kelayakan perpanajangan penyelenggaraan penyiaran setelah 30 tiga puluh hari kerja sejak diterimanya permohonan oleh Menteri Kominfo.
Forum Rapat Bersama diselenggarakan dalam rangka pemberian persetujuan atau penolakan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran melalui
penilaian bersama terhadap rekomendasi kelayakan perpanjangan penyelenggaraan penyiaran dari KPI. Menteri Kominfo menerbitkan keputusan
persetujuan atau penolakan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran sesuai dengan hasil kesepakatan Forum Rapat Bersama. Keputusan persetujuan atau
penolakan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran wajib diterbitkan oleh Menteri Kominfo paling lambat 30 tiga puluh hari kerja sejak ada kesepakatan
dari Forum Rapat Bersama. Keputusan persetujuan atau penolakan perpanjangan penyelenggaraan penyiaran disampikan kepada Pemohon melalui KPI.
C. Biaya Penyelenggaraan Penyiaran
Izin Penyelenggaraan Penyiaran IPP terbagi dalam dua jenis, yaitu Izin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran IPP Prinsip dan Izin Tetap Penyelenggaraan
Penyiaran IPP Tetap. Terhadap kedua jenis izin tersebut, pemerintah telah menetapkan besaran biaya izin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Komunikasi dan Informatika.
Dalam peraturan tersebut diatur adanya pembagian zona berdasarkan tingkat kemajuan ekonomi, yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 39 Tahun 2008 tentang Daerah Ekonomi
Maju dan Daerah Ekonomi Kurang Maju Dalam Penyelenggaraan Penyiaran. Berdasarkan kajian, peraturan tersebut telah membagi daerah ekonomi dalam 5
lima zona atau wilayah. Zona 1, zona 2, dan zona 3 masuk dalam kategori daerah ekonomi maju,
sedangkan zona 4 dan 5 termasuk kategori daerah kurang maju. Penetapan daerah ekonomi maju dan kurang maju dilakukan berdasarkan Indeks Potensi dan
Kemajuan Daerah yang diukur berdasarkan komposit indeks dari Indeks Geografis, Indeks Demografis, Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Ekonomi,
dan Indeks Bisnis, berdasarkan berbagai parameter masing-masing indeks. Berdasarkan itulah kemudian pemerintah menetapkan tabel besaran biaya
izin penyelenggaraan penyiaran. Sebagi ilustrasi, dalam tabel tersebut diatur untuk Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran bagi Lembaga Penyiaran Swasta, sebagai
berikut: Selain biaya IPP, lembaga penyiaran teresterial juga wajib membayar
Biaya Hak Penggunaan Frekuensi BHPF yang besaran biayanya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
19Per.Kominfo102005 tentang Petunjuk Pelaksana Tarif Atas Penerimaan Negara bukan Pajak Dari Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio.
Formula BHP spektrum frekuensi radio meliputi: 1.
Harga Dasar Daya Pancar HDDP; 2.
Harga Dasar Labar Pita HDLP; 3.
Daya Pancar p; 4.
Lebar Pita b;
5. Indeks biaya pendudukan lebar pita Ib;
6. Indeks biaya dan pemencaran frekuensi Ip;
7. Zona.
Pembayaran BHPF adalah syarat untuk memperoleh Izin Stasiun Radio ISR yang harus dimiliki pemohon lembaga penyiaran sebelum diterbitkannya
IPP.
Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, dalam Bab ini akan lebih dijelaskan tentang Prosedur Perolehan Izin Penyelenggaraan Penyiaran. Namun,
sebelum mengajukan permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran IPP, pemohon harus terlebih dahulu mengetahui hal – hal sebagai berikut, yaitu :
1. Alokasi saluran frekuensi atau kanal yang diinginkan masih tersedia sesuai
peta alokasi frekuensi atau kanal yang ditetapkan Pemerintah; 2.
Tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan sumber daya lainnya sehingga Lembaga Penyiaran tersebut mampu menyelenggarakan
siaran secara berkesinambungan dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang menyaksikannya di televisi dan mendengarkannya di stasiun radio.
Untuk mengetahui adanya kedua peluang tersebut atau tidak, hal tersebut merupakan kewajiban Menteri Komunikasi dan Informatika untuk mengumumkan
secara terbuka melalui media cetak danatau elektronik peluang penyelenggaraan penyiaran LPS dan LPB melalui teresterial secara periodik setiap 5lima tahun
sekali untuk jasa penyiaran radio dan 10sepuluh tahun sekali untuk jasa
penyiaran televisi. Peluang penyelenggaraan penyiaran dapat dibuka di luar periode tersebut berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi atau perkembangan
teknologi, ketersediaan kanal spektrum frekuensi. Pengumuman peluang penyelenggaraan penyiaran tersebut meliputi
informasi tentang wilayah layanan siaran, jangka waktu pengajuan permohonan, dan jumlah kanal frekuensi yang tersedia. Permohonan izin untuk LPS dan LPB
melalui teresterial diajukan setelah ada pengumuman peluang penyelenggaran penyiaran dari menteri. Sementara permohonan izin untuk LPB melalui satelit dan
kabel, LPP lokal, dan LPK dapat diajukan tanpa didasarkan adanya pengumuman peluang penyelenggaraan penyiaran dari menteri.
Sebagai catatan, sejak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan dikuatkan dengan PP No.11 Tahun 2005,belum sekalipun
pemerintah belum menyampaikan pengumuman tersebut diakibatkan masih adanya permasalahan yang belum tuntas dalam menetapkan proses perizinan,
terutama akibat tarik ulur kepentingan antara Kementrian dan Komisi Penyiaran Indonesia KPI. Namun, permasalahaan tersebut lambat laun dapat berhasil
diselesaikan dengan lahirnya kesepakatan-kesepakatan antar keduanya terutama setelah Menteri Komunikasi dan Informasi menetapkan Peraturan Menteri No 28
Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Perizinan Penyelenggaran Penyiaran.
Selanjutnya Pemohon harus memperhatikan terhadap hal-hal yang harus dipatuhi di setiap tahapan. Tahapan – tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
A. Pengambilan Panduan