Agen Pembersih TINJAUAN PUSTAKA

10 biasanya terjadi pada saat reaktor baru dinyalakan sampai dengan waktu tertentu. Keadaan stabil akan tercapai sampai waktu aging yang tepat tergantung pada suhu proses, rasio mol SO 3 dengan metil ester, tingkat konversi yang diperlukan dan karakteristik reaktor yang digunakan. Methyl Ester Sulfonate Acid MESA off grade dihasilkan saat aging belum mencapai waktu yang tepat. Proses pembuatan MES yang menghasilkan hasil samping MESA off grade dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada penelitian, MESA off grade yang dihasilkan akan dijadikan agen pembersih. MESA off grade akan ditambahkan dengan Natrium Hidroksida NaOH dengan konsentrasi tertentu. Penambahan ini dilakukan pada proses netralisasi, untuk menetralisir sifat keasaman yang ditimbulkan oleh MESA off grade. NaOH merupakan basa kuat yang memiliki derajat disosiasi, berwarna putih serrta sangat kuat dalam menyerap kelembaban dan karbon dioksida dari udara. NaOH disebut juga kaustik soda karena sifatnya yang korosif terhadap kulit. NaOH sering digunakan pada bidang tekstil, pembuatan sabun, penghilang lemak pada baja yang tahan karat dan peralatan gelas, seta pada penggolahan minyak bumi. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida Keenan et al., 1989 dalam Tanty, 2009. NaOH berfungsi untuk meningkatkan daya bersih, sebagai pengemulsi yang baik dan dipakai untuk proses netralisasi surfaktan. Umumnya industri menggunakan NaOH yang sudah berbentuk larutan dengan konsentrasi 48.

2.5 Agen Pembersih

Agen pembersih berfungsi untuk menghilangkan kotoran, termasuk debu, noda, lemak, dan lainnya. Umumnya pembersih berbentuk bubuk, cair, padat, dan pasta. Menurut Firman 2011, pembersih yang baik umumnya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Biodegradable yaitu dapat diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga tidak membahayakan lingkungan atau tidak mencemari lingkungan. b. Solubility yaitu dapat larut dalam air dan mudah dihilangkan dari permukaan benda yang dibersihkan. c. Wetting yaitu sifat pembasahan yang kuat, untuk mendapatkan sifat ini diperlukan adanya zat aktif permukaan surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan air, sehingga pembasahan pada permukaan benda yang dibersihkan dapat berlangsung dengan cepat. d. Emulsification yaitu sifat pembersih yang bekerja memecah kotoran menjadi partikel- partikel kecil. e. Soil Suspension yaitu kotoran yang sudah diemulsikan harus dibuat tersuspensi dalam larutan untuk mencegah melekatnya kembali pada permukaan benda yang telah dibersihkan. f. Rinsability yaitu sisa-sisa zat pembersih dan kotoran harus mudah dihilangkan dari permukaan benda yang sudah dibersihkan. g. Desinfectan yaitu kemampuan yang dapat membunuh bakteri pembawa penyakit. h. pH : pembersih harus memiliki sifat keasaman dan kebasaan tertentu agen pembersih dapat bersifat asam, basa atau netral, tetapi sebagian besar dari kotoran organik bersifat asam, sehingga diperlukan pembersih yang bersifat basa. Agen pembersih akan bersifat asam bila pH 7, sedangkan bersifat basa bila pH 7. 11 Hanson 1992 dalam Adiandri 2006, menyatakan bahwa deterjen dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan daya pembersihan oleh air. Ilustrasi deterjen dalam membersihkan kotoran disajikan pada Gambar 10. A B C D Gambar 10. Ilustrasi pengikatan kotoran oleh deterjen www.chemistry.co.nz dalam Adiandri, 2006 Gambar 10 memperlihatkan adanya 4 tahapan dalam proses pengikatan kotoran pada permukaan suatu benda oleh surfaktan sebagai komponen utama dalam formulasi deterjen. Pada kondisi A, kotoran menempel pada permukaan suatu benda, pada B kotoran diikat oleh molekul- molekul surfaktan, kondisi C permukaan suatu benda telah bersih dari kotoran, dan pada kondisi D, molekul-molekul surfaktan menjaga agar kotoran yang telah diikat tidak menempel kembali pada permukaan suatu benda. Agen pembersih merupakan larutan surfaktan yang ditambahkan dengan bahan lain untuk menyesuaikan viskositas serta mempertahankan karakteristik aslinya selama masa penyimpanan hingga penggunaan Woolat,1985. Deterjen termasuk kedalam kelompok emulsi, dikarenakan deterjen terdiri dari beberapa bahan yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda dan bila dicampur dapat membentuk produk yang homogen. Emulsi adalah sistem heterogen yang terdapat sedikitnya satu jenis cairan yang terdispersi didalam cairan lainnya dalam bentuk doplet-doplet kecil Romanowsky, 1998 dalam adiandri, 2006. Sistem emulsi mampu mencampurkan berbagai macam bahan yang memiliki perbedaan kepolaran dalam satu campuran yang homogen. Menurut Suryani et al. 2000, emulsi dapat distabilkan oleh molekul-molekul surfaktan yang membentuk agregat melalui pembentukkan lapisan pelindung antara fase terdispersi dan pendispersi. Karakterisitik yang harus dimiliki oleh deterjen antara lain memiliki busa yang stabil, daya pembersihan yang efektif, tidak toksik, tidak merusak perlengkapan yang dicuci korosif, stabil selama penyimpanan, serta mudah digunakan Parker, 2007. Kotoran Kotoran 12

III. METODOLOGI PENELITIAN