Analisis kebijakan Pengembangan model kelembagaan

65

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Teluk Youtefa yang menerima beban limbah domestik, pertanian, dan peternakan melalui 4 sungai yang bermuara ke Teluk Youtefa. Pemilihan Teluk Youtefa sebagai obyek penelitian didasarkan atas: 1 permasalahan pencemaran air di Teluk Youtefa telah menjadi isu daerah Kota Jayapura; 2 Teluk Youtefa telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi dan daerah obyek wisata; 3 aktivitas di hulu dan di Teluk Youtefa terus meningkat disertai peningkatan beban pencemaran akibat limbah antropogenik yang dihasilkan; 4 tanpa tindakan pengelolaan Teluk Youtefa beresiko terhadap penurunan daya dukungnya. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2011, lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 12. Sumber: BPDAS Mambramo-Papua, 2009 Kondisi umum fisik perairan Teluk Youtefa Kondisi batimetri Teluk Youtefa Gambar 13 seperti yang ditunjukkan oleh garis isobath garis khayal yang menghubungkan kedalaman perairan yang sama umumnya mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 6 meter. Mulut teluk memiliki kedalaman berkisar antara 2 – 3 meter, di sekitar dermaga Youtefa Gambar 12 Peta Teluk Youtefa 66 kedalamannya berkisar 3 meter, di Abe Pantai dan Nafri kedalamannya berkisar 4 – 6 meter, di Enggros dan Tobati kedalamannya berkisar 1 – 2 meter, sedangkan di sekitar Entrop kedalamannya berkisar 0.5 – 1 meter. Penampang melintang arah barat – timur dari batimetri Gambar 14 menunjukkan bahwa di bagian Barat Teluk Youtefa kemiringan lereng pantainya sangat curam, sedangkan makin ke timur tingkat kecuraman lereng pantainya semakin berkurang hingga menuju landai sangat curam sedangkan semakin ke timur, tingkat kecuraman lereng Gambar 13. Kontur batimetri Teluk Youtefa 75 63 50 38 25 13 L ebar x 100 m 0 10 20 30 40 50 Panjang 1x100 m 0 5 10 15 20 15 30 15 Kedalaman Panjang 1 x 100 m Enggros Abepantai Nafri Tobati Entrop Vim 67 Keberadaan gosong pasit ini diduga merupakan kontribusi sedimen pantai Holtekam akibat arus menyusur pantai longshote current serta kondisi magnitudo arus pasang surut yang lemah sehingga kemampuan untuk membawa sedimen tersebut meninggalkan teluk relatif lemah. 3.2. Diagram alir rancangan penelitian Data parameter fisika – kimia merupakan input untuk menghitung beban pencemaran, indeks pencemaran dan kapasitas asimilasi. Kapasitas asimilasi, termasuk dalam teknik hard system methodology HSM. Hasil wawancara dengan pakar diinput pada tool ISM untuk mendapatkan elemen kunci kelembagaan pengelola Teluk Youtefa dan hal ini termasuk dalam teknik SSM soft system methodology. Penampang melintang batimetri Teluk Youtefa Barat-Timur 5 10 1 5 Kedalaman m 0 10 20 30 40 50 Panjang x100 m -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 Kedalaman 75 63 50 38 25 13 Lebar x 100 m Gambar 14 Penampang melintang batimetri Sumber: Selvi T, Syafrudin RZ, UNIPA, 2006 68

3.3. Alat dan bahan

Pengambilan contoh air menggunakan perahu motor tempel. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia, dengan alat dan bahan sbb : Tabel 5. Parameter fisika – kimia air No Parameter Satuan Alat Metode Fisika 1 Suhu C Termometer Hg In situ 2 TSS mgL Penyaring Laboratorium Kimia 3 pH -- pH meter Potensiometrik, In situ 4 DO mgL DO meter Titrasi winker, lab In situ 5 BOD 5 mgL Peralatan titrasi Titrasi, laboratorium 6 COD mgL Peralatan titrasi Titrasi, laboratorium 7 Nitrat NO 3 mgL Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium 8 NH 3 mgL Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium 9 PO 4 mgL Spektrofotometer Spektrofotometri, laboratorium 10 Salinitas gkg atau Promil 0 00 Salinometer In situ Gambar 15. Diagram alir rancangan penelitian DATA FISIK-KIMIA 1. KONDISI EKSISTING 2. STATUS PENCEMARAN 3. TINGKAT PENCEMARAN 4. BEBAN PENCEMARAN 5. KAPASITAS ASIMILASI 6. DEBIT SUNGAI 7. SUMBER PENCEMAR SISTIM FISIK-KIMIA ANALISIS WAWANCARA PAKAR ELEMEN KUNCI SUB ELEMEN SISTEM SOSBUD INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING INSTITUSI PENGELOLA MODEL DINAMIK: VALIDASI, VERIFIKASI MODEL, SKENARIO, INTERVENSI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL ANALISIS KEBIJAKAN ALTERNATIF REKOMENDASI 69

3.4. Tehnik sampling kualitas air

3.4.1. Penentuan stasiun pengamatan Penelitian diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan dapat mewakili aktivitas di daratan, dan aktivitas di perairan. Pengambilan sampel dilakukan pada kondisi pasang dan surut masing- masing sebanyak 9 sampel. Lokasi sampling ditentukan secara sengaja purposive sampling. Wilayah pengamatan ada tiga wilayah stasiun 1,2,3 di wilayah entrop; stasiun 4,5,6 wilayah pantai abe, dan stasiun; 7,8,9 di abe pantainafri. Tehnik sampel campuran composite sample. Penentuan tempat stasiun sampling ini didasarkan pada pertimbangan bahwa stasiun tersebut 9 stasiun merupakan kawasan yang dipengaruhi aktifitas dari hulu maupun aktifitas di Teluk Youtefa. Stasiun 1,2, dan 4 merupakan stasiun yang relatif dekat dengan ke 4 sungai yang mengalir ke perairan Teluk Youtefa. 3.4.2 Pengambilan sampel air Sampel air diambil secara komposit dengan menggunakan botol sampel, dan botol yang digunakan disesuaikan dengan sampel yang akan dianalisis khusus BOD menggunakan botol BOD. Selanjutnya sampel air dimasukkan ke dalam cool box untuk dibawa ke laboratorium guna keperluan analisis. Waktu pengambilan sampel air bersamaan dengan waktu pengambilan beberapa parameter langsung dilapangan yaitu: suhu, pH, dan DO, secara in situ dengan menggunakan alat DO meter untuk mengukur suhu dan DO, sedangkan mengukur derajat keasaman digunakan pH meter. Kemudian sampel air dianalisis di laboratorium kesehatan daerah Jayapura. Tabel 6. Lokasi pengukuran parameter kualitas air laut perairan Teluk Youtefa No Kawasan Pengamatan Stasiun Pengamatan Ket 1 Entrop 1,2,3 st 1,2,3 1 02 34‟34,7” LS 140 42‟04,8” BT 2 02 35‟15,6 LS 140 42‟10,4” BT 3 02 35‟31,3 LS 140 42‟27.1” BT Sampling pada saat air Pasang dan surut 2 Pantai Abe 1,2,3 st 4,5,6 4 02 36‟47,7 LS 140 41‟13,1” BT 5 02 36‟45,3 LS 140 41‟38,5” BT 6 02 36‟36,5 LS 140 42‟42,3” BT 3 Abepantai Nafri 1,2,3 st 7,8,9 7 02 36‟49,4 LS 140 43‟01,7” BT 8 02 37‟03,0 LS 140 42‟49,6” BT 9 02 37‟23,7 LS 140 42‟08,7” BT 70

3.5. Rancangan Penelitian

3.5.1. Analisis kualitas air, status pencemaran air Teluk Youtefa dengan metode STORET dan tingkat pencemaran. 3.5.1.1. Analisis kualitas air Parameter kualitas air dianalisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas air mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. 3.5.1.2. Analisis status kualitas air Secara prinsip bahwa metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya untuk menentukan status mutu air secara keseluruhan dari suatu perairan Kepmen LH No. 115 tahun 2003 1. Tujuan penelitian: mengetahui status pencemaran teluk Youtefa 2. Metode pengumpulan data: In situ dan laboratorium 3. Variabel yang diamati: parameter maksimum, minimum dan rata-rata 4. Metode analisis data: Untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA Environmental Protection Agency dengan klasifikasi 4 kelas. Metode analisis menggunakan sistem pembobotan terhadap data kualitas air dengan klasifikasi sebagai berikut: 1. Kelas A: Kualitas air disebut sangat baik exellent water quality atau tidak tercemar bila seluruh parameter memenuhi baku mutu, mempunyai total skor = 0 2. Kelas B: Kualitas air disebut baik good water quality atau tercemar ringan, mempunyai total skor antara -1 sampai -10 3. Kelas C: Kualitas air disebut cukup fair water quality atau tercemar sedang, mempunyai total skor antara -11 sampai -30 4. Kelas D: Kualitas air disebut buruk poor water quality atau tercemar berat, mempunyai total skor ≤ -31