Biaya Penyelenggaraan Penyiaran Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

kelayakan perpanajangan penyelenggaraan penyiaran setelah 30 tiga puluh hari kerja sejak diterimanya permohonan oleh Menteri Kominfo. Forum Rapat Bersama diselenggarakan dalam rangka pemberian persetujuan atau penolakan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran melalui penilaian bersama terhadap rekomendasi kelayakan perpanjangan penyelenggaraan penyiaran dari KPI. Menteri Kominfo menerbitkan keputusan persetujuan atau penolakan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran sesuai dengan hasil kesepakatan Forum Rapat Bersama. Keputusan persetujuan atau penolakan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran wajib diterbitkan oleh Menteri Kominfo paling lambat 30 tiga puluh hari kerja sejak ada kesepakatan dari Forum Rapat Bersama. Keputusan persetujuan atau penolakan perpanjangan penyelenggaraan penyiaran disampikan kepada Pemohon melalui KPI.

C. Biaya Penyelenggaraan Penyiaran

Izin Penyelenggaraan Penyiaran IPP terbagi dalam dua jenis, yaitu Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran IPP Prinsip dan Izin Tetap Penyelenggaraan Penyiaran IPP Tetap. Terhadap kedua jenis izin tersebut, pemerintah telah menetapkan besaran biaya izin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Komunikasi dan Informatika. Dalam peraturan tersebut diatur adanya pembagian zona berdasarkan tingkat kemajuan ekonomi, yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 39 Tahun 2008 tentang Daerah Ekonomi Maju dan Daerah Ekonomi Kurang Maju Dalam Penyelenggaraan Penyiaran. Berdasarkan kajian, peraturan tersebut telah membagi daerah ekonomi dalam 5 lima zona atau wilayah. Zona 1, zona 2, dan zona 3 masuk dalam kategori daerah ekonomi maju, sedangkan zona 4 dan 5 termasuk kategori daerah kurang maju. Penetapan daerah ekonomi maju dan kurang maju dilakukan berdasarkan Indeks Potensi dan Kemajuan Daerah yang diukur berdasarkan komposit indeks dari Indeks Geografis, Indeks Demografis, Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Ekonomi, dan Indeks Bisnis, berdasarkan berbagai parameter masing-masing indeks. Berdasarkan itulah kemudian pemerintah menetapkan tabel besaran biaya izin penyelenggaraan penyiaran. Sebagi ilustrasi, dalam tabel tersebut diatur untuk Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran bagi Lembaga Penyiaran Swasta, sebagai berikut: Selain biaya IPP, lembaga penyiaran teresterial juga wajib membayar Biaya Hak Penggunaan Frekuensi BHPF yang besaran biayanya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 19Per.Kominfo102005 tentang Petunjuk Pelaksana Tarif Atas Penerimaan Negara bukan Pajak Dari Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio. Formula BHP spektrum frekuensi radio meliputi: 1. Harga Dasar Daya Pancar HDDP; 2. Harga Dasar Labar Pita HDLP; 3. Daya Pancar p; 4. Lebar Pita b; 5. Indeks biaya pendudukan lebar pita Ib; 6. Indeks biaya dan pemencaran frekuensi Ip; 7. Zona. Pembayaran BHPF adalah syarat untuk memperoleh Izin Stasiun Radio ISR yang harus dimiliki pemohon lembaga penyiaran sebelum diterbitkannya IPP. Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, dalam Bab ini akan lebih dijelaskan tentang Prosedur Perolehan Izin Penyelenggaraan Penyiaran. Namun, sebelum mengajukan permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran IPP, pemohon harus terlebih dahulu mengetahui hal – hal sebagai berikut, yaitu : 1. Alokasi saluran frekuensi atau kanal yang diinginkan masih tersedia sesuai peta alokasi frekuensi atau kanal yang ditetapkan Pemerintah; 2. Tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan sumber daya lainnya sehingga Lembaga Penyiaran tersebut mampu menyelenggarakan siaran secara berkesinambungan dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang menyaksikannya di televisi dan mendengarkannya di stasiun radio. Untuk mengetahui adanya kedua peluang tersebut atau tidak, hal tersebut merupakan kewajiban Menteri Komunikasi dan Informatika untuk mengumumkan secara terbuka melalui media cetak danatau elektronik peluang penyelenggaraan penyiaran LPS dan LPB melalui teresterial secara periodik setiap 5lima tahun sekali untuk jasa penyiaran radio dan 10sepuluh tahun sekali untuk jasa penyiaran televisi. Peluang penyelenggaraan penyiaran dapat dibuka di luar periode tersebut berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi atau perkembangan teknologi, ketersediaan kanal spektrum frekuensi. Pengumuman peluang penyelenggaraan penyiaran tersebut meliputi informasi tentang wilayah layanan siaran, jangka waktu pengajuan permohonan, dan jumlah kanal frekuensi yang tersedia. Permohonan izin untuk LPS dan LPB melalui teresterial diajukan setelah ada pengumuman peluang penyelenggaran penyiaran dari menteri. Sementara permohonan izin untuk LPB melalui satelit dan kabel, LPP lokal, dan LPK dapat diajukan tanpa didasarkan adanya pengumuman peluang penyelenggaraan penyiaran dari menteri. Sebagai catatan, sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan dikuatkan dengan PP No.11 Tahun 2005,belum sekalipun pemerintah belum menyampaikan pengumuman tersebut diakibatkan masih adanya permasalahan yang belum tuntas dalam menetapkan proses perizinan, terutama akibat tarik ulur kepentingan antara Kementrian dan Komisi Penyiaran Indonesia KPI. Namun, permasalahaan tersebut lambat laun dapat berhasil diselesaikan dengan lahirnya kesepakatan-kesepakatan antar keduanya terutama setelah Menteri Komunikasi dan Informasi menetapkan Peraturan Menteri No 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaran Penyiaran. Selanjutnya Pemohon harus memperhatikan terhadap hal-hal yang harus dipatuhi di setiap tahapan. Tahapan – tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

A. Pengambilan Panduan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Lembaga Penyiaran Berlangganan Melalui Kriminalisasi Di Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

0 40 133

Startegi Pemasaran Jasa Penyiaran Pada Radio GO FM 102.6 Medan

11 287 74

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

4 88 132

Penyalahgunaan Izin Penyelenggaraan Penyiaran Radio Dan Akibat Hukumnya Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

0 31 186

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG No. 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN GUNA MENUJU SISTEM PENYIARAN BERJARINGAN PADA TELEVISI LOKAL (STUDI MEDIA PADA TELEVISI LOKAL JTV SURABAYA DAN M&H TV SURABAYA)

0 5 43

PERANAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN KONTEN YANG BERMUATAN HIPNOTIS DALAM SIARAN YANG DITAYANGKAN OLEH LEMBAGA PENYIARAN SWASTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2002 TENTANG P.

0 0 2

PERAN DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM MENJAGA NETRALITAS ISI PROGRAM SIARAN TVRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN.

0 0 1

IMPLEMENTASI KEWENANGAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI TENGAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN | KARATE | Legal Opinion 6671 22196 1 PB

0 0 18

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG – UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perizinan Bagi Lembaga Penyiaran - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lok

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Perizinan Penyiaran Radio Swasta Lokal Berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (Studi Pada Radio Most Fm Medan)

0 0 14