Kondisi eksisting perairan Teluk Youtefa
105
teluk menjadi penyebab utama tingginya tingkat pencemaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Emily et al 2010 bahwa kadar oksigen terlarut 2, 0 mgl di Teluk
Greenwich
Rhode Island USA sangat rendah akibat limbah, pellet dan
peningkatan sedimen. Kemudian menurut Lee et al, 1978 bahwa tingkat pencemaran perairan akibat bahan buangan organik dapat dievaluasi berdasarkan
konsentrasi oksigen terlarut dan BOD
5
. Sedangkan menurut Clark 2003 bahwa konsentrasi bahan organik yang tinggi di perairan akan menyebabkan tingginya
pemakaian oksigen terlarut diperairan menurun 5.1.5. Kandungan oksigen biokimia BOD
BOD merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada
suhu 20 C selama lima hari dalam keadaan tanpa cahaya.
BOD digunakan sebagai cara untuk mengindikasikan pencemaran organik di perairan. Semakin banyak bahan organik yang terdapat dalam perairan, maka
semakin besar nilai oksigen yang dibutuhkan, sehingga nilai BOD semakin besar yang mengindikasikan tingginya tingkat pencemaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai BOD pada saat pasang berkisar antara 7,92 mgl - 21,0 mgl gambar 30 dengan nilai rata-rata keseluruhan 9,7 mgl.
Nilai tertinggi terdapat di stasiun 4 21,0 mgl, nilai terendah terdapat di stasiun 7 Gambar 30. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter BOD pasang surut
Lokasi pengamatan
mgl
BM 20
106
7,92 mgl. Kemudian pada saat surut berkisar antara 8,21 mgl – 28 mgl. Nilai
tertinggi terdapat di stasiun 4, terendah di stasiun 7. Nilai rata-rata pada saat pasang dan surut adalah 10,33 mgl lampiran 1. Berdasarkan baku mutu kualitas air nilai
ambang batas BOD untuk biota laut adalah 20 mgl Keputusan Mennteri Lingkungan Hidup RI nomor 51 tahun 2004 masih berada dibawah ambang batas
atau baku mutu. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi 2003 bahwa perairan yang memiliki nilai BOD lebih dari 20 mgl dianggap telah mengalami pencemaran. Nilai
BOD yang tinggi secara tidak langsung memberikan petunjuk tentang kandungan bahan-bahan organik yang tersuspensikan. Nilai BOD yang rendah mencerminkan
rendahnya kegiatan mikroorganisme di dalam air. Kandungan nilai BOD di perairan Teluk Youtefa diduga dipengaruhi bahan buangan organik dan aktivitas organisme
pengurai, dipengaruhi oleh suhu, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yetti et al, 2011 bahwa
peningkatan kadar BOD di perairan dapat disebabkan banyaknya sampah organik yang mencemari perairan. Kemudian menurut Lee et al 1978 bahwa indikator
BOD merupakan indikator penting dalam menentukan tingkat pencemaran perairan. 5.1.6. Nitrat dan amonia
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman. Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi
senyawa nitrogen di perairan. Pembuangan kotoran biasanya mengandung nitrat dalam jumlah yang besar. Unsur ini merupakan nutrien bagi tanaman, sehingga
meningkatkan kelimpahan fitoplankton di perairan. Pengkayaan ini akan menguntungkan zooplankton dan memperbanyak jumlah rantai-rantai makanan
lainnya Clark, 1986. Dijelaskan bahwa jika bahan buangan organik dirombak oleh bakteri tidak hanya karbondioksida dan air, tetapi juga nitrogen dilepaskan sebagai
bahan anorganik yang secara alami terkandung dalam komponen protein hewan dan tanaman.
107
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nitrat di perairan Teluk Youtefa pada saat pasang 0,004 mgl
– 0, 026 mgl gambar 31. Nilai nitrat tertinggi terdapat pada stasiun empat 0,026 mgl dan terendah pada stasiun satu 0,004
dengan nilai rata-rata keseluruh an 0,27 mgl. Kemudian kadar nitrat pada saat surut
berkisar antara 0,004 mgl-0,34 mgl. Nilai tertinggi terdapat di stasiun 4 0,34 mgl, nilai terendah terdapat di stasiun 6 0,004 mgl dengan nilai rata-rata 0,05 mgl. Nilai
rata-rata pada saat pasang dan surut adalah 0,012 mgl lampiran 1. Nilai tersebut telah melampaui baku mutu air laut untuk biota laut. Kelimpahan nutrien di suatu
perairan, akan menimbulkan masalah terjadinya blooming populasi mikroorganisme yang dapat mengurangi kadar oksigen dalam perairan. Aktifitas masyarakat dan
tekanan penduduk dalam memanfaatkan teluk sebagai tempat penampungan limbah berpotensi meningkatkan nilai nitrat di perairan.
Gambar 32. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter NH
3
pasang surut
Lokasi pengamatan
mgl
BM 0,3
Gambar 31. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter NO
3
pasang surut
Lokasi pengamatan
mgl
BM 0,008
108
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar amonia perairan Teluk Youtefa pada saat pasang berkisar antara 0,03 mgl - 0,24 mgl dengan nilai rata-rata 0,08
mgl. Nilai tertnggi terdapat di lokasi 4 0,24 mgl, nilai terendah terdapat di lokasi 7 0,03 mgl. Kemudian pada saat surut nilai amoniak berkisar antara 0,05
– 0,26 mgl gambar 32. Nilai tertinggi terdapat di lokasi 4 0,26 mgl, nilai terendah terdapat di
lokasi 7 0,05 mgl. Nilai rata-rata antara pasang dan surut adalah 0,087 mgl lampiran 1. Amonia bebas yang tidak terionisasi bersifat toksik bagi organisme
akuatik. Menururt Effendi 2003, toksisitas amonia terhadap organisme akuatik dipengaruhi oleh pH, kadar oksigen terlarut, dan suhu. Pada pH rendah amonia
bersifat racun jika jumlahnya banyak, sedangkan pada kondisi pH tinggi amonia akan bersifat racun meskipun kadarnya rendah. Abel 1989 mengemukakan bahwa
amonia sangat beracun bagi organisme. Secara umum, kadar amonia di perairan Teluk Youtefa belum melampaui
nilai baku mutu yang mensyaratkan nilai amonia maksimum 0,3 mgl. Maka dapat disimpulkan bahwa perairan Teluk Youtefa mengindikasikan tidak terjadi
pencemaran air oleh amonia. 5.1.7. Kadar fospat
Senyawa fosfat merupakan anion yang tidak dikehendaki dalam suatu perairan karena bisa menjadi faktor pembatas eutrofikasi dan dapat mengakibatkan
efek negatif bagi proses kehidupan akuatik. Kandungan fosfat yang tinggi dalam perairan dapat menyebabkan eutrofikasi yakni meningkatnya pertumbuhan alga dan
menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air. Senyawa fosfor di perairan dapat bersumber dari buangan hewan, pelapukan tumbuhan, erosi tanah, limbah industri,
limbah domestik, dan limbah pertanian.
mgl
Lokasi pengamatan
Gambar 33 Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter PO
4
pasang surut
109
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfat P-PO
4
di perairan Teluk Youtefa pada saat pasang berkisar 0,001 mgl
– 0,3 mgl gambar 33, nilai tertinggi terdapat di lokasi 4 0,3 mgl, nilai terendah terdapat di lokasi 2 0,001 mgl,
dengan nilai rata-rata keseluruhan 0,21 mgl. Kemudian nilai fosfat pada saat surut berkisar antara 0,03 mgl
– 0,5 mgl. Nilai tertinggi terdapat di stasiun 4 0,5 mgl, nilai terendah terdapat di stasiun ,7,dan 8 masing-masing 0,03 mgl. Nilai rata-rata
antara pasang dan surut adalah 0,08 mgl lampiran 1. Berdasarkan KMA baku mutu air laut untuk biota laut yang mempersyaratkan kadar fosfat maksimum 0,015,
maka dapat disimpulkan bahwa dari 9 stasiun pengamatan perairan Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut tidak memenuhi baku mutu. Sumber P-PO
4
di perairan Teluk Youtefa diduga bersumber dari limbah domestik terutama detergen dan
kotoran manusia, dan limbah pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat Garcia, 2010 bahwa di teluk Lorenzo Spayol Utara terjadi proses eutrofikasi sehingga
menghasilkan ganggang akibat peningkatan fosfat. Fosfat dapat masuk ke perairan Teluk Youtefa melalui saluran sungai.
Gambar 36. Tumpukan sampah di Sungai Acai
Gambar 37. WC penduduk yang bermukim di atas perairan Teluk
Youtefa
Gambar 34. Muara Sungai Sibhorgoni Gambar 35. Muara Sungai Acai
110
Gambar 34 memperlihatkan kondisi air berwarna kemerah-merahan akibat banyaknya sedimen dari hulu. Kemudian gambar 35 memperlihatkan kondisi air
berwarna hitam akibat tingginya pasokan limbah domestik dari hulu. Mukhtasor. 2007 mengemukakan bahwa pencemaran dapat membahayakan ekosistem laut
karena ekosistem dan biota perairan sangat rentan terhadap bahan pencemar. 5.2. Status mutu air dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa
5.2.1. Metode indeks storet Pendekatan menggunakan metode indeks storet digunakan untuk
menganalisis status pencemaran yang sebenarnya telah terjadi di Teluk Youtefa. Nilai maksimum, minimum, dan rata-rata yang dipergunakan merupakan hasil
tabulasi dari nilai rata-rata setiap lokasistasiun pada saat pasang dan surut. Menentukan status kualitas air atau indeks mutu lingkungan perairan
Teluk Youtefa adalah menggunakan metode STORET. Indeks kualitas air –
STORET IKA-STORET adalah suatu nilai yang dapat menggambarkan tentang kondisi kualitas air dari data mentah tentang kualitas air yang kemudian
ditransformasikan menjadi suatu indeks. Metode indeks STORET dapat menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi umum kualitas air Teluk
Youtefa. Data parameter fisika dan kimia air berdasarkan hasil pengamatan dibandingkan dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut yang mencakup nilai
minimum, rata-rata, dan maksimum setiap parameter yang kemudian diberi skor penilaian dan disesuaikan dengan tingkat pencemarannya. Baik buruknya kualitas
perairan dapat diketahui dengan melihat parameter-parameter yang tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan yang ditetapkan. Hasil evaluasi kualitas air Teluk Youtefa
berdasarkan indeks Storet disajikan pada lampiran 2, sedangkan status mutu perairan Teluk Youtefa menururt sistem STORET disajikan pada tabel 16 dan
gambar 38. Tabel 16. Status mutu kualitas air menururt sistem nilai STORET Teluk Youtefa.
No LokasiStasiun
Skor Klasifikasi
1 Entrop
-26 Tercemar sedang
2 Pantai abe
-33 Tercemar berat
3 AbepantaiNafri
-17 Tercemar sedang
111
Berdasarkan representasi masing-masing parameter pada tabel 16 memperlihatkan kondisi status mutu perairan Teluk Youtefa menurut sistem nilai
storet tidak dapat ditolerir lagi oleh biota laut atau perairan ini dalam status tercemar. Kondisi tersebut bagi kegiatan perikanan dan budidaya yang sering dilakukan pada
perairan ini adalah sangat beresiko. Oleh karena itu, kondisi ini akan menjadi perhatian semua pihak pengguna teluk untuk lebih berhati-hati memanfaatkan
sumberdaya laut di dalamnya. Tingginya pemanfaatan ruang perairan teluk seperti saat ini, tentu mengindikasikan adanya pencemaran di Teluk Youtefa. Kondisi dan
kenyataan seperti ini, memacu semua pihak untuk berupaya melakukan penanganan secara serius pendekatan kelembagaan dan teknologi yang tepat untuk penanganan
masalah pencemaran harus dilakukan dengan komitmen yang jelas dan tegas.
Kondisi mutu air untuk pantai abe cendrung menururn dibanding mutu air di entrop dan abepantai gambar 38, dengan status mutu air bervariasi mulai dari
tercemar ringan hingga tercemar berat. Nilai indeks STORET di lokasi entrop adalah -26 lampiran 2, lokasi pantai abe adalah -33 lampiran 2-a, dan lokasi
abepantai adalah -17 lampiran 2-b. Parameter yang memberikan kontribusi rendahnya nilai indeks STORET di lokasi abepantai adalah fosfat, TSS, dan nitrat.
Kemudian di lokasi pantai abe yang memberikan kontribusi rendahnya nilai indeks STORET adalah fosfat, nitrat, TSS, DO, dan BOD. Sedangkan yang memberikan
Gambar 38. Skor indeks STORET perairan Teluk
Entro Pantai
Abepantai
112
kontribusi bagi rendahnya nilai indeks STORET di lokasi entrop adalah fosfat, nitrat, DO, dan TSS. Berdasarkan nilai indeks STORET, jika parameter yang digunakan
untuk mengevaluasi tingkat pencemaran kurang dari 10 parameter, maka sudah cukup untuk menyatakan bahwa perairan Teluk Youtefa dalam kondisi buruk jika
terdapat tiga parameter kimia yang nilai konsentrasi minimum, maksimum dan rata- ratanya telah melampauai baku mutu.
5.2.2. Indeks pencemaran Teluk Youtefa Pada penelitian ini tingkat pencemaran air Teluk Youtefa relatif terhadap
parameter kualitas air yang diijinkan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 didasarkan pada hasil analisis parameter
fisik dan kimia yakni total padatan tersuspensi, derajat keasaman, amoniak total, kandungan oksigen biokimia, kandungan oksigen terlarut, nitrat, dan fospat.
Hasil analisis kualias air kemudian dibandingkan dengan baku mutu air sesuai dengan peruntukannya menggunakan langkah-langkah penentuan indeks
pencemaran. Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan j jika nilai CiLij
R
dan atau C
i
L
ij M
lebih besar dari 1,0. Tingkat pencemaran suatu badan air
akan semakin besar jika nilai maksimum C
i
L
ij
dan atau nilai rata-rata C
i
L
ij
makin besar. Perhitungan indeks pencemaran air Teluk Youtefa dapat dilihat pada lampiran
3 dan rangkuman hasil perhitungan indeks pencemaran disajikan pada tabel 17. Tabel 17. Indeks pencemaran Teluk Youtefa pada sembilan titik pengamatan
No Stasiun
C
i
L
ij
IP Kategori
Rerata Maks
1 Entrop 1 2,91
6,25 4,87
Cemar ringan 2 Entrop 2
1,67 3,15
2,51 Cemar ringan
3 Entrop 3 2,24
6,09 4,58
Cemar ringan
4 Pantai Abe 1
3,84 7,27
5,81 Cemar sedang
5 Pantai abe 2 1,99
5,15 3,90
Cemar ringan 6 Pantai abe 3
2,11 6,33
48,8 Cemar ringan
7 Abepantai 1 1,92
6,63 4,88
Cemar ringan 8 Abepantai 2
1,73 5,76
4,25 Cemar ringan
9 Abepantai 3 3,05
6,21 4,89
Cemar ringan
113
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran pada tabel 17 di atas dan nilai indek pencemaran Sumitomo dan Nemerow, menunjukkan bahwa perairan
Teluk Youtefa telah mengalami pencemaran pada tingkat ringan hingga sedang oleh beberapa parameter fisika dan kimia. Kondisi ini berbeda dengan status mutu air
berdasarkan indeks STORET. Parairan Teluk Youtefa berdasarkan indeks STORET berada dalam tercemar sedang dan tercemar berat. Perbedaan ini menunjukkan
bahwa indeks pencemaran Sumitomo dan Nemerow memiliki toleransi yang cukup besar terhadap pencemaran. Tabel 17 juga menunjukkan bahwa untuk zona entrop 2
tingkat pencemaran paling rendah dengan nilai indeks pencemaran 2,51. Nilai indeks pencemaran tertinggi berada pada zona pantai abe 1 dengan nilai indeks pencemaran
5,81 tercemar sedang. Tingkat pencemaran air di perairan Teluk Youtefa kategori cemar ringan dan
cemar sedang. Tingkat pencemaran tertinggi berada pada stasiun 4 yaitu pantai abe. Hal tersebut terjadi diduga disebabkan pada stasiun 4 ada dua muara sungai
yang bermuara Sibhorgoni dan Acai ke perairan Teluk Youtefa jaraknya relatif berdekatan yaitu ± 50 meter, dan pada daerah aliran sungai tersebut banyak
menerima masukan limbah domestik, pertanian, dan dampak galian C. 5.3. Beban pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time perairan Teluk Youtefa
5.3.1 Beban pencemaran muara sungai di sekitar Teluk Youtefa Beban pencemaran menggambarkan suatu unsur pencemar yang
terkandung dalam air atau air limbah. Sumber pencemar di Teluk youtefa adalah air limbah domestik, dan air limbah pertanian. Bahan pencemar tersebut masuk ke
Teluk Youtefa melalui beberapa cara pengalirannya seperti saluran drainase kemudian ke sungai dan selanjutnya terbawa ke Teluk Youtefa.
Beban pencemaran dihitung untuk mengetahui dan mengidentifikasi sumber pencemar, jenis pencemar dan besarnya nilai beban pencemar yang masuk
ke perairan Teluk Youtefa. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung debit air sungai dengan konsentrasi parameter kualitas air yang diteliti. Beban pencemaran
114
yang diamati adalah beban pencemaran mulai tahun 2008 – 2011 pada masing
masing sungai Tabel 18 dan Lampiran 4-7.
Tabel 18. Beban pencemaran sungai tahun 2008 sampai tahun 2011 tonbulan
Parameter 2008
2009 2010 2011 TSS
442,61 959,71
1329,77 1626,17
BOD 61,41
104,84 121,27
144,40 COD
150,93 279,49
501,72 700,36
NH
3
3,03 5,32
6,45 8,53
NO
3
5,64 10,14
15,87 23,33
PO
4
3,89 8,29
9,12 16,56
5.3.2. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Youtefa Gambaran umum kondisi perairan sungai dan perairan Teluk Youtefa
dengan pendekatan beberapa parameter, baik parameter pendukung maupun parameter indikator, ternyata belum dapat memastikan bagaimana kondisi kualitas
lingkungan perairan Teluk Youtefa yang sebenarnya. Oleh karena itu analisis beban pencemaran dan analisis kapasitas asimilasi diharapkan dapat menjawab
permasalahan lingkungan yang telah terjadi selama ini, khususnya di perairan Teluk Youtefa. Analisis kapasitas asimilasi didasarkan pada analisis hubungan antara
kualitas air dengan beban limbahnya. Nilai kapasitas asimilasi diperoleh berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter bahan pencemar di
perairan pesisir Teluk Youtefa dengan beban pencemaran tersebut di muara sungai yang bermuara ke Teluk Youtefa. Kemudian nilai hasil perhitungan dari beban
limbah dan konsentrasi masing-masing parameter dibandingkan dengan nilai baku mutu untuk biota laut dan budidaya laut.
Tabel 19. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Youtefa Tahun 2011 No Parameter
Fungsi y R
2
Beban Kapasitas
Pencemaran Asimilasi tonbln
tonbln 1.
PO
4
y = 0,008 + 0,103x 0,92
16.16 12
2. BOD
y = 0,0481 + 0.668x 0,93 144.40
27 3.
NH
3
y = 0,009 + 0,013x 0,95 8.53
54 4.
COD y = 0,0938 + 53.069x 0,94
700.36 286
5. NO
3
y = 0,0011 + 0,0034x 0,99 23.33
9087 6.
TSS y = 0,0344 + 30,98x 0,92
1626.27 2354
115
Hasil analisis perhitungan regresi menggunakan minitab 14 dapat dilihat pada lampiran 8
5.3.2.1. Kandungan oksigen biokimia BOD. Penyebab utama tingginya konsentrasi BOD di dalam perairan adalah
bahan-bahan buangan seperti kotoran hewan, kotoran manusia, tanaman-tanaman yang mati, limbah domestik, dan pemotongan daging. Hasil analisis beban
pencemaran BOD atau kebutuhan oksigen biologi dari sungai bervariasi masing masing sungai. Beban pencemaran terbanyak bersumber dari sungai Acai dibanding
sungai Siborgoni, sungai PTC entrop dan sungai Hanyaan
Hasil perpotongan garis regresi gambar 39 dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan nilai kapasitas asimilasi sebesar 27 tonbulan. Hasil
analisis hubungan konsentrasi BOD di laut dengan beban pencemaran organik indikator BOD di sungai menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hubungan
tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 0,935 atau 93 variasi sampel konsentrasi BOD dijelaskan oleh beban BOD. Persamaan
regresinya adalah Y = 0,0481 + 0.668x dimana P- value = 0,033 α = 0,05, mean
square error MSE atau varian residual S
2
sebesar 0,2992 dan standart deviasi s = 0,546, yang berarti ada kesesuaian model regresi dengan data yang ada
signifikan. Variasi sampel konsentrasi BOD dijelaskan oleh beban BOD, artinya bahwa besarnya akumulasi beban BOD di laut merupakan kontribusi dari sungai-
sungai yang bermuara ke perairan Teluk Youtefa. Akan tetapi bila analisis Y = 0,0481x+0,668
R
2
= 0,935
Gambar 39. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk Youtefa dengan indikator BOD Tahun 2008 - 2011
Y = 0,0481X + 0,668
R
2
= 0,935
116
dilanjutkan dengan grafik pendugaan beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi ternyata dari indikator BOD, perairan Teluk Youtefa belum tercemar
karena nilai kapasitas asimilasinya belum terlampaui. 5.3.2.2. Total padatan tersuspensi TSS
Berbagai aktivitas manusia di darat dapat memberikan masukan partikel ke laut yang kemudian larut dalam kolom air dan akan terukur sebagai total
suspended solid. Hasil analisis beban pencemaran total suspended solid atau padatan tersuspensi total dari sungai bervariasi masing masing sungai. Beban pencemaran
terbanyak bersumber dari sungai Acai dibanding sungai Sibhorgoni, sungai PTC dan sungai Hanyaan.
Hasil analisis hubungan konsentrasi padatan tersuspensi total di laut dengan beban pencemaran organik indikator padatan tersuspensi total di sungai
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 0,924 atau atau 92,4 variasi sampel konsentrasi TSS dijelaskan oleh beban TSS. Persamaan regresinya adalah Y
= 0,0344 + 130,98x dimana P- value = 0,039 α = 0,05, mean square error
MSE atau varian residual S
2
sebesar 37,97 dan standart deviasi s = 6,16, yang berarti ada kesesuaian model regresi dengan data yang ada signifikan.
Gambar 40. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk Youtefa dengan indikator TSS tahun 2008 - 2011
Y = 0,0344X+130,98 R
2
= 0,924
117
Variasi sampel konsentrasi TSS dijelaskan oleh beban TSS, artinya bahwa beban pencemaran di perairan Teluk Youtefa merupakan implementasi dari
masukan beban pencemaran organik TSS dari sungai. Hal ini memperkuat simpulan dari Kartahadimadja dan Pariwono 1994 bahwa padatan tersuspensi
perairan Teluk Pelabuhan ratu diduga karena semakin banyaknya padatan tersuspensi yang dibawa oleh air sungai ke muara yang kemudian disebarkan oleh
gerakan aliran di muara dan arus arus laut ke perairan pantai serta daerah laut yang lebih jauh.
Berdasarkan perhitungan gambar 40 diperoleh perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
2.354 tonbulan. Selanjutnya analisis pendugaan kapasitas asimilasi ternyata berada di atas baku mutu, sehingga pendekatan parameter TSS untuk menduga
pencemaran organik dapat menjelaskan bahwa pengaruh masukan dari darat konsentrasi bahan-bahan pencemar di laut sudah terlihat menunjukkan hubungan
yang signifikan. Berdasarkan grafik pendugaan beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi ternyata dari indikator TSS, perairan Teluk Youtefa telah
tercemar karena nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. 5.3.2.3. Amonia NH
3
Amonia bersifat mudah larut dalam air, banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia, serta industri bubur kertas. Sumber
amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik protein dan urea dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga banyak mengeluarkan amonia. Amonia yang
terdapat dalam mineral masuk ke badan air melalui erosi tanah.
118
Hasil analisis hubungan konsentrasi amoniak di laut dengan beban pencemaran organik indikator amoniak di sungai menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 0,954 atau 95,4 variasi sampel konsentrasi amoniak dijelaskan oleh beban amoniak. Penentuan nilai kapasitas asimilasi digunakan persamaan regresi Y=
0,009 + 0,013x dimana P-value = 0,024 α = 0,05, mean square error MSE
atau varian residual S
2
sebesar 0,00003 dan standart deviasi s = 0,005, yang berarti ada kesesuaian model regresi dengan data yang ada signifikan. Nilai
koefisien determinasi model regresi R
2
= 95,4 artinya 95,4 variasi sampel konsentrasi NH
3
dijelaskan oleh beban NH
3
Grafik pendugaan nilai kapasitas asimilasi gambar 41 memperlihatkan bahwa kondisi perairan Teluk Youtefa belum tercemar dengan indikator amoniak
karena nilai kapasitas asimilasinya belum terlampaui 54. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perairan Teluk Youtefa belum tercemar bahan organik
amoniak karena nilai kapasitas asimilasinya belum terlampaui 5.3.2.4. Nitrat NO
3
Untuk mengetahui berapa besar beban pencemaran organik dengan indikator NO
3
yang masuk ke perairan Teluk Youtefa melalui perairan sungai yang bermuara ke teluk dilakukan analisis beban pencemaran. Hasil analisis beban
pencemaran nitrat dari sungai bervariasi masing masing sungai. Beban pencemaran terbanyak bersumber dari sungai Acai dibanding sungai Sibhorgoni, sungai PTC dan
sungai Hanyaan Gambar 41. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di
Teluk Youtefa dengan indikator NH
3
Tahun 2008 - 2011
Y = 0,009 x + 0,013 R
2
= 0,95
119
Hasil analisis hubungan konsentrasi nitrat di laut dengan beban pencemaran organik indikator nitrat di sungai menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.
Hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 0,99 atau 99 variasi sampel konsentrasi nitrat dijelaskan oleh beban nitrat.
persamaan regresi Y = 0,0011 + 0,0034x dimana P-value = 0,004 α = 0,05,
mean square error MSE atau varian residual S
2
sebesar 0,00000087 dan standart deviasi s = 0,00093, yang berarti ada kesesuaian model regresi dengan
data yang ada signifikan. Grafik pendugaan nilai kapasitas asimilasi gambar 42 memperlihatkan
bahwa kondisi perairan Teluk Youtefa telah tercemar dengan indikator Nitrat karena nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Kondisi ini memperlihatkan
bahwa perairan Teluk Youtefa telah tercemar bahan organik. Kondisi seperti ini kemungkinan bisa mengakibatkan terakumulasinya limbah domestik di perairan
Teluk Youtefa. Aktifitas penggunaan pupuk untuk kegiatan pertanian oleh penduduk
sekitar bantaran sungai juga berpotensi dalam menyumbangkan nitrat di perairan. Ketersediaan nitrogen yang diperlukan untuk mensintesa protein tumbuhan
diketahui berasal dari senyawa organik maupun dari anorganik termasuk nitrat. 5.3.2.5. Fosfat PO
4
Posfat merupakan anion yang tidak diinginkan dalam air, karena keberadaannya menjadi faktor pembatas eutrofikasi dan menimbulkan efek negatif
Gambar 42. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk Youtefa dengan indikator NO
3
tahun 2008 - 2011
Y = 0,0011 x + 0,0034
R
2
= 0,99
120
bagi kehidupan ekosistem akuatik. Effendi 2003 mengemukakan bahwa posfat merupakan fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan
Hasil analisis hubungan konsentrasi posfat di laut dengan beban pencemaran organik indikator posfat di sungai menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.
Hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 0,92 atau 92 variasi sampel konsentrasi posfat dijelaskan oleh beban posfat.
Persamaan regresinya adalah Y = 0,008 + 0,103x dimana P-value = 0,039 α =
0,05, mean square error MSE atau varian residual S
2
sebesar 0,00026 dan standart deviasi s = 0,016, yang berarti ada kesesuaian model regresi dengan
data yang ada signifikan. Nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 92,4 artinya 92,4 variasi sampel konsentrasi PO
4
dijelaskan oleh beban PO
4.
Dari gambar 43 terlihat bahwa kondisi perairan Teluk Youtefa telah tercemar dengan
parameter fosfat karena kapasitas asimilasinya telah terlampaui 12. 5.3.2.6. Kebutuhan oksigen kimiawi COD
Kebutuhan oksigen kimiawi COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik
yang dapat didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara biologis non biodegradable menjadi CO
2
dan H
2
O. Gambar 43. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di
Teluk Youtefa dengan indikator PO
4
tahun 2008 - 2011
Y = 0,008 x + 0,103
R
2
= 0,92
121
Hasil analisis hubungan konsentrasi COD di laut dengan beban pencemaran organik indikator COD di sungai menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.
Hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 0,93 atau 93 variasi sampel konsentrasi COD dijelaskan oleh beban COD.
Persamaan regresinya adalah Y = 0,093 + 53,06x dimana P- value = 0,032 α =
0,05, mean square error MSE atau varian residual S
2
sebesar 52,2 dan standart deviasi s = 7,22 yang berarti ada kesesuaian model regresi dengan data
yang ada signifikan. Nilai koefisien determinasi model regresi R
2
= 93 artinya 93 variasi sampel konsentrasi COD dijelaskan oleh beban COD.
Dari gambar 44 terlihat bahwa kondisi perairan Teluk Youtefa telah tercemar dengan parameter
COD karena kapasitas asimilasinya telah terlampaui 286. 5.3.3. flushing time Waktu dirus
Waktu dirus atau flushing time adalah waktu pembilasan dari massa air tawar oleh air laut, merupakan sala satu aspek dari proses pencampuran yang penting
untuk mengetahui penyebaran dari suatu bahan yang dibuang atau ditimbun diperairan pantai atau perairan laut, dengan asumsi laju air tawar yang didirus sama
dengan limpasan sungai. Maka untuk kasus tertentu, seperti perairan teluk atau perairan semi tertutup lainnya, perairan tersebut dapat dianggap sebagai baskom
yang sederhana, dimana pada bagian hulunya limpasan air tawar dari sungai yang masuk, sedangkan pada bagian hilirnya terjadi aliran dua lapis yaitu massa air dari
perairan teluk mengalir ke laut lepas dilapisan permukaan dan massa air laut mengalir masuk ke teluk dilapisan bawah permukaan Dahuri, 2008.
Gambar 44. Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi di Teluk Youtefa dengan indikator COD tahun 2008-2011
Y = 0,093+53,06 R
2
= 0,93
122
Laut memiliki luas dan volume air yang sangat besar, sehingga biasanya dijadikan sebagai tempat pembuangan bahan-bahan yang tidak berguna. Begitu juga
dengan daerah estuari selalu digunakan untuk tempat penampungan berbagai jenis limbah khsusnya limbah cair dari daerah hulu maupun sekitarnya. Oleh karena itu
selama perkembangan penduduk serta industri yang semakin bertambah, bisa menimbulkan masalah serius terhadap badan perairan. Oleh karena itu untuk
pengelolaan ekosistem estuari sangat diperlukan dengan pendekatan konsep flushing time, Tomezak, 2000 diacu dalam Selanno, 2009. Konsep flushing time digunakan
untuk mengevaluasi dimana, bagaimana dan berapa kuantitas substansi yang dapat terbuang ke laut lepas. Kemudian dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
menangani kecelakaan tumpahan minyak atau bahan racun. Berdasarkan hasil analisis, bahwa nilai flushing time total ke empat sungai
yang ada di Teluk Youtefa adalah 7,69 jam, sedangkan rata-ratanya adalah 1,92 jam tabel 20. Maka dengan demikian dalam waktu 7,69 jam massa air laut dapat
membilas massa air tawar dari sungai-sungai tersebut. Demikian halnya dengan nilai flushing time sungai PTC sangat kecil 0,58 jam dibanding dengan sungai lainnya.
Oleh karena itu dengan nilai waktu dirus yang kecil tersebut, maka penyebaran bahan-bahan buangan yang berasal dari setiap muara sungai ke laut akan relatif
cepat. Hal ini dapat dilihat pada penyebaran nilai tertinggi maupun terendah parameter yang diukur ternyata menyebar pada beberapa tempat yang berbeda-beda.
Tabel 20. Nilai flushing time menggunakan pendekatan Dahuri, et al 2008 Nama Sungai
t2 t2
t2 VS2-S1S2R
VS2-S1S2R VS2-S1S2R
detik jam
jam S. Acai
3074,62 0,85406
0,85 S. Sibhorgoni
18.469,62 5,13046
5,13 S. PTC
2.118,15 0,58837
0,58 S. Hanyaan
4.027,50 1,11875
1,11 Total FT 27.689,89
7,69163 7,69 Rerata
6.922,47 1,92 1,92
123
Keterangan: S2 = Rata-rata salinitas air laut tiap musim S1 = Rerata salinitas air sungai tiap musim
R atau Q = debit rerata tiap musim untuk tiap sungai V m
3
= Vol air DAS dari perkalian luas penampang m
2
x kedalaman segmen DAS m.
5.3.3.1. Pengaruh flushing time waktu dirus terhadap sedimentasi
Sedimen yang masuk ke dalam kolom air penyebarannya dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi perairan misalnya kecepatan arus. Apabila kecepatan
arus dalam teluk besar, maka akan membantu membawa atau memindahkan partikel sedimen menjauhi sumber. Partikel-partikel sedimen akan tersebar secara horizontal
dan vertikal pada kolom air, tergantung pada kecepatan arus yang mengatur proses pencampuran massa air. Kemudian sebaliknya jika kecepatan arusnya rendah, maka
partikel sedimen tersebut cendrung mengendap pada muara-muara sungai atau pada pantai.
Pendekatan lain untuk melihat seberapa cepat kemungkinan partikel- partikel sedimen yang masuk ke laut itu menyebar, dapat dijelaskan menggunakan
perhitungan waktu dirus flushing time. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa makin kecil nilai waktu dirus maka semakin cepat bahan partikel halus akan
terbawa ketempat lain. Faktor lain yang cukup berpengaruh juga adalah karakteristik sungai. Secara umum sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Youtefa merupakan
sungai-sungai kecil, sehingga volume air yang masuk ke laut dengan cepat dapat terbilas, khususnya untuk bahan sedimen melayang akan mudah ketempat lain, tetapi
bahan sedimen besar secara gravitasi akan tenggelam dan mengendap pada dasar badan air.
5.3.3.2. Pengaruh flushing time waktu dirus terhadap kapasitas asimilasi Nilai flushing time dapat digunakan sebagai petunjuk bagaimana bahan
yang masuk dari sungai dapat dengan cepat terbilas dan terbawa menjauh dari sumbernya. Dalam hubungannya dengan kemampuan suatu ekosistem untuk
menerima limbah, maka nilai waktu dirus ini juga sangat mempengaruhi. Makin kecil nilai waktu dirus, maka makin cepat juga bahan atau bahan pencemar tercanpur
di perairan. Maka dengan demikian kapasitas asimilasi suatu perairan juga makin besar.
124
Kemudian kemungkinan terakumulasi bahan pencemar dalam kolom air juga akan terus bertambah karena peningkatan kegiatan di perairan Teluk Youtefa.
Oleh karena itu, semakin besar kemampuan teluk untuk mengasimilasi bahan-bahan pencemar yang masuk bukan berarti memberikan kesempatan untuk membuang
bahan pencemar ke dalam teluk, tetapi informasi ini menjadi masukan bagi pengembangan wilayah perairan Teluk Youtefa dengan kegiatan pengelolaan limbah
sehingga memenuhi baku mutu suatu peruntukan, sehingga beban masukan dapat dikendalikan dan tidak melebihi kapasitas asimilasinya.
Kondisi pasang surut gambar 45 memperlihatkan bahwa pada waktu pengambilan sampel pagi hari antara jam 6.00-7.00 menunjukkan pasang tertinggi
amplitudo antara 120 -130 cm, dan surut terendah terjadi antara jam 12.00-14.00 5.4. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa
Hasil analisis menggunakan metode Storet dan metode Indeks Pencemaran, bahwa status perairan Teluk Youtefa telah tercemar ringan sampai berat. Hal ini
menandakan bahwa kapasitas asimilasi ekosistem Teluk Youtefa telah terlampaui oleh sebagian beban pencemaran pollution lood yang masuk ke dalam teluk.
Strategi pengurangan terhadap bertambahnya beban pencemaran menjadi alternatif pilihan yang harus dilakukan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu jam Gambar 45. Kondisi pasang surut dan waktu pengembilan sampel
: Waktu pengambilan sampel. : Pasang dan surut
Tinggi cm
125
5.4.1. Pendekatan kelembagaan Kelembagaan adalah wadah kerjasama antar stakeholder untuk
pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa. Kelembagaan pengendalian pencemaran perairan bertujuan untuk mempersiapkan bentuk kelembagaan yang
lebih tepat dalam kaitannya dengan implementasi otonomi daerah, meningkatkan koordinasi antar sektordinas Kota Jayapura dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pengendalian pencemaran tidak bersifat parsial dan sektoral. Pengurangan beban pencemaran memiliki peran yang cukup penting secara
kelembagaan. Pendekatan ini lebih pada koordinasi lintas instansi terkait dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengawasan lingkungan. Tugas
pengelolaan lingkungan perairan dari setiap instansi terkait meliputi penyusunan dan perencanaan kebijakan, kesamaan visi dan kordinasi lintas sektoral, pembangunan
prasarana pengolahan limbah, pemantauan dan evaluasi, pengaturan perizinan, dan pengaturan denda.
Pengawasan terhadap lingkungan hidup di wilayah Kota dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh pejabat pengawas lingkungan hidup untuk
mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundangan dibidang lingkungan hidup
5.4.2. Pendekatan hukum Mengatasi permasalahan degradasi lingkungan hidup akibat pencemaran
dapat dilakukan melalui pendekatan hukum. Status perairan Teluk Youtefa yang tercemar ringan sampai berat membutuhkan instrumen-instrumen untuk mengurangi
beban pencemaran. Instrumen yang bisa digunakan dalam pendekatanm hukum yaitu 1 Menggunakan baku mutu air laut, sehingga mutu air limbah yang dibuang
ke badan perairan tidak melebihi baku mutu peruntukannya; 2 Penerapan penggunaan baku butu air limbah buangan untuk menilai kualitas parameter fisik,
parameter kimia, dan parameter biologi air sebelum dibuang ke badan perairan sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
5.4.3. Komitmen dan dukungan pemerintah daerah dalam penegakan hukum. Komitmen pemerintah daerah untuk penegakan hukum merupakan salah
satu aspek utama dalam peningkatan pentaatan selain pemanfaatan instrumen-
126
instrumen lainnya. Hal ini dapat dilakukan melalui sistem pengawasan pembuangan limbah cairpadat yang lebih ketat dan penegakan hukum. Pemerintah daerah perlu
melakukan pengawasan pembuangan air limbah ke badan perairan, dan melakukan pemantauan secara berkala.
5.4.4. Pendekatan sosial budaya Pendekatan sosial budaya penting diperhatikan untuk mengurangi beban
pencemaran yang masuk kedalam perairna Teluk Youtefa. Metode pendekatan ini dilakukan berdasarkan pada pemikiran bahwa hubungan manusia dan lingkungan
salah satu kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Persepsi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup sangat membantu memulihkan
kondisi lingkungan hidup dari degradasi dan penanggulangan pencemaran. Pendekatan sosial budaya untuk mengurangi beban pencemaran dapat
dilakukan dengan menyadarkan masyarakat tentang bahaya pencemaran bagi manusia, organisme, serta kerugian ekonomi yang bisa terjadi, dan penurunan nilai
estetika, melakukan gerakan bersih pantai secara berkelanjutan. 5.4.5. Pendekatan ekonomi
Mengurangi beban pencemaran dapat dilakukan dengan metode pendekatan ekonomi yaitu 1 insentif positif berupa subsidi, keringanan pajak, kemudahan untuk
mengakses bank sehingga bisa memacu aktifitas ekonomi berwawasan lingkungan. Insentif dapat diberikan untuk mencegah aktivitas yang merusak lingkungan hidup,
2 Disinsentif yaitu kebijakan yang menghasilkan pendapatan atau pajak dan pungutan untuk mencegah aktivitas yang tidak berwawasan lingkungan. Kemudian
penetapan pajak dan pungutan sebagai harga atas terjadinya pencemaran lingkungan sebagai cerminan pelayanan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan hidup.
5.4.6. Pendekatan penataan ruang wilayah Teluk Youtefa secara terpadu Metode pengendalian bahan pencemarmengurangi beban pencemaran di
perairan Teluk Youtefa dapat dilakukan melalui pendekatan penataan ruang terpadu serta arah pengembangan wilayah yang sesuai termasuk langkah-langkah
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan hidup. Brackhahu 2001 mengemukakan bahwa rencana tata ruang merupakan alat yang dapat digunakan
127
untuk koordinasi antar pemerintah lokal, provinsi, serta sektor, dan para pemangku kepentingan.
Dalam rangka pengembangan Kota Jayapura khsusnya perairan Teluk Youtefa, dan untuk menghindari tumpang tindih pemanfaatan ruang teluk, maka
pemerintah daerah menyusun rencana tata ruang wilayah yang lebih menekankan pada sektor perikanan dan pariwisata sehingga arahannya lebih mengarah pada
perlindungan ekosistem perairan. 5.4.7. Pembuatan zonasi Teluk Youtefa
Pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa dapat dilakukan dengan pendekatan penetapan kawasan yaitu: 1 memberikan perlindungan bagi kawasan
bagian bawah, 2 kawasan pelindung sempadan pantai yang proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, minimal 100 meter dari pasang tertinggi ke arah darat,
kemudian kawasan sumber air atau daerah aliran sungai, kawasan bencana alam, dan kawasan lindung.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2002 menyebutkan 3 kriteria khusus penetapan kawasan lindung yaitu:
1. Aspek sosial terdiri dari unsur; a tingkat dukungan masyarakat terhadap kawasan lindung yang direncanakan; b kesehatan masyarakat, sejauh mana kawasan
lindung mengatasi dampak pencemaran; c rekreasi; d estetika; e konflik kepentingan; f keamanan; g aksesibilitas; h kesadaran publik
2. Aspek ekologis terdiri dari: a keragaman hayati; b kealamian; c ketergantungan spesies terhadap lokasi; d keterwakilan; e keunikan; f integritas; g
produktivitas; h kerentanan. 3. Aspek ekonomi terdiri dari: a spesies penting; b kepentingan perikanan; c
manfaat ekonomi dan pariwisata; d ancaman. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kualitas perairan Teluk Youtefa dapat
menurun bukan hanya berdampak pada penurunan kualitas air saja, tetapi dapat berdampak pada ekosistem teluk secara umum.
Kriteria lain yang bisa digunakan adalah penetapan kawasan budidaya perikanan misalnya KJA untuk budidaya jenis biota tertentu dengan beberapa
pertimbangan seperti arus pantai, faktor keamanan, pasang surut, salinitas, suhu,
128
kandungan oksigen terlarut, kandungan logam berat, substrat, kecerahan, dan batimetri, mudah akses ke pasaran mudah dijangkau dengan transportasi.
5.4.8. Pengendalian limbah rumah tangga Pengendalian pencemaran tidak tuntas apabila hanya menerapkan satu
metode saja, tetapi harus menggunakan berbagai metode. Pengendalian pencemaran yang bersumber dari aktivitas rumah tangga dapat dilakukan dengan berbagai
metode yang dikenal dengan sistem pengelolaan sampah terpadu. Sistem ini mengkombinasikan pendekatan pengurangan sampah reduce, daur ulang recycle
dan penggunaan kembali reuse, pembakaran inceneration, pengkomposan, dan pembuangan akhir landfilling
Pengelolaan ssampah terpadu dapat dilakukan pada sumbernya yaitu pemilahan sorting dengan cara memilah sampah organik, anorganik, dan sampah
B3. Sampah dapat dimanfaatkan kembali, didaur ulang, sampah organik dapat memilki nilai ekonomis dijadikan kompos maupun pakan ternak. Sedangkan sampah
berbahaya harus ditangani secara khusus. Selain pengendalian sampah, limbah cair merupakan limbah pemicu
pencemaran. Limbah ini dapat ditangani melalui instalasi pengolah limbah untuk permukiman, restoran, dan hotel.
5.4.9. Pengendalian limbah industri Supaya air buangan dari industri memenuhi baku mutu, dapat menggunakan
teknologi bersih clean technology diantaranya: 1 melakukan penghematan terhadap bahan baku, 2 minimalisasi limbah, 3 pencegahan melalui kelayakan
lingkungan, 4 daur ulang recycle, 4 Penggunaan reuse, 5 Recovery, pemungutan bahan-bahan buangan yang masih mempunyai nilai ekonomnis lalu
diproses kembali untuk tujuan tertentu, 6 Instalasi pengolahan air limbah. 5.4.10. Pengendalian limbah pertanian
Limbah pertanian yang tidak terkendali dapat menurunkan kualitas lingkungan akibat tingginya konsentrasi nitrat dan fosfat. Supaya tidak terjadi
peningkatan bahan pencemar dari limbah pertanian maka dapat dilakukan strategi pengurangan pemanfaatan pupuk N dan P. Kemudian menjadikan limbah ternak
129
menjadi pupuk sebagai pengganti pupuk kimia, serta mendaur ulang sisa atau limbah hayati