Analisis Strategi Pemasaran Jambu Biji Organik di PT Sawangan Bumi Makmur, Parung, Bogor

(1)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN JAMBU BIJI ORGANIK DI PT SAWANGAN BUMI MAKMUR, PARUNG, BOGOR

OLEH

SYLVIA REVITHA KAHARUDDIN A14102578

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan temuan-temuan baru dalam bidang pertanian telah menggeser sistem pertanian traditional menjadi sistem pertanian modern yang dicirikan dengan penggunaan pupuk kimia/sintesis, pestisida, dan obat-obatan kimia. Sistem pertanian modern dianggap berhasil menanggulangi kerawanaan pangan sehingga mengakibatkan pupuk kimia dalam beberapa dekade terakhir digunakan secara luas di negara-negara Asia dan Pasifik secara global hingga mencapai 43 persen per tahun1). Sistem pertanian ini juga memiliki dampak negatif seperti meningkatnya kerusakan/degradasi lingkungan, menimbulkan pencemaran terhadap air tanah (sumber air minum), menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia dan munculnya hama yang resisten terhadap salah satu pestisida (Sutanto, 2002).

Sejalan dengan semakin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh pertanian modern, beberapa tahun terakhir ini pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat international berusaha mengembangkan pertanian alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik, menyehatkan, dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yaitu dengan sistem pertanian organik (Sutanto, 2002). Faktor yang mendorong berkembangnya produk organik adalah meningkatnya kesadaran/kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida, obat-obatan kimia, pupuk sehingga memunculkan tren baru dalam masyarakat yang bertemakan “ back to nature”, seiring dengan meningkatnya

1)


(4)

pendapatan, kesejahteraan masyarakat dan kualitas pendidikan. Faktor pendorong lain adalah keinginan masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan alam.

Saat ini konsumen dan permintaan terhadap produk organik mengalami peningkatan, ini ditunjukkan dengan tingginya pangsa pasar produk organik dinegara-negara Eropa yang mencapai 3 persen sampai 10 persen pada tahun 2000 (Sutanto, 2002), juga di Asia Pasifik yang menjadi salah satu pendorong perkembangan pangan organik di Indonesia (Tabel 1).

Tabel 1. Pangsa Pasar Produk Organik di Asia Pasifik Tahun 2002

Negara Nilai (US $) Persentase (%)

Jepang 250 Juta 53,2

Australia 165 Juta 35,1

Selandia Baru 36 Juta 7,7

Lainnya (Asia) 19 Juta 4,0

Sumber : Organic Monitor (2002)

Di Indonesia total omset perdagangan organik sebesar 79 milyar rupiah dan 18,8 milyar rupiah diantaranya berasal dari agribisnis hortikultura2). Ini berarti perdagangan hortikultura organik sekitar 23,79 persen dari total perdagangan produk organik. Walaupun di Indonesia pangan organik belum sepopuler di negara-negara maju dan masih merupakan hal baru yang mulai popular sekitar 4-5 tahun yang lalu, tetapi pasar pangan organik di Indonesia terus berkembang. Ini dapat dilihat dari semakin banyaknya produsen/petani yang mulai menerapkan kembali cara-cara bertani secara organik, banyaknya bermunculan toko pangan organik terutama di kota-kota besar dan produk organik yang ada dipasaran sudah mulai bervariasi seperti sayur organik, beras organik, buah organik, telur organik, daging ayam organik, dan

2)


(5)

lain3). Beberapa jenis sayur organik yang ada di supermarket adalah jagung, buncis, bit merah, tomat, sedangkan merek beras organik yang tersedia di supermarket seperti IR 64, Nutrilon-o Pandan Wangi, Nutrilon-o Menthik Wangi, Nutrilon-o Rojolele, O’Rice Pandan Wangi, Omega Organic Thai Rice, Oriza Organic Cisadane, dan lain-lain4).

Salah satu buah organik yang berpotensi untuk dikembangkan adalah jambu biji organik. Buah ini cukup disenangi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena jambu biji mempunyai rasa yang lezat, memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi (Rismunandar, 1989). Jambu biji juga dapat dikonsumsi langsung atau diolah menjadi juice, dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya demam berdarah, sariawan, gusi berdarah, diare, disentri, jantung, diabetes, kolesterol, gangguan sistem pencernaan, beberapa jenis kanker, dan lain-lain (Parimin, 2005).

Jambu biji untuk konsumsi dalam negeri tidak hanya dihasilkan dari produksi dalam negeri, tetapi juga diimpor dari beberapa negara. Volume dan nilai impor jambu biji dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume dan Nilai Impor Jambu Biji Non Organik.

Tahun Volume (kg) Nilai (US $)

2000 14.127 21.200

2001 26.934 10.724

2002 27.979 18.958

2003 653.052 196.001

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003

Peningkatan volume impor jambu biji menunjukkan bahwa produksi dan kualitas jambu biji perlu ditingkatkan. Ini merupakan peluang dalam mengembangkan jambu biji organik yang memiliki kualitas yang lebih baik dari jambu biji non organik

3)

Trubus, April 2004. Gemerincing Rupiah dari Sebuah Gaya Hidup. 4)


(6)

terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ekonomi menengah ke atas, kaum ekspatriat yang berada di kota-kota besar dan wisatawan mancanegara.

Jambu biji berpotensi untuk diusahakan karena merupakan salah satu komoditi ekspor yang cukup diminati oleh konsumen luar negeri baik dalam keadaan segar maupun olahan. Volume dan nilai ekspor jambu biji dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Jambu Biji Non Organik.

Tahun Volume (kg) Nilai (US $)

2000 31.356 26.048

2001 14.370 8.354

2002 32.052 28.859

2003 17.061 19.033

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003

Penurunan jumlah ekspor jambu biji menunjukkan bahwa permintaan pasar dalam negeri (pasar domestik) masih terbuka. Jambu biji organik merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu produsen/perusahaan agribisnis untuk menghasilkan jambu biji dengan kualitas yang baik, agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.

Salah satu produsen jambu biji organik di Indonesia adalah PT Sawangan Bumi Makmur. Perusahaan ini menghasilkan jambu biji organik merah dan hampir sebagian besar dijual ke beberapa swalayan/supermarket dan toko buah untuk golongan ekonomi menengah ke atas yang ada di daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Bogor. Peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar pada pasar jambu biji organik untuk kelas ekonomi menengah ke atas menjadi daya tarik bagi produsen jambu biji organik lain seperti PT AT3, PT Moenaputra Nusantara, PT Laguna Indonesia, dan lain-lain. Ini menuntut perusahaan untuk menerapkan strategi yang


(7)

tepat dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dalam memasarkan jambu biji organik. Selain itu perusahaan juga harus bisa menawarkan produk yang berkualitas dan pelayanan memuaskan yang sesuai dengan keinginan (harapan) pelanggan.

1.2.Perumusan Masalah

Produk organik mempunyai prospek yang cukup baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, ini dapat dilihat dari semakin bervariasinya produk organik yang beredar di pasaran, semakin banyak masyarakat yang mulai tertarik dengan produk organik karena alasan keamanan dan kesehatan dan semakin banyaknya produsen/petani yang mengusahakan produk organik, sehingga keadaan ini memberikan peluang sekaligus menghadapkan produsen/petani pada suatu ancaman dalam memasarkan produknya.

PT Sawangan Bumi Makmur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya buah organik salah satunya adalalah jambu biji. Jambu biji organik merupakan produk yang penting bagi perusahaan karena total volume usaha perusahaan 70 persen berasal dari hasil penjualan jambu biji organik. Perusahaan ini menghasilkan jambu biji organik segar, varietas getas yang berwarna merah. Pemasaran buah ini sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar swalayan, toko buah dan restauran yang berada di daerah Jakarta Selatan, Bekasi, Tangerang dan Bogor.

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, PT Sawangan Bumi Makmur mengalami kendala seperti hasil produksi banyak yang tidak terjual ke pasar swalayan,


(8)

sekitar 60 persen jambu biji organik ini yang terjual di pasar swalayan, ini berarti 60 persen total penjualan jambu biji organik berasal dari penjualan di swalayan. Keadaan ini mengakibatkan sekitar 40 persen jambu biji organik yang tidak laku terjual di pasar swalayan sehingga terjadi kelebihan produksi, seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Volume Produksi dan Penjualan Jambu Biji Organik PT Sawangan Bumi

Makmur Tahun 2004

Bulan Produksi (Kg) Penjualan (Kg)

Januari 8.775 3.700

Februari 7.875 4.662

Maret 7.295 5.706,5

April 4.275 3.201

Mei 2.773 1.560

Juni 3.647 2.593,5

Juli 2.510 1.911

Agustus 4.370 2.787,5

September 7.844 5.034,5

Oktober 2.567 1.637

November 2.467 1.804

Desember 3.146 939

Total 57.544 35.536

Sumber : PT Sawangan Bumi Makmur, 2005

Kelebihan produksi ini berasal dari jambu biji organik yang matang atau jambu biji organik sisa sortiran yang tidak memenuhi standar dari pihak swalayan. Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan terpaksa harus menjual jambu biji organik ini dengan harga yang lebih murah dari harga normal ke pasar lokal (di kebun dan daerah sekitarnya) dan memasok ke usaha juice jambu biji. Walaupun nilai penjualan jambu biji organik untuk pasar swalayan masih lebih tinggi dibandingkan nilai penjualan jambu biji organik sisa sortiran dan matang ini, tapi banyaknya jumlah jambu biji organik sisa sortiran dan matang ini dapat mengakibatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan akan berkurang, karena kelebihan produksi ini sekitar 40 persen


(9)

dari volume produksi dan dijual dengan harga yang lebih murah atau sekitar dua kali dari harga normal. Ini menyebabkan perusahaan perlu menyusun suatu strategi yang tepat agar dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.

Pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa volume penjualan jambu biji organik berfluktuasi setiap bulan dan mengalami penurunan pada bulan Desember 2004. Volume penjualan mengalami penurunan sekitar 47,9 persen dari 1804 kg pada bulan November menjadi 939 kg pada bulan Desember, padahal pada bulan tersebut hasil produksi mengalami peningkatan. Penurunan penjualan ini disebabkan karena terjadi penurunan permintaan pihak swalayan terhadap jambu biji organik, sehingga perusahaan perlu mengetahui apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan juga analisis penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran yang selama ini dilakukan oleh sehingga dapat membantu perusahaan untuk perbaikan pelaksanaan bauran pemasaran di masa depan, karena kegiatan pemasaran jambu biji organik yang dilakukan oleh perusahaan tidak terlepas dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk yang sesuai keinginan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan.

Berdasarkan masalah di atas, maka perusahaan perlu merumuskan strategi pemasaran yang tepat dengan mengenali kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik sehingga dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan bagi perusahaan. Hasil evaluasi dari kondisi internal berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan faktor eksternal akan memberikan gambaran mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan.


(10)

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur ?

2. Bagaimana penerapan bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur ?

3. Bagaimana penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur ?

4. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang dapat diimplentasikan oleh PT Sawangan Buni Makmur untuk meningkatkan keuntungan perusahaan?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

2. Mengetahui penerapan bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

3. Mengetahui penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

4. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat direkomendasikan kepada PT Sawangan Bumi Makmur.


(11)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN JAMBU BIJI ORGANIK DI PT SAWANGAN BUMI MAKMUR, PARUNG, BOGOR

OLEH

SYLVIA REVITHA KAHARUDDIN A14102578

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(12)

(13)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan temuan-temuan baru dalam bidang pertanian telah menggeser sistem pertanian traditional menjadi sistem pertanian modern yang dicirikan dengan penggunaan pupuk kimia/sintesis, pestisida, dan obat-obatan kimia. Sistem pertanian modern dianggap berhasil menanggulangi kerawanaan pangan sehingga mengakibatkan pupuk kimia dalam beberapa dekade terakhir digunakan secara luas di negara-negara Asia dan Pasifik secara global hingga mencapai 43 persen per tahun1). Sistem pertanian ini juga memiliki dampak negatif seperti meningkatnya kerusakan/degradasi lingkungan, menimbulkan pencemaran terhadap air tanah (sumber air minum), menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia dan munculnya hama yang resisten terhadap salah satu pestisida (Sutanto, 2002).

Sejalan dengan semakin banyaknya bahaya yang ditimbulkan oleh pertanian modern, beberapa tahun terakhir ini pakar pertanian dan lembaga swadaya masyarakat international berusaha mengembangkan pertanian alternatif dalam mencukupi kebutuhan pangan dengan kualitas yang baik, menyehatkan, dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yaitu dengan sistem pertanian organik (Sutanto, 2002). Faktor yang mendorong berkembangnya produk organik adalah meningkatnya kesadaran/kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida, obat-obatan kimia, pupuk sehingga memunculkan tren baru dalam masyarakat yang bertemakan “ back to nature”, seiring dengan meningkatnya

1)


(14)

pendapatan, kesejahteraan masyarakat dan kualitas pendidikan. Faktor pendorong lain adalah keinginan masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan alam.

Saat ini konsumen dan permintaan terhadap produk organik mengalami peningkatan, ini ditunjukkan dengan tingginya pangsa pasar produk organik dinegara-negara Eropa yang mencapai 3 persen sampai 10 persen pada tahun 2000 (Sutanto, 2002), juga di Asia Pasifik yang menjadi salah satu pendorong perkembangan pangan organik di Indonesia (Tabel 1).

Tabel 1. Pangsa Pasar Produk Organik di Asia Pasifik Tahun 2002

Negara Nilai (US $) Persentase (%)

Jepang 250 Juta 53,2

Australia 165 Juta 35,1

Selandia Baru 36 Juta 7,7

Lainnya (Asia) 19 Juta 4,0

Sumber : Organic Monitor (2002)

Di Indonesia total omset perdagangan organik sebesar 79 milyar rupiah dan 18,8 milyar rupiah diantaranya berasal dari agribisnis hortikultura2). Ini berarti perdagangan hortikultura organik sekitar 23,79 persen dari total perdagangan produk organik. Walaupun di Indonesia pangan organik belum sepopuler di negara-negara maju dan masih merupakan hal baru yang mulai popular sekitar 4-5 tahun yang lalu, tetapi pasar pangan organik di Indonesia terus berkembang. Ini dapat dilihat dari semakin banyaknya produsen/petani yang mulai menerapkan kembali cara-cara bertani secara organik, banyaknya bermunculan toko pangan organik terutama di kota-kota besar dan produk organik yang ada dipasaran sudah mulai bervariasi seperti sayur organik, beras organik, buah organik, telur organik, daging ayam organik, dan

2)


(15)

lain3). Beberapa jenis sayur organik yang ada di supermarket adalah jagung, buncis, bit merah, tomat, sedangkan merek beras organik yang tersedia di supermarket seperti IR 64, Nutrilon-o Pandan Wangi, Nutrilon-o Menthik Wangi, Nutrilon-o Rojolele, O’Rice Pandan Wangi, Omega Organic Thai Rice, Oriza Organic Cisadane, dan lain-lain4).

Salah satu buah organik yang berpotensi untuk dikembangkan adalah jambu biji organik. Buah ini cukup disenangi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena jambu biji mempunyai rasa yang lezat, memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi (Rismunandar, 1989). Jambu biji juga dapat dikonsumsi langsung atau diolah menjadi juice, dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya demam berdarah, sariawan, gusi berdarah, diare, disentri, jantung, diabetes, kolesterol, gangguan sistem pencernaan, beberapa jenis kanker, dan lain-lain (Parimin, 2005).

Jambu biji untuk konsumsi dalam negeri tidak hanya dihasilkan dari produksi dalam negeri, tetapi juga diimpor dari beberapa negara. Volume dan nilai impor jambu biji dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Volume dan Nilai Impor Jambu Biji Non Organik.

Tahun Volume (kg) Nilai (US $)

2000 14.127 21.200

2001 26.934 10.724

2002 27.979 18.958

2003 653.052 196.001

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003

Peningkatan volume impor jambu biji menunjukkan bahwa produksi dan kualitas jambu biji perlu ditingkatkan. Ini merupakan peluang dalam mengembangkan jambu biji organik yang memiliki kualitas yang lebih baik dari jambu biji non organik

3)

Trubus, April 2004. Gemerincing Rupiah dari Sebuah Gaya Hidup. 4)


(16)

terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ekonomi menengah ke atas, kaum ekspatriat yang berada di kota-kota besar dan wisatawan mancanegara.

Jambu biji berpotensi untuk diusahakan karena merupakan salah satu komoditi ekspor yang cukup diminati oleh konsumen luar negeri baik dalam keadaan segar maupun olahan. Volume dan nilai ekspor jambu biji dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Jambu Biji Non Organik.

Tahun Volume (kg) Nilai (US $)

2000 31.356 26.048

2001 14.370 8.354

2002 32.052 28.859

2003 17.061 19.033

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003

Penurunan jumlah ekspor jambu biji menunjukkan bahwa permintaan pasar dalam negeri (pasar domestik) masih terbuka. Jambu biji organik merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu produsen/perusahaan agribisnis untuk menghasilkan jambu biji dengan kualitas yang baik, agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan pasar luar negeri.

Salah satu produsen jambu biji organik di Indonesia adalah PT Sawangan Bumi Makmur. Perusahaan ini menghasilkan jambu biji organik merah dan hampir sebagian besar dijual ke beberapa swalayan/supermarket dan toko buah untuk golongan ekonomi menengah ke atas yang ada di daerah Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Bogor. Peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar pada pasar jambu biji organik untuk kelas ekonomi menengah ke atas menjadi daya tarik bagi produsen jambu biji organik lain seperti PT AT3, PT Moenaputra Nusantara, PT Laguna Indonesia, dan lain-lain. Ini menuntut perusahaan untuk menerapkan strategi yang


(17)

tepat dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dalam memasarkan jambu biji organik. Selain itu perusahaan juga harus bisa menawarkan produk yang berkualitas dan pelayanan memuaskan yang sesuai dengan keinginan (harapan) pelanggan.

1.2.Perumusan Masalah

Produk organik mempunyai prospek yang cukup baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, ini dapat dilihat dari semakin bervariasinya produk organik yang beredar di pasaran, semakin banyak masyarakat yang mulai tertarik dengan produk organik karena alasan keamanan dan kesehatan dan semakin banyaknya produsen/petani yang mengusahakan produk organik, sehingga keadaan ini memberikan peluang sekaligus menghadapkan produsen/petani pada suatu ancaman dalam memasarkan produknya.

PT Sawangan Bumi Makmur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya buah organik salah satunya adalalah jambu biji. Jambu biji organik merupakan produk yang penting bagi perusahaan karena total volume usaha perusahaan 70 persen berasal dari hasil penjualan jambu biji organik. Perusahaan ini menghasilkan jambu biji organik segar, varietas getas yang berwarna merah. Pemasaran buah ini sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar swalayan, toko buah dan restauran yang berada di daerah Jakarta Selatan, Bekasi, Tangerang dan Bogor.

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, PT Sawangan Bumi Makmur mengalami kendala seperti hasil produksi banyak yang tidak terjual ke pasar swalayan,


(18)

sekitar 60 persen jambu biji organik ini yang terjual di pasar swalayan, ini berarti 60 persen total penjualan jambu biji organik berasal dari penjualan di swalayan. Keadaan ini mengakibatkan sekitar 40 persen jambu biji organik yang tidak laku terjual di pasar swalayan sehingga terjadi kelebihan produksi, seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Volume Produksi dan Penjualan Jambu Biji Organik PT Sawangan Bumi

Makmur Tahun 2004

Bulan Produksi (Kg) Penjualan (Kg)

Januari 8.775 3.700

Februari 7.875 4.662

Maret 7.295 5.706,5

April 4.275 3.201

Mei 2.773 1.560

Juni 3.647 2.593,5

Juli 2.510 1.911

Agustus 4.370 2.787,5

September 7.844 5.034,5

Oktober 2.567 1.637

November 2.467 1.804

Desember 3.146 939

Total 57.544 35.536

Sumber : PT Sawangan Bumi Makmur, 2005

Kelebihan produksi ini berasal dari jambu biji organik yang matang atau jambu biji organik sisa sortiran yang tidak memenuhi standar dari pihak swalayan. Untuk mengatasi masalah tersebut perusahaan terpaksa harus menjual jambu biji organik ini dengan harga yang lebih murah dari harga normal ke pasar lokal (di kebun dan daerah sekitarnya) dan memasok ke usaha juice jambu biji. Walaupun nilai penjualan jambu biji organik untuk pasar swalayan masih lebih tinggi dibandingkan nilai penjualan jambu biji organik sisa sortiran dan matang ini, tapi banyaknya jumlah jambu biji organik sisa sortiran dan matang ini dapat mengakibatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan akan berkurang, karena kelebihan produksi ini sekitar 40 persen


(19)

dari volume produksi dan dijual dengan harga yang lebih murah atau sekitar dua kali dari harga normal. Ini menyebabkan perusahaan perlu menyusun suatu strategi yang tepat agar dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.

Pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa volume penjualan jambu biji organik berfluktuasi setiap bulan dan mengalami penurunan pada bulan Desember 2004. Volume penjualan mengalami penurunan sekitar 47,9 persen dari 1804 kg pada bulan November menjadi 939 kg pada bulan Desember, padahal pada bulan tersebut hasil produksi mengalami peningkatan. Penurunan penjualan ini disebabkan karena terjadi penurunan permintaan pihak swalayan terhadap jambu biji organik, sehingga perusahaan perlu mengetahui apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan juga analisis penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran yang selama ini dilakukan oleh sehingga dapat membantu perusahaan untuk perbaikan pelaksanaan bauran pemasaran di masa depan, karena kegiatan pemasaran jambu biji organik yang dilakukan oleh perusahaan tidak terlepas dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk yang sesuai keinginan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan.

Berdasarkan masalah di atas, maka perusahaan perlu merumuskan strategi pemasaran yang tepat dengan mengenali kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik sehingga dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan bagi perusahaan. Hasil evaluasi dari kondisi internal berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan faktor eksternal akan memberikan gambaran mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan.


(20)

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur ?

2. Bagaimana penerapan bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur ?

3. Bagaimana penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur ?

4. Bagaimana alternatif strategi pemasaran yang dapat diimplentasikan oleh PT Sawangan Buni Makmur untuk meningkatkan keuntungan perusahaan?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

2. Mengetahui penerapan bauran pemasaran (produk, harga, tempat dan promosi) jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

3. Mengetahui penilaian pelanggan terhadap pelaksanaan bauran pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

4. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat direkomendasikan kepada PT Sawangan Bumi Makmur.


(21)

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Pihak produsen jambu biji organik, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran.

2. Pihak penulis, merupakan pengalaman yang berharga sekaligus sebagai wadah latihan dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh semasa kuliah.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Pertanian Organik

Pertanian organik mempunyai prospek yang cukup baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan pertanian organik yang pesat didorong oleh perhatian masyarakat yang secara perlahan mulai bergeser ke pertanian berwawasan lingkungan, dan sangat peduli terhadap alam dan kesehatan. Permintaan terhadap produk organik terus meningkat, gambaran ini dapat dilihat dari pertumbuhan permintaan produk organik dunia mencapai 15-20 persen per tahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar antara 0,5-25 persen dari keseluruhan produk organik (Jolly, 2000). Perkembangan pertanian organik di Amerika sekitar 0,2 persen dari total lahan pertanian, namun pasar tumbuh dengan laju lebih dari 20 persen per tahun5), sedangkan di Perancis sekitar 52 persen masyarakat membelanjakan uang sebesar 65 euro setiap tahun untuk pangan organik, dan lahan pertanian organik meningkat lima persen tahun 20056).

Di Indonesia pertanian organik mulai dikembangkan pada tahun 1984, oleh Yayasan Bina Sarana Bhakti sebagai perintisnya yang membuka lahan seluas 4 Ha di daerah Cisarua, Bogor. Banyak masyarakat yang kemudian mulai tertarik dan belajar tentang pertanian organik di tempat ini, dan mengembangkannya di daerah masing-masing sehingga pertanian organik di Indonesia mulai berkembang (Pracaya, 2002). Saat ini, kelompok petani atau produsen organik sudah mulai bermunculan di berbagai daerah seperti di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta

5)


(23)

terletak di Karanganyar, Magelang dan Kulonprogo. Di Jawa Barat terletak di Bogor, Bandung dan Kuningan, sedangkan di Jawa Timur seperti di Malang dan juga beberapa daerah di Bali7).

Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi holistik (keseluruhan) yang meningkatkan dan mengembangkan kesatuan agroekosistem, keragaman hayati, siklus hidrologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan pada penggunaan praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input setempat, termasuk benih, pupuk, pestisida (nabati/prediktor). The International Federation of Organic Agribussiness Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang memadai melalui budidaya secara alami, keinginan akan melestarikan siklus hidrologi biologis dalam ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang, keragaman genetik sistem pertanian dan alam sekitarnya akan terjaga. Manfaat lain yang dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah meningkatkan pendapatan petani karena adanya effisiensi pemanfaatan sumberdaya, menghasilkan pangan yang cukup, aman, berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan meningkatkan daya saing produk agribisnis8).

Pertanian organik juga memiliki kekurangan seperti produktivitas yang rendah dan sulit diukur sehingga harga jual sangat tinggi, kesulitan dalam memperoleh input produksi seperti pupuk kandang atau kompos, kesulitan dalam menentukan analisis

7)

Trubus, Februari 2000. Pangan Organik Kian Marak. 8)


(24)

ekonomis suatu lahan seperti biaya produksi dan pemasukan, dan kesulitan dalam memasarkan produk seperti merintis pasar dan memilih segmen pasar9).

2.2. Jambu Biji Organik

Jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl, namun dapat tumbuh di daerah sub tropis dengan intensitas curah hujan berkisar antara 1.000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Tanaman ini berkembang dan berbuah dengan optimal pada suhu 23-28oC10). Jambu biji dapat berbuah sepanjang tahun, sedangkan musim panen raya antara bulan Desember sampai Februari dan bulan Juni sampai Agustus (Parimin, 2005).

Tanaman ini banyak dibudidayakan karena memiliki banyak keunggulan yaitu: mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan khusus, dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim, tahan kering dan hujan, memiliki perakaran yang cukup lebat sehingga dapat menahan erosi, dan memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi (Rismunandar, 1989). Menurut Lim Tong Kwee and Khay Choy (1990), nilai gizi jambu biji dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Zat Gizi Jambu Biji per 100 gr Bahan

Zat Gizi Jambu Biji Zat Gizi Jambu Biji

Kalori (gr) 69 Kalsium (mg) 15

Air (gr) 80,6 Fosfor (mg) 24

Protein (gr) 1,0 Zat besi (mg) 0,7

Lemak (gr) 0,4 Vitamin A (IU) 200-400

Karbohidrat (gr) 17,3 Vitamin B1 (mg) 0,05

Serat (gr) 5,6 Vitamin B2 (mg) 0,04

Abu (gr) 0,7 Vitamin C (mg) 132

Sumber : Lim Tong Kwee and Khoo Khay Choy, 1990

9)


(25)

Saat ini juga telah dikembangkan budidaya jambu biji organik yang memiliki syarat tumbuh pada kondisi yang sama dengan jambu biji non organik, yang membedakan adalah proses budidaya jambu biji organik tanpa menggunakan unsur-unsur kimia seperti pupuk, pestisida, hormon dan obat-obatan tetapi menggunakan bahan-bahan alami seperti pupuk kandang, kompos, pestisida nabati dan pestisida organik, sehingga aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Jambu biji organik seringkali penampakannya tidak menarik, terlihat ada bekas gigitan serangga, tetapi memiliki kualitas yang lebih baik dari jambu biji non organik seperti citarasa yang lebih baik, lebih alami, lebih segar, tekstur lebih keras dan padat11). Produk organik seperti jambu biji juga memiliki kandungan mineral yang lebih baik dibanding jambu biji non organik12).

Jambu biji organik biasanya hanya dijual di tempat-tempat tertentu seperti di swalayan/supermarket, toko buah atau gerai-gerai khusus produk organik, harga jual jambu biji organik lebih mahal dari jambu biji non organik, segmen pasar hanya golongan ekonomi menengah keatas yang memiliki pendapatan tinggi dan kesadaran kesehatan tinggi.

2.3. Pemasaran

Menurut David (1998), pemasaran adalah proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Kottler (2002) menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

11)

Hasil Wawancara dengan Manajer Produksi PT Sawangan Bumi Makmur. 12)


(26)

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Menurut Assauri (2002), konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan bagi konsumen.

Konsep pemasaran berdiri di atas empat pilar yaitu : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep ini dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua aktivitas yang akan mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan (Kottler, 2002).

Menurut Rangkuti (2000), nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : merek, pelayanan dan proses. Merek adalah nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Pelayanan merupakan nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Proses adalah nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.4. Strategi Pemasaran

Kottler (2002) menyatakan strategi pemasaran merupakan pendekatan pemasaran luas yang akan digunakan untuk mencapai tujuan rencana pemasaran. Menurut Umar (2003), Strategi pemasaran adalah penuntun agar aktivitas pemasaran


(27)

konsisten bukan hanya terhadap strategi utama yang ditentukan, melainkan juga terhadap strategi diberbagai bidang fungsional lainnya. Strategi dalam bidang pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek yang dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran, yang terdiri dari aspek produk, harga, distribusi dan promosi.

2.5. Bauran Pemasaran

Kottler (2002) menyatakan bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Komponen-komponen pokok bauran pemasaran terdiri dari empat variabel utama yang dikenal dengan nama “4P” yaitu produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Variabel-variabel pemasaran dalam komponen 4P bauran pemasaran dapat dilihat pada Gambar 1 (Kottler, 2002).

Gambar 1. Komponen 4P dalam Bauran Pemasaran (Sumber : Kottler, 2002)

Bauran Pemasaran Produk -Keragaman produk -Kualitas -Design -Ciri -Nama merek -Kemasan -Ukuran -Pelayanan -Garansi -Imbalan Harga -Daftar harga -Rabat/diskon -Potongan harga khusus -Periode pembayaran -Syarat kredit Distribusi -Saluran pemasaran -Cakupan pasar -Pengelompokan -Lokasi -Persediaan -Transportasi Promosi -Promosi penjualan -Periklanan -Tenaga penjualan -Kehumasan -Pemasaran langsung


(28)

Produk adalah tawaran yang berwujud dari perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan (Kottler, 2002). Strategi produk yang tepat akan menempatkan perusahaan dalam suatu posisi persaingan yang menguntungkan dibanding pesaingnya.

Harga merupakan alat bauran pemasaran yang penting. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk produk tertentu. Harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan, jika tidak pembeli akan berpaling ke produk pesaing. Harga mencakup daftar harga, rabat/diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran, syarat kredit (Kottler, 2002).

Menurut Kottler (2002), tempat (distribusi) merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan agar produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Tempat mencakup saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan, lokasi, persediaan dan transportasi.

Kottler (2002) mendefinisikan promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Bauran promosi terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.

2.6. Analisis Lingkungan Pemasaran

Menurut Umar (2003), lingkungan pemasaran sebuah perusahaan berkaitan dengan sekumpulan faktor-faktor pemasaran yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnis perusahaan. Lingkungan pemasaran


(29)

merupakan kekuatan yang ada di lingkungan tempat perusahaan beroperasi, yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Kottler, 2002).

2.6.1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang-bidang fungsional (David, 1998). Lingkungan internal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik adalah pemasaran, produksi dan operasi, dan keuangan. Menurut Assauri (2002), factor internal dalam bidang pemasaran adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh pimpinan perusahaan umumnya dan pimpinan pemasaran khususnya (controllable factors), yang terdiri dari produk, harga, penyaluran/distribusi, promosi dan pelayanan.

2.6.2. Lingkungan Eksternal

Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan bahwa lingkungan eksternal terdiri dari semua keadaan dan kekuatan yang mempengaruhi pilihan (opsi) strategik perusahaan dan menentukan situasi persaingannya. Variabel lingkungan eksternal berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, dapat menimbulkan peluang & ancaman. dan tidak bisa dikontrol. Menurut Kottler (2002) lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro.

2.6.2.1.Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari faktor demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum dan sosial budaya yang dapat berpengaruh terhadap penjualan dan laba perusahaan. Kekuatan-kekuatan itu bersifat tidak dapat dikendalikan, sehingga


(30)

perusahaan harus memantau dan cepat tanggap terhadap kekuatan-kekuatan itu (Kottler, 2002).

Menurut Kottler (2002), faktor demografi berkaitan dengan masalah-masalah kependudukan seperti jumlah penduduk, distribusi penduduk secara geografis, distribusi umur dan bauran etnis, tingkat pendidikan, karakteristik dan pergerakan regional.

Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Faktor ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli yang dipengaruhi oleh pendapatan, harga produk, tabungan, hutang dan ketersediaan kredit saat ini (Kottler, 2002).

Perkembangan teknologi tidak hanya mencakup kemajuan dalam bidang bisnis tersebut tetapi juga di bidang lain yang mendukung kegiatan bisnis (Umar, 2003). Sebagai contoh usaha budidaya buah-buahan dapat berhasil jika didukung oleh adanya kemajuan dalam bidang produksi sarana dan prasarana budidaya, transportasi, pengolahan/pengawetan buah dan pengemasan buah. Menurut David (1998), kemajuan teknologi dapat mempengaruhi produk, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan dan posisi bersaing. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan produk yang lebih baik dan mengubah posisi biaya bersaing relatif dalam suatu industri.

Menurut Umar (2003), arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Menurut Pearce dan Robinson (1997), faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang


(31)

buahan, sehingga mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap buah-buahan lokal menurun. Hal ini sangat merugikan produsen/petani karena dapat mengurangi potensi laba.

Kondisi sosial budaya bersifat dinamis (selalu berubah-ubah) sehingga harus diantisipasi oleh perusahaan. Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997).

Menurut Kottler (2002), faktor alam berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Faktor alam berhubungan dengan udara, tanah dan air yang mendukung kegiatan perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Keberhasilan usaha budidaya pertanian di Indonesia didukung oleh faktor alam seperti sinar matahari sepanjang tahun, tanah yang subur, iklim yang mendukung dan curah hujan yang cukup.

2.6.2.2.Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro perusahaan terdiri dari semua pihak yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan menjual produk. Lingkungan mikro terdiri dari pemasok, perantara pemasaran, pelanggan dan pesaing (Kottler, 2002).

Pemasok adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumberdaya/input yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/output yang dapat memuaskan pelanggan. Hubungan yang dapat diandalkan antara suatu perusahaan dan pemasok sangat penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Perusahaan selalu bergantung pada pemasok untuk dukungan keuangan, layanan, bahan baku dan peralatan (Pearce dan Robinson, 1997).


(32)

Menurut Kottler (2002), perantara pemasaran adalah perusahaan yang membantu perusahaan lain dalam promosi, penjualan dan pendistribusian barang ke pembeli akhir. Perantara pemasaran terdiri dari agen pialang, perwakilan manufaktur serta pihak lain yang memudahkan penemuan dan penjualan produk ke pelanggan.

Kottler (2002) menjelaskan bahwa pelanggan adalah pihak yang memaksimalkan nilai dengan dibatasi oleh biaya pencarian, pengetahuan, mobilitas dan penghasilan. Pelanggan terdiri dari individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi. Pelanggan dapat pula berupa kelompok atau lembaga yang membeli barang dan jasa untuk dijual kembali (reseller market).

Pesaing adalah perusahaan lain yang berusaha memuaskan kebutuhan pelanggan yang sama serta mengajukan penawarkan produk yang sama dengan produk perusahaan (Kottler, 2002).

2.7. Tahapan Perumusan Strategi Pemasaran

Menurut David (1998), Teknik perumusan strategi dapat dipadukan menjadi kerangka kerja pembuatan keputusan tiga tahap yang dapat dipakai untuk semua ukuran dan tipe organisasi, dan dapat membantu ahli strategi mengenali, mengevaluasi dan memilih strategi.

2.7.1. Tahap Input

Tahap ini dilakukan untuk meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi (David, 1998). Alat analisis yang digunakan pada tahap ini antara lain matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation).


(33)

2.7.1.1.Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan perusahaan sebagai alat perumusan strategi untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan (David, 1998).

2.7.1.2.Matriks External Faktor Evaluation (EFE)

Menurut David (1998), Matriks EFE digunakan perusahaan sebagai alat perumusan strategi untuk meringkas dan mengevaluasi peluang dan ancaman.

2.7.2. Tahap Pencocokan

Tahap ini untuk membangkitkan strategi-strategi alternatif yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan dengan memadukan faktor internal dan eksternal (David, 1998). Alat analisis yang dapat digunakan matriks IE dan analisis SWOT.

2.7.2.1.Matriks IE (Internal External)

Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu Strategi Bisnis Unit (SBU) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas 9 sel (Umar, 2003). Menurut David (1998), sel-sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama. Daerah pertama yang terdiri dari sel I, II dan IV disebut tumbuh dan bina (growth and build). Strategi yang dapat diterapkan antara lain strategi intensif (penetrasi pasar, perluasan pasar dan perluasan produk) dan strategi integratif (integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal). Daerah kedua terdiri dari sel III, V dan VII disebut pertahankan dan pelihara (hold and maintain), strategi yang tepat adalah strategi penetrasi pasar dan perluasan produk. Daerah ketiga terdiri dari sel VI, VII dan IX merupakan situasi panen atau divestasi.


(34)

2.7.2.2.Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan suatu cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan dan strategi yang efektif bagi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman (Pearce dan Robinson, 1997).

Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan bahwa analisis SWOT ini dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal yaitu: identifikasi ancaman dan peluang, juga identifikasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan.

2.7.3. Tahap Pemilihan Keputusan

Informasi yang diperoleh pada tahap input dan tahap pencocokan digunakan pada tahap ini menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Analisis ini memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif dan dengan penilaian intuitif yang baik berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk lingkungan internal dan eksternal yang telah diketahui. QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan pada sejauhmana faktor-faktor sukses kritis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki (David, 1998).

David (1998), menjelaskan bahwa sifat positif dari QSPM adalah set strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan, tidak ada batas untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat diperiksa sekaligus menggunakan QSPM. Sifat positif lain dari QSPM adalah alat ini mengharuskan ahli strategi untuk memadukan faktor-faktor kunci yang terkait ke dalam proses keputusan.


(35)

Mengembangkan QSPM membuat faktor-faktor kunci lebih kecil kemungkinannya terabaikan atau diberi bobot secara tidak sesuai. QSPM juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Pemberian peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif walaupun prosesnya harus menggunakan informasi obyektif, hanya dapat sebaik informasi yang diperlukan dan analisis penjodohan yang menjadi landasannya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang analisis strategi pemasaran perusahaan distributor buah segar (studi kasus PT Moenaputra Nusantara, Jakarta), sudah dilakukan oleh Indriani (2002). Analisis IFE menghasilkan nilai total skor sebesar 2,930 dan nilai total skor pada analisis EFE sebesar 3,022. Analisis dengan matriks IE menunjukkan bahwa perusahaan berada pada sel II (tumbuh dan bina), strategi yang tepat adalah strategi intensif dan integrasi. Berdasarkan analisis SWOT strategi yang tepat untuk PT Moenaputra Nusantara adalah (1) Strategi SO dengan mempertahankan adanya pengendalian mutu, mempertahankan dan menarik pelanggan baru dengan meningkatkan pelayanan, memperluas jaringan distribusi dan meningkatkan kontinuitas dan kuantitas produk, meningkatkan usaha promosi, (2) Strategi ST dengan meningkatkan keunggulan produk, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, meningkatkan pengiriman SPG, (3) Strategi WO dengan menambah modal kerja, meningkatkan kuantitas dari pengadaan buah, memperluas pasar ke wilayah-wilayah potensial, dan memperbaiki manajemen perusahaan, (4) Strategi WT dengan


(36)

mengadakan penelitian khusus mengenai pesaing dan cara menghadapi pesaing, dan menjalin kerjasama yang baik dengan pemasok.

Indriastanti (2003) menganalisis tentang strategi pemasaran dan pengembangan usaha anggur hijau (kasus usaha petani anggur hijau di desa Tempursari, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah). Matris IFE memperoleh nilai total skor sebesar 2,4 ini menunjukkan bahwa petani belum mampu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menutup kelemahan yang ada. Nilai total skor untuk matriks EFE sebesar 2,79 ini berarti usaha anggur hijau mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan mengantisipasi ancaman yang terjadi dalam usaha. Pada matriks IE menunjukkan posisi usaha anggur hijau pada sel V, yang merupakan posisi hold and maintain dengan menerapkan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strategi pada analisis SWOT adalah (1) Strategi SO dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas buah, membuat suatu diversifikasi produk dengan memanfaatkan teknologi yang ada, membuat desain kemasan yang baik, (2) Strategi WO dengan menggunakan teknologi yang tepat guna dan efektif untuk mengolah pasca panen, dan memperluas pasar, (3) Strategi ST dengan mempererat hubungan dengan pemasok sarana produksi, meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan menjadikan anggur hijau sebagai produk unggulan daerah, (4) Strategi WT dengan meningkatkan promosi melalui media massa dan elektronik.

Penelitian tentang analisis strategi pemasaran komoditi tomat recento hidroponik pada PT Rejo Sari Bumi, unit Tapos, Ciawi-Bogor, Jawa Barat, sudah dilakukan oleh Suryatini (2004). Pada matriks IFE total skor sebesar 2,723 yang


(37)

kekuatan-kekuatan usahanya dan mengatasi kelemahan-kelemahan usaha yang ada. Total skor matriks EFE sebesar 3,257 ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tergolong tinggi dalam memanfaatkan peluang eksternal serta menghindari ancaman. Matriks IE menempatkan perusahaan pada sel II, yang merupakan posisi tumbuh dan bina. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif dan strategi integrasi.

Ada delapan alternatif strategi pemasaran yang diperoleh dari matriks SWOT terdiri dari (1) mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk dengan teknologi tepat guna untuk mempertahankan pelanggan yang ada dan menarik pelanggan potensial, (2) menjaga ketersediaan produk untuk mempertahankan kepercayaan dan kesetiaan pelanggan, (3) memperluas pangsa pasar untuk meningkatakan penjualan, (4) meningkatkan hubungan kerjasama dan memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan, (5) menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas produk dengan cara efisiensi biaya produksi, (6) meningkatkan niali tomat dengan mengalihkan fungsi tomat ke fungsi yang berbeda, (7) meningkatkan produktivitas karyawan, (8) melakukan penelitian khusus guna meningkatkan produktivitas tomat, (9) meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan citra produk dan menghadapi produk substitusi. Alternatif strategi pemasaran yang diprioritaskan untuk diimplementasikan bagi perusahaan berdasarkan pengolahan AHP yaitu menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas produk dengan cara efisiensi biaya produksi dengan nilai bobot sebesar 0,507.

Hadi (2004) melakukan penelitian tentang analisis strategi pengembangan usaha PT Indorub Sumber Wadung. Total skor pada matriks IFE adalah 2,799 ini


(38)

menunjukkan perusahaan telah mampu memanfaatkan kemampuan internal perusahaan dan mengatasi masalah internal yang dihadapi perusahaan. Total skor dari matriks EFE adalah 2,623, ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu merespon peluang yang dimiliki dan mengatasi ancaman yang dihadapi. Matriks IE menempatkan PT Indorub Sumber Wadung pada sel V, yang disebut posisi hold and maintain, dengan menerapkan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT yaitu (1) Strategi SO melalui optimalisasi produksi untuk memanfaatkan seluruh keunggulan perusahaan, kepastian konsumen dan perkembangan teknologi mekanisasi dan pengolahan dan memanfaatkan keunggulan luas areal, kesuburan dan varietas teh, pabrik dan teknologi yang ada, (2) Strategi ST dengan memberikan kepuasan optimal kepada konsumen utama, (3) Strategi WO adalah memanfaatkan informasi hasil penelitian di PPTK Gambung, (4) Strategi WT dengan pelatihan dan pemberian motivasi kerja yang kuat terhadap tenaga kerja pemetik, pemberian kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar perkebunan, peningkatkan pengawasan dan pengelolaan lahan perkebunan, dan peremajaan tanaman tua untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas hasil. Prioritas strategi dengan analisis QSPM memberikan nilai tertinggi TAS (total attractive score) sebesar 5,504 pada strategi meningkatkan hasil produksi dengan memanfaatkan seluruh keunggulan perusahaan, kepastian konsumen dan perkembangan teknologi mekanisasi dan pengolahan.

Penelitian-penelitian terdahulu tentang strategi pemasaran dapat dijadikan referensi oleh penulis dalam melakukan penelitian tentang strategi pemasaran jambu


(39)

strategi pemasaran sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Indriani (2002) dan Indriastanti pada tahun 2003. Kedua penelitian ini hanya sampai pada tahap pencocokan yaitu mencoba untuk melihat posisi perusahaan dalam industri dan menyusun beberapa alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan matriks IE dan analisis SWOT.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis sampai pada tahap pemilihan keputusan dengan menggunakan analisis matriks QSPM, sehingga diperoleh alternatif strategi pemasaran terbaik yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan agar dapat mencapai tujuan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryatini (2004) dan Hadi pada tahun 2004 juga sampai pada tahap pemilihan keputusan, namun penelitian yang dilakukan oleh Suryatini menggunakan analisis AHP. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi juga menggunakan analisis QSPM seperti yang dilakukan oleh penulis, tetapi penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hadi (2004) dalam hal lokasi dan produk yang diteliti.


(40)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Perkembangan pertanian organik yang pesat selama beberapa tahun terakhir ini didorong oleh kepedulian masyarakat kepada kesehatan dan alam, sehingga produk organik yang beredar dipasaran semakin bervariasi mulai dari beras organik, sayur organik, buah organik dan lain-lain. Pasar produk organik yang masih potensial mengakibatkan semakin banyaknya bermunculan kelompok petani organik atau produsen organik di berbagai daerah, salah satunya adalah PT Sawangan Bumi Makmur yang merupakan produsen jambu biji organik.

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, PT Sawangan Bumi Makmur mengalami kendala yaitu volume penjualan jambu biji organik pada bulan Desember 2004 mengalami penurunan padahal volume produksi mengalami peningkatan. Kendala lain yang dialami perusahan adalah hasil produksi yang terjual ke swalayan, toko buah, sekitar 60 persen saja sehingga mengakibatkan terjadi kelebihan produksi karena yang berasal dari jambu biji organik yang matang dan jambu biji organik sisa sortiran yang tidak laku terjual di pasar swalayan. Kelebihan produksi ini dijual dengan harga murah ke pasar lokal dan usaha juice. Ini mengakibatkan penerimaan yang akan diperoleh perusahaan menjadi berkurang, sehingga perusahaan perlu menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada penelitian ini terdapat tiga tahapan utama yang perlu ditempuh dalam menyusun strategi pemasaran. Tahapan tersebut meliputi tahap input, tahap pencocokan dan tahap pemilihan keputusan. Pada tahap input dilakukan identifikasi lingkungan internal yang mempengaruhi pemasaran sehingga dapat diketahui kekuatan


(41)

dan kelemahan perusahaan. Identifikasi faktor-faktor internal diperoleh dari pihak manajemen dan hasil penilaian pelanggan terhadap bauran pemasaran perusahaan. Hasil penilaian pelanggan terhadap bauran pemasaran digunakan sebagai korelasi silang informasi yang diperoleh dari pihak manajemen perusahaan, sehingga dapat memberikan masukan dalam menentukan faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik. Analisis terhadap penilaian pelanggan juga dapat membantu perusahaan dalam mengevaluasi efektifitas pelaksanaan bauran pemasaran yang selama ini dilakukan sehingga perusahaan mendapat masukan untuk bahan perbaikan di masa depan.

Lingkungan internal yang berkaitan dengan PT Sawangan Bumi makmur meliputi faktor pemasaran seperti produk organik dan kualitasnya, pelayanan, lokasi, penyediaan jambu biji organik, hubungan dengan pelanggan, kemasan, tempat penjualan, waktu pengiriman dan kegiatan promosi. Kelebihan produksi merupakan faktor operasi produksi yang berpengaruh pada pemasaran perusahaan, sedangkan modal sendiri merupakan faktor keuangan yang mempengaruhi kegiatan pemasaran perusahaan.

Lingkungan eksternal yang mempengaruhi kegiatan pemasaran perusahaan adalah faktor sosial budaya seperti bermunculan supermarket baru, jambu biji bermanfaat bagi kesehatan dan sabagai obet, kasus pencurian, adanya produsen yang memanfaatkan label organik, dan daya beli masyarakat. Faktor teknologi meliputi perkembangan industri pengolahan dan pupuk organik. Iklim yang sesuai merupakan faktor alam yang berpengaruh pada pemasaran perusahaan, sedangkan adanya


(42)

perusahaan lain merupakan faktor pesaing yang mempengaruhi kegiatan peamasaran perusahaaan

Setelah diketahui faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman), maka dilakukan analisis terhadap lingkungan internal menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation), sedangkan analisis terhadap lingkungan eksternal dengan matriks EFE (External Factor Evaluation). Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan yang digunakan untuk menyusun alternatif strategi yang layak diimplementasikan dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IE (Internal External) dan analisis SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats). Tahap terakhir merupakan tahap memilih alternatif strategi pemasaran terbaik yang dapat diimplementasikan oleh PT Sawangan Bumi Makmur untuk mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Alur kerangka pemikiran yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.


(43)

Tahap Input

Tahap Pencocokan

Tahap Pemilihan Keputusan

Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran PT Sawangan Bumi Makmur

Analisis Masalah

- Volume penjualan jambu biji organik mengalami penurunan - Jambu biji organik banyak tidak laku terjual di pasar swalayan

Analisis Lingkungan Internal Analisis Fungsional -Pemasaran -Operasi dan Produksi -Keuangan Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan Makro Sosial Budaya Teknologi Alam Lingkungan Mikro Pelanggan Pesaing Matriks IE Matriks EFE Analisis QSPM

Rekomendasi Alternatif Strategi Pemasaran Terbaik Matriks IFE Analisis SWOT Analisis Bauran Pemasaran Jambu Biji Organik Penilaian Pelanggan Terhadap Bauran Pemasaran


(44)

IV. METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Sawangan Bumi Makmur yang berlokasi di Parung dan Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan berdasarkan pertimbangan bahwa PT Sawangan Bumi Makmur salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya buah organik yang berpotensi, serta memiliki peluang yang besar untuk dapat dikembangkan di masa mendatang. Pertimbangan lain adalah adanya ketersediaan data yang diperlukan dalam penelitian ini dan kesediaan dari pihak manajemen perusahaan untuk menjadikan perusahaan sebagai lokasi penelitian.

Penelitian juga dilakukan di lima pelanggan perusahaan yaitu Kem Chicks Supermarket di Kemang-Jakarta, Toko Buah Total di Panglima Polim-Jakarta, Toko Buah Fress E di Bintaro-Jakarta, pengecer di Bumi Serpong Damai Tangerang, dan pengecer di Bogor. Setiap lokasi tersebut dipilih seorang responden yang mengetahui tentang bauran pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Pemilihan lokasi pelanggan dilakukan atas persetujuan dari pihak perusahaan, dengan pertimbangan ke-5 pelanggan tersebut mempunyai lokasi berbeda, jenis usaha berbeda, dan volume permintaan untuk setiap kali pemesanan berbeda.

Pengumpulan data tentang analisis strategi pemasaran jambu biji organik ini dilakukan pada bulan Mei 2005 sampai Juli 2005.


(45)

4.2.Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan pengisian kuesioner kepada responden dan melakukan wawancara terhadap pihak manajemen perusahaan untuk menentukan perangkat masukan dalam menyusun kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta informasi terkait lainnya.

Pengisian kuesioner untuk menentukan bobot dan rating dilakukan terhadap enam orang responden yang terdiri dari empat orang responden internal (pihak manajemen perusahaan) dan dua orang responden eksternal (pihak pelanggan). Pengisian kuesioner kepada pihak eksternal bertujuan agar penelitian ini dapat memberikan data yang lebih obyektif. Kuesioner untuk responden dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pemilihan responden dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Responden internal dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut berhubungan dengan bidang pemasaran. Responden internal terdiri dari asisten direktur bagian pengawasan, manajer pemasaran, manajer produksi dan manajer keuangan. Pemilihan responden eksternal berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut sudah lama menjadi pelanggan perusahaan sehingga diharapkan dapat memberikan pendapat, jawaban yang bermanfaat bagi penelitian ini. Responden eksternal adalah koordinator bagian buah di Kem Chicks Supermarket, Kemang-Jakarta Selatan dan manajer toko di Toko Buah Total, Panglima Polim-Kemang-Jakarta Selatan. Responden internal masing-masing memperoleh bobot sebesar 20 persen, sedangkan responden eksternal masing-masing diberi bobot yang lebih kecil yaitu 10 persen.


(46)

Pemberian bobot ini berdasarkan pertimbangan bahwa responden internal terdiri dari empat orang yang diduga mempunyai informasi yang banyak tentang perusahaan sehingga menghasilkan persentase yang lebih besar sekitar 80 persen, sedangkan responden eksternal terdiri dari dua orang yang diduga memiliki pengetahuan yang terbatas tentang perusahaan sehingga menghasilkan persentase yang lebih kecil sekitar 20 persen.

Penyebaran kuesioner juga diberikan kepada lima orang pelanggan untuk mengetahui penilaian dari pelanggan terhadap bauran pemasaran perusahaan selama ini. Hasil akhir dari analisis pelanggan digunakan sebagai korelasi silang informasi yang diperoleh dari pihak manajemen perusahaan sehingga dapat memberikan masukan dalam menentukan faktor-faktor internal yang mempengaruhi pemasaran jambu biji organik perusahaan. Responden yang dipilih adalah koordinator bagian buah di Kem Chicks Supermarket, manajer toko di Toko Buah Total, manajer toko di Toko Buah Fress E, pengecer di Bumi Serpong Damai dan pengecer di Bogor.

Data sekunder yang merupakan pelengkap data primer diperoleh dari data-data perusahaan, data dari pemerintah dan instansi terkait, laporan penelitian terdahulu dan berbagai artikel serta literatur yang relevan dengan penelitian ini.

4.3.Metode Analisis Data

Analisis strategi pemasaran jambu biji organik menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matriks EFE (External Factor Evaluation), matriks IE (Internal External), analisis SWOT, analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) dan tabulasi deskriptif. Matriks IFE dan EFE digunakan pada tahap input


(47)

untuk meringkas input informasi dasar yang diperlukan dalam merumuskan strategi. Matriks IE dan analisis SWOT digunakan pada tahap pencocokan untuk merumuskan alternatif strategi dengan memadukan faktor internal dan faktor eksternal, dan analisis QSPM digunakan pada tahap pemilihan keputusan untuk memilih alternatif strategi pemasaran yang terbaik dari beberapa alternatif strategi yang ada. Tabulasi deskriptif digunakan untuk mengetahui penilaian pelanggan terhadap bauran pemasaran jambu biji organik di PT Sawangan Bumi Makmur.

4.3.1. Analisis Matriks IFE

Faktor-faktor internal diidentifikasi dengan matriks IFE. Kuesioner digunakan untuk menganalisis situasi perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen yang menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear and Taylor 1991). Langkah-langkah dalam membuat matriks IFE adalah :

1. Tentukan faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan.

2. Penilaian bobot untuk setiap variabel menggunakan skala (1) jika indikator horisontal kurang penting dari indikator vertikal, (2) jika indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal, (3) jika indikator horisontal lebih penting dari indikator vertikal. Penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategis Internal A B … Total A

B …. Total


(48)

3. Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Kinnear and Taylor, 1991).

ái = Xi

n

• Xi

i=1

Keterangan:

ái = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3,….,n

n = Jumlah variabel

4. Menurut David (1998), penentuan peringkat (rating) untuk masing-masing faktor internal menunjukkan apakah faktor itu merupakan (1) kelemahan utama, (2) kelemahan kecil, (3) kekuatan kecil dan (4) kekuatan utama.

5. Kalikan bobot dan rating untuk memperoleh skor untuk setiap variabel. 6. Jumlahkan skor untuk mendapatkan nilai total skor.

7. Total skor di bawah 2,5 artinya perusahaan memiliki posisi internal yang lemah, sedangkan total skor terbobot di atas 2,5 menunjukkan perusahaan memiliki posisi internal yang kuat. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Matriks IFE

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan

1. 2. 3. dst Kelemahan 1.

2. 3. dst


(49)

4.3.2. Analisis Matriks EFE

Faktor-faktor eksternal diolah dengan menggunakan matriks EFE. Menurut Kinnear and Taylor (1991). Langkah-langkah dalam membuat matriks EFE adalah: 1. Tentukan faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

2. Penilaian bobot untuk setiap variabel menggunakan skala (1) jika indikator horisontal kurang penting dari indikator vertikal, (2) jika indikator horisontal sama penting dengan indikator vertikal, (3) jika indikator horisontal lebih penting dari indikator vertikal. Penilaian bobot dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Strategis Eksternal A B … Total A

B …. Total

Sumber : Kinnear and Taylor, 1991

3. Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

ái = Xi

n

• Xi

i=1

Keterangan:

ái = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3,….,n

n = Jumlah variabel

4. Menurut David (1998), penentuan rating untuk matriks EFE yang menunjukkan seberapa efektif respon strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan saat ini


(50)

terhadap faktor tersebut dimana 1=lemah/jelek, 2=rata-rata, 3=diatas rata-rata dan 4=bagus.

5. Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh skor. 6. Jumlahkan skor untuk mendapatkan nilai total skor.

7. Total skor di bawah 2,5 menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman, sedangkan total skor di atas 2,5 menunjukkan perusahaan dapat merespon peluang dan ancaman. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks EFE

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang

1. 2. 3. dst Ancaman 1.

2. 3. dst

Total Sumber: Umar, 2003 4.3.3. Analisis Matriks IE

Matriks IE digunakan agar perusahaan dapat memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2000). Matriks ini juga dapat digunakan untuk menilai kondisi perusahaan saat ini dan mengembangkannya untuk memproyeksikan bisnis di masa depan (Umar, 2003), namun matriks ini memerlukan lebih banyak informasi mengenai divisi perusahaan (David, 1998).


(51)

akan menunjukkan strategi yang dianggap tepat untuk diterapkan oleh perusahaan . Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3 (David, 1998).

Total Skor Internal Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi 1,0

Total 3,0

Skor

Eksternal Sedang 2,0

Rendah

1,0

Gambar 3. Matriks Internal Eksternal (IE) Keterangan:

Sel I = Tumbuh dan Bina Sel VI = Divestasi

Sel II = Tumbuh dan Bina Sel VII = Pertahankan dan Pelihara Sel III = Pertahankan dan Pelihara Sel VIII= Divestasi

Sel IV = Tumbuh dan Bina Sel IX = Divestasi Sel V = Pertahankan dan Pelihara

4.3.4. Analisis SWOT

Matriks SWOT digunakan untuk membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi yang merupakan alternatif strategi pemasaran yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan berdasarkan hasil kombinasi antara faktor strategis internal (kekuatan atau kelemahan) dan eksternal (peluang atau ancaman) yang dimiliki oleh perusahaan. Tahap pencocokan faktor internal dan eksternal kunci

I II III

IV V VI VII VIII IX


(52)

merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan analisis ini, karena memerlukan penilaian yang baik (David, 1998). Analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks SWOT Internal Eksternal STRENGTHS (S) Daftar kekuatan WEAKNESS (W) Daftar kelemahan OPPORTUNITIES (O) Daftar peluang

STRATEGI SO

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Minimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T) Daftar ancaman

STRATEGI ST

Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Minimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber: David, 1998

Menurut David (1998), langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun analisis SWOT adalah sebagai berikut :

1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan. 2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan. 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan. 4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.

5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat resultan strategi SO dalam sel yang tepat.

6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat resultan strategi WO dalam sel yang tepat.

7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat resultan strategi ST dalam sel yang tepat.


(53)

8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat resultan strategi WT dalam sel yang tepat.

4.3.5. Analisis QSPM

Analisis QSPM digunakan untuk membantu manajer dalam memilih alternatif strategi pemasaran mana yang terbaik untuk diimplementasikan oleh perusahaan. Analisis ini membutuhkan penilaian intuitif yang baik dalam menyeleksi strategi untuk dimasukkan dalam QSPM, proses memberikan peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan yang bersifat subyektif, dan analisis ini hanya sebaik informasi yang diperlukan dan analisis penjodohan yang menjadi landasannya (David, 1998).

Menurut David (1998) tahapan dalam mengembangkan QSPM sebagai berikut: 1. Menentukan kekuatan/kelemahan kunci internal dan peluang/ancaman kunci

eksternal.

2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis internal dan eksternal, identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.

3. Memeriksa pencocokan matriks dan mengidentifikasi strategi alternatf yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.

4. Menetapkan nilai daya tarik (AS) pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lain dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Nilai daya tarik dimulai dari nilai 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, dan 4 = sangat menarik.


(54)

5. Menghitung nilai total daya tarik (TAS) yang merupakan hasil kali dari kolom bobot dan nilai daya tarik (AS) dalam setiap baris. Semakin tinggi nilai TAS, maka semakin menarik alternatif strategi itu.

6. Menghitung jumlah total daya tarik dengan cara menjumlahkan nilai total daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah nilai total daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi. Besarnya perbedaan antar jumlah total nilai daya tarik dalam suatu set alternatif strategi tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah strategi lebih diinginkan relatif terhadap yang lain. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks QSPM

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Faktor-faktor

Kunci

Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor-faktor kunci internal Faktor-faktor kunci

eksternal

Jumlah Nilai Total Daya Tarik

Sumber : David, 1998 4.3.6. Tabulasi Deskriptif

Data yang merupakan identitas pelanggan dan penilaian penilaian pelanggan terhadap bauran pemasaran jambu biji organik dihitung dengan menggunakan tabulasi deskriptif. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Data yang diperoleh dibuat tabulasi dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama.


(55)

2. Data tersebut kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah pelanggan sebagai responden.

3. Persentase yang terbesar merupakan faktor yang dominant dari masing-masing faktor yang diteliti.


(56)

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Sawangan Bumi Makmur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis yang memfokuskan pada usaha budidaya buah organik salah satunya adalah jambu biji organik. Perusahaan ini resmi berdiri pada tanggal 13 September 2002, dan terdaftar di notaris Sri Bandiningsih, SH pada tanggal 18 Maret 2003 dengan akta notaris NPWP.02261.324.011.000.

Perusahaan memulai usaha budidaya pada tahun 2003 dan terus berlanjut sampai sekarang. Pada awalnya perusahaan hanya menjual jambu biji organik ke beberapa pelanggan yang ada di daerah Jakarta, namun saat ini pelanggan PT Sawangan Bumi Makmur terus bertambah dan daerah pemasaran juga sudah meluas ke beberapa daerah di sekitar Jakarta seperti Bekasi, Tangerang dan Depok. Data perkembangan pelanggan jambu biji organik PT Sawangan Bumi Makmur dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.2. Lokasi dan Keadaan Perusahaan

PT Sawangan Bumi Makmur berlokasi di dua tempat. Kantor pusat PT Sawangan Bumi Makmur terletak di Graha Irama, Lantai 15, Jalan H.R Rasuna Said, Blok X-1, Kav 01-02, Kuningan Timur, Jakarta Selatan. Lokasi kebun jambu biji organik terletak di Jalan Raya Parung Bogor, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Luas areal kebun yang dimiliki oleh PT Sawangan Bumi Makmur sekitar 12 Ha, namun yang efektif digunakan adalah sekitar 10 Ha. PT Sawangan Bumi Makmur


(57)

membudidayakan tanaman organik seperti jambu biji, belimbing, jeruk limau, jeruk siam dan salak pondoh. Di kebun ini jumlah tanaman jambu biji yang paling banyak yaitu sekitar 4192 pohon, belimbing 657 pohon, jeruk limau 120 pohon, jeruk siam sekitar 464 pohon dan salak pondoh sebanyak 300 rumpun. Saat ini tanaman yang sudah menghasilkan adalah jambu biji, jeruk limau dan belimbing, tetapi produksi belimbing dan jeruk limau masih rendah dan belum dapat menghasilkan secara kontinyu.

5.3. Misi dan Tujuan Perusahaan

Misi dari PT Sawangan Bumi Makmur adalah meningkatkan minat masyarakat Indonesia terhadap buah lokal khususnya “fresh fruits”, menyediakan buah-buahan yang bebas pupuk kimia, pestisida (buah organik) dan sebagai lahan studi yang bersifat out door (gabungan antara pariwisata air, pengembangan buah-buahan lokal Jawa Barat dan pusat studi ilmiah).

PT Sawangan Bumi makmur juga memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan organik untuk golongan ekonomi menengah ke atas dan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum setiap bulan.

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan

PT Sawangan Bumi Makmur dipimpin langsung oleh pemilik perusahaan yang menjabat sebagai direktur utama, berwenang dalam setiap pengambilan keputusan dan memegang kendali penuh atas jalannya usaha. Struktur organisasi PT Sawangan Bumi Makmur cukup sederhana. direktur utama membawahi asisten direktur dan para manajer yang terdiri dari manajer produksi, manajer keuangan, manajer pemasaran dan


(1)

Lampiran 4. (Lanjutan)

Responden 5

Faktor Strategi Internal A B C D E F G H I J K Jumlah Bobot

A. Lokasi strategis 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 12 0.055

B. Produk organik dan berkualitas 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 21 0.095 C. Pelayanan memuaskan pelanggan 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 21 0.095 D. Penyediaan kontinyu setiap minggu 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 22 0.100 E. Hubungan baik dengan pelanggan 3 2 2 1 1 2 2 1 1 3 18 0.082

F. Modal milik sendiri 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 13 0.059

G. Kegiatan promosi masih terbatas 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 22 0.100 H. Tempat penjualan belum luas 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 22 0.100 I. Kemasan masih sederhana 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 23 0.105 J. Waktu pengiriman kurang tepat dan terlambat 3 2 2 2 3 3 1 1 2 1 20 0.091

K. Kelebihan produksi 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 26 0.118

Total 28 19 19 18 22 27 18 18 17 20 14 220 1.000

Responden 6

Faktor Strategi Internal A B C D E F G H I J K Jumlah Bobot

A. Lokasi strategis 1 1 2 3 3 2 2 2 2 1 19 0.086

B. Produk organik dan berkualitas 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 25 0.114 C. Pelayanan memuaskan pelanggan 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 24 0.109 D. Penyediaan kontinyu setiap minggu 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 23 0.105 E. Hubungan baik dengan pelanggan 1 1 1 1 3 2 2 1 2 3 17 0.077 F. Modal milik sendiri 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 0.050 G. Kegiatan promosi masih terbatas 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 21 0.095 H. Tempat penjualan belum luas 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 23 0.105 I. Kemasan masih sederhana 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 23 0.105 J. Waktu pengiriman kurang tepat dan terlambat 2 1 2 2 2 3 2 1 2 3 20 0.091 K. Kelebihan produksi 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 14 0.064


(2)

Lampiran 5. Analisis Pemberian Rating Evaluasi Faktor Internal PT Sawangan Bumi Makmur.

Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6

Faktor-faktor Internal Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Bobot

Kekuatan

1. Lokasi strategis 0.095 4 0.380 0.073 4 0.292 0.118 3 0.354 0.100 3 0.300 0.055 4 0.22 0.086 4 0.344 2. Produk organik 0.073 4 0.292 0.073 4 0.292 0.082 3 0.246 0.091 3 0.273 0.095 4 0.380 0.114 3 0.342 3. Pelayanan memuaskan 0.086 4 0.344 0.091 4 0.364 0.114 3 0.342 0.100 3 0.3 0.095 4 0.380 0.109 4 0.436 4. Penyediaan kontinyu 0.095 4 0.380 0.095 4 0.380 0.109 3 0.327 0.095 3 0.285 0.100 4 0.400 0.105 4 0.420 5. Hubungan baik dgn pelanggan 0.100 3 0.300 0.109 3 0.327 0.073 3 0.219 0.109 3 0.327 0.082 3 0.246 0.077 3 0.231 6. Modal milik sendiri 0.091 3 0.273 0.091 3 0.273 0.123 3 0.369 0.105 4 0.420 0.059 3 0.177 0.050 3 0.150

Kelemahan

1. Kegiatan promosi terbatas 0.059 1 0.059 0.091 1 0.091 0.091 1 0.091 0.073 2 0.146 0.100 1 0.100 0.095 1 0.095 2.Tempat penjualan belum luas 0.086 1 0.086 0.082 1 0.082 0.064 2 0.128 0.068 2 0.136 0.100 1 0.100 0.105 1 0.105 3. Kemasan masih sederhana 0.109 1 0.109 0.095 2 0.190 0.077 1 0.077 0.095 1 0.095 0.105 1 0.105 0.105 1 0.105 5. Waktu pengiriman tdk tepat 0.095 1 0.095 0.095 1 0.095 0.095 2 0.190 0.086 1 0.086 0.091 1 0.091 0.091 2 0.182 6. Kelebihan produksi 0.109 2 0.218 0.105 1 0.105 0.095 2 0.190 0.077 1 0.077 0.118 1 0.118 0.064 1 0.064


(3)

Lampiran 6. Analisis Pembobotan Evaluasi Faktor Eksternal PT Sawangan Bumi Makmur. Responden 1

Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I Jml Bobot

A. Iklim yang sesuai dengan tanaman jambu biji 2 3 2 3 2 2 2 2 18 0.125 B. Bermunculannya supermarket baru untuk menjaring pelanggan baru 2 3 2 2 2 2 3 2 18 0.125 C. Industri pengolahan jambu biji mulai berkembang 1 1 1 1 2 2 3 1 12 0.083 D. Penelitian bahwa jambu biji punya banyak manfaat & kandungan gizi baik 2 2 3 1 2 2 1 2 15 0.104 E. Pembuatan pupuk organik mulai berkembang 1 2 3 3 1 1 2 1 14 0.097 F. Pencurian jambu biji organik sering terjadi 2 2 2 2 3 2 3 2 18 0.125 G. Adanya perusahaan lain yang memasarkan jambu biji organik 2 2 2 2 3 2 2 2 17 0.118 H. Adanya produsen non organik yang memanfaatkan label organik 2 1 1 3 2 1 2 2 14 0.097 I. Daya beli masyarakat masih rendah 2 2 3 2 3 2 2 2 18 0.125

Total 14 14 20 17 18 14 15 18 14 144 1.000

Responden 2

Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I Jml Bobot

A. Iklim yang sesuai dengan tanaman jambu biji 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0.056 B. Bermunculannya supermarket baru untuk menjaring pelanggan baru 3 2 2 2 1 2 2 1 15 0.104 C. Industri pengolahan jambu biji mulai berkembang 3 2 1 1 1 1 2 2 13 0.090 D. Penelitian bahwa jambu biji punya banyak manfaat & kandungan gizi baik 3 2 3 2 2 3 1 2 18 0.125 E. Pembuatan pupuk organik mulai berkembang 3 2 3 2 1 2 2 2 17 0.118 F. Pencurian jambu biji organik sering terjadi 3 3 3 2 3 2 3 2 21 0.146 G. Adanya perusahaan lain yang memasarkan jambu biji organik 3 2 3 1 2 2 3 2 18 0.125 H. Adanya produsen non organik yang memanfaatkan label organik 3 2 2 3 2 1 1 2 16 0.111 I. Daya beli masyarakat masih rendah 3 3 2 2 2 2 2 2 18 0.125


(4)

Lampiran 6. (Lanjutan)

Responden 3

Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I Jml Bobot

A. Iklim yang sesuai dengan tanaman jambu biji 3 3 3 3 3 3 3 3 24 0.167 B. Bermunculannya supermarket baru untuk menjaring pelanggan baru 1 3 3 3 3 3 3 3 22 0.153 C. Industri pengolahan jambu biji mulai berkembang 1 1 3 3 3 3 3 3 20 0.139 D. Penelitian bahwa jambu biji punya banyak manfaat & kandungan gizi baik 1 1 1 3 1 2 2 2 13 0.090 E. Pembuatan pupuk organik mulai berkembang 1 1 1 1 1 2 2 2 11 0.076 F. Pencurian jambu biji organik sering terjadi 1 1 1 3 3 2 3 3 17 0.118 G. Adanya perusahaan lain yang memasarkan jambu biji organik 1 1 1 2 2 2 3 3 15 0.104 H. Adanya produsen non organik yang memanfaatkan label organik 1 1 1 2 2 1 1 3 12 0.083 I. Daya beli masyarakat masih rendah 1 1 1 2 2 1 1 1 10 0.069

Total 8 10 12 19 21 15 17 20 22 144 1.000

Responden 4

Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I Jml Bobot

A. Iklim yang sesuai dengan tanaman jambu biji 1 1 1 2 3 3 3 2 16 0.111 B. Bermunculannya supermarket baru untuk menjaring pelanggan baru 3 2 2 2 3 3 3 2 20 0.139 C. Industri pengolahan jambu biji mulai berkembang 3 2 2 2 1 2 3 2 17 0.118 D. Penelitian bahwa jambu biji punya banyak manfaat & kandungan gizi baik 3 2 2 1 2 2 3 2 17 0.118 E. Pembuatan pupuk organik mulai berkembang 2 2 2 3 2 2 3 2 18 0.125 F. Pencurian jambu biji organik sering terjadi 1 1 3 2 2 2 2 2 15 0.104 G. Adanya perusahaan lain yang memasarkan jambu biji organik 1 1 2 2 2 2 2 2 14 0.097 H. Adanya produsen non organik yang memanfaatkan label organik 1 1 1 1 1 2 2 2 11 0.076 J. Daya beli masyarakat masih rendah 2 2 2 2 2 2 2 2 16 0.111


(5)

Lampiran 6. (Lanjutan)

Responden 5

Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H J Jml Bobot

A. Iklim yang sesuai dengan tanaman jambu biji 1 1 1 3 1 1 1 3 12 0.083 B. Bermunculannya supermarket baru untuk menjaring pelanggan baru 3 2 2 3 2 2 2 2 18 0.125 C. Industri pengolahan jambu biji mulai berkembang 3 2 2 3 2 2 2 1 17 0.118 D. Penelitian bahwa jambu biji punya banyak manfaat & kandungan gizi baik 3 2 2 3 2 2 2 2 18 0.125 E. Pembuatan pupuk organik mulai berkembang 1 1 1 1 1 1 1 1 8 0.056 F. Pencurian jambu biji organik sering terjadi 3 2 2 2 3 3 2 1 18 0.125 G. Adanya perusahaan lain yang memasarkan jambu biji organik 3 2 2 2 3 1 1 2 16 0.111 H. Adanya produsen non organik yang memanfaatkan label organik 3 2 2 2 3 2 3 3 20 0.139 I. Daya beli masyarakat masih rendah 1 2 3 2 3 3 2 1 17 0.118

Total 20 14 15 14 24 14 16 12 15 144 1.000

Responden 6

Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H J Jml Bobot

A. Iklim yang sesuai dengan tanaman jambu biji 1 1 2 2 1 2 1 1 11 0.076 B. Bermunculannya supermarket baru untuk menjaring pelanggan baru 3 2 2 3 3 3 2 2 20 0.139 C. Industri pengolahan jambu biji mulai berkembang 3 2 2 3 1 2 1 1 15 0.104 D. Penelitian bahwa jambu biji punya banyak manfaat & kandungan gizi baik 2 2 2 3 2 2 2 2 17 0.118 E. Pembuatan pupuk organik mulai berkembang 2 1 1 1 1 2 1 1 10 0.069 F. Pencurian jambu biji organik sering terjadi 3 1 3 2 3 2 2 2 18 0.125 G. Adanya perusahaan lain yang memasarkan jambu biji organik 2 1 2 2 2 2 2 1 14 0.097 H. Adanya produsen non organik yang memanfaatkan label organik 3 2 3 2 3 2 2 2 19 0.132 J. Daya beli masyarakat masih rendah 3 2 3 2 3 2 3 2 20 0.139


(6)

Lampiran 7. Analisis Pemberian Rating Evaluasi Faktor Eksternal PT Sawangan Bumi Makmur.

Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6

Faktor-faktor Eksternal Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor Bobot Rt Skor

Peluang

1. Iklim sesuai dengan jambu biji 0.125 3 0.375 0.056 3 0.168 0.167 3 0.501 0.111 3 0.333 0.083 2 0.166 0.076 3 0.228 2. Bermunculan supermarket baru 0.125 3 0.375 0.104 3 0.312 0.153 3 0.459 0.139 2 0.278 0.125 2 0.250 0.139 2 0.278 3. Industri pengolahan berkembang 0.083 3 0.249 0.090 4 0.360 0.139 3 0.417 0.118 3 0.354 0.118 3 0.354 0.104 3 0.312 4. Jambu biji banyak manfaat 0.104 2 0.208 0.125 3 0.375 0.090 3 0.270 0.118 2 0.236 0.125 3 0.375 0.118 2 0.236 5. Pupuk organik berkembang 0.097 2 0.194 0.118 2 0.236 0.076 3 0.228 0.125 2 0.250 0.056 2 0.112 0.069 3 0.207

Ancaman

1. Pencurian sering terjadi 0.125 2 0.250 0.146 3 0.438 0.118 2 0.236 0.104 3 0.312 0.125 2 0.25 0.125 3 0.375 2. Ada perusahaan lain 0.118 3 0.354 0.125 3 0.375 0.104 2 0.208 0.097 2 0.194 0.111 2 0.222 0.097 2 0.194 3. Memanfaatkan label organik 0.097 3 0.291 0.111 2 0.222 0.083 3 0.249 0.076 2 0.152 0.139 2 0.278 0.132 2 0.264 4. Daya beli masyarakat rendah 0.125 3 0.375 0.125 3 0.375 0.069 2 0.138 0.111 2 0.222 0.118 2 0.236 0.139 2 0.278 Keterangan : Rt = Rating