengan Biaya Korbanan Marjinal BKM, atau rasio antara
NPM dan BKM sama dengan satu. Hal ini berarti tambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan
dalam jumlah yang sama. Pada kondisi tersebut keuntungan maksimal dapat tercapai.
Keadaan dimana rasio NPM dengan BKM kurang dari satu berarti penggunaan faktor produksi telah melampaui batas optimal dimana setiap
penambahan biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari tambahan penerimaannya. Sedangkan apabila rasio NPM dengan BKM lebih dari satu maka
kondisi optimum belum tercapai sehingga perusahaan yang rasional harus menambah penggunaan faktor produksinya.
3.1.5 Konsep Kombinasi Input Optimal
Penggunaan faktor produksi yang menguntungkan dapat juga dikatakan penggunaan dalam jumlah optimalnya. Menurut Doll Orazem 1984 jumlah input
optimal adalah jumlah input yang dapat memaksimumkan keuntungan dari suatu proses produksi. Tujuan dari efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah
menggunakan faktor-faktor produksi tersebut pada tingkat optimalnya. Kombinasi optimal penggunaan suatu faktor produksi dapat diketahui setelah mengetahui
tingkat efisiensi penggunaannya.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis efisiensi faktor-faktor produksi kayu olahan berupa solid laminating dan finger joint stick laminating, dimulai dengan identifikasi masalah pada
CV. Cipta Mandiri di Desa Pagersari, Kendal dalam melakukan proses produksinya. Pada proses produksi kayu olahan ini terdapat berbagai kendala yang
mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha. Kendala yang dihadapi CV. Cipta Mandiri berkaitan dengan peningkatan
biaya produksinya yang menyebabkan keuntungan yang diterima dari produksi solid laminating
maupun finger joint stick laminating cenderung mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir. Kenaikan biaya produksi ini disebabkan
adanya kenaikan harga bahan baku kayu sengon, tarif dasar listrik, dan BBM Bahan Bakar Minyak yang diikuti oleh kenaikan upah tenaga kerja serta
beberapa bahan pembantu seperti lem dan plastik. Kenaikan biaya produksi ini tidak dapat ditutupi dengan peningkatan harga
jual produknya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi
adalah dengan mengefisiensikan penggunaan faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi kayu olahan. Faktor produksi yang diduga
berpengaruh yaitu bahan baku utama berupa kayu sengon, tenaga kerja, listrik , lem, dan plastik,
Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, dan linear berganda. Kedua model tersebut akan dibandingkan dan dipilih satu
model terbaik. Pemilihan model terbaik dilakukan dengan pengujian terhadap asumsi OLS Ordinary Least Square seperti normalitas, homoskedastisitas,
autokorelasi dan multikolinearitas. Setelah asumsi OLS terpenuhi, maka dilakukan pengujian secara statistik meliputi koefisien determinasi R
2
, pengujian
keseluruhan parameter Uji F, pengujian masing-masing parameter uji t dan nilai MSEnya.
Pendugaan model fungsi produksi menggunakan data berupa jumlah produksi dan harga output baik solid laminating maupun finger joint stick laminating,
jumlah dan harga masing-masing faktor produksi seperti kayu sengon, tenaga kerja, listrik, lem, dan plastik untuk masing-masing produk. Model fungsi
produksi terbaik digunakan untuk menentukan faktor-faktor produksi yang berpengaruh dan besarnya pengaruh dari masing-masing penggunaan faktor-faktor
produksi terhadap output yang dihasilkan. Model fungsi produksi terbaik juga dapat digunakan untuk melihat pergerakan skala usaha dalam suatu produksi.
Informasi tentang pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan digunakan sebagai dasar dalam mengalokasikan faktor-faktor
produksi secara tepat. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kemudian dilihat
tingkat efisiensi penggunaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis efisiensi yaitu analisis NPM Nilai Produk Marjinal terhadap BKM Biaya Korbanan
Marjinal. Apabila NPM sama dengan BKM atau rasio NPM dan BKM sama dengan satu, maka penggunaan faktor-faktor produksi sudah efisien.
Hasil dari analisis NPM dan BKM menjadi pedoman dalam mendapatkan kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal. Apabila rasio NPM dan
BKM lebih kecil dari satu maka penggunaan faktor produksi harus dikurangi, sedangkan rasio NPM dan BKM lebih dari satu maka penggunaan faktor produksi
perlu ditambah sampai batas optimal. Berdasarkan hasil analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada masing-masing produk, maka dapat
dilakukan analisis kombinasi optimal sehingga dapat diketahui berapa tingkat penggunaan optimal masing-masing faktor produksi untuk produk solid
laminating maupun finger joint stick laminating. Kondisi penggunaan faktor
produksi yang optimal ini memungkinkan CV. Cipta Mandiri mendapatkan keuntungan maksimal dari produksi solid laminating, dan finger joint stick
laminating . Bagan kerangka operasional ditunjukkan pada Gambar 2.
CV. Cipta Mandiri
Kenaikan Harga Faktor Produksi
Kenaikan Harga Jual Tidak Sesuai dengan Kenaikan
Biaya Produksi Kenaikan Biaya Produksi
Model Fungsi Produksi Terbaik
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Analisis Faktor –Faktor
Produksi
Kombinasi Penggunaan Faktor Produksi Optimal
Analisis Pemilihan Model Terbaik
Analisis Skala Usaha
Keuntungan Maksimum
Gambar 2. Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN
a. Lokasi dan Waktu Penelitian