Kondisi umum perairan sungai

89 akarnya ada yang muncul dari tanah ke atas berbentuk pinsil atau kerucut dan berfungsi sebagai akar pernafasan pneumatophores disebut akar pasak. Ada pula akar yang muncul ke atas tanah kemudian menekuk dan menancap lagi ke bawah, disebut akar lutut. Ada lagi yang berbentuk papan pipih disebut akar papan dan yang bertipe akar tongkat tumbuh melengkung dari batang bagian bawah masuk ke tanah sebagai penyangga pohon maupun menggantung di udara sebagai akar pernafasan. Bentuk daun bermacam-macam, ada yang oval, bulat lonjong, elips runcing, ujung daun bulat atau melengkung. Ketebalan daun juga bervariasi, ada yang tebal kaku berlapis semacam lilin, adapula yang tipis, permukaan daun ada yang mengeluarkan kristal garam atau ada yang berbintik-bintik. Buahnya berbiji dikotil dan vivipar untuk semua jenis bakau sejati. Bentuk dan ukuran bakal pohon propagules ada yang kecil panjang, berbentuk cerutu dengan ujung melengkung runcing dan ada yang bulat pendek. Bentuk bunga mangrove bervariasi dari yang berukuran kecil, bulat- bulat kecil sampai berbentuk kumpulan benang-benang berwarna putih. Warnanya bermacam-macam, ada yang putih, kekuningan atau ada yang merah jambu dan merah. 2. Lamun Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang beradaptasi di lingkungan bahari di zona intertidal antara air pasang dan air surut yaitu zone peralihan antara lautan dan daratan. Lamun, dalam bahasa daerah Tobati vasrak atau vas dan bahasa Nafri sasaro, hidupnya di perairan dangkal yang agak berpasir dan atau di daerah terumbu karang membentuk padang lamun yang cukup luas. Ekosistem ini merupakan ekosistem bahari yang produktif dan dapat mendukung kehidupan keanekaragam tumbuhan dan hewan yang menurut daerah setempat digunakan sebagai tempat untuk menempel, bernaung dan menyediakan makanan bagi ikan –ikan di sekitarnya. Luasan lamun Teluk Youtefa berdasarkan hasil analisis citra landsat ETM tahun 2004 dan hasil verifikasi di lapangan adalah sekitar 59,7 Ha. Padang lamun di teluk Youtefa sangat kurang berasosiasi dengan terumbu karang karena banyak 90 terumbu karang yang sudah rusak. Padang lamun di daerah hulu kampung Tobati didominasi oleh Enhalus acoroides dengan luas tutupan 60 . Padang lamun di daerah substrat pasir berlumpur dekat kampung enggros didominasi oleh Cymodocea rotundata, sedangkan di daerah substrat pasir terdapat jenis Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Halophila minor dan Enhalus acoroides. Sebelah timur kampung nafri didominasi oleh enhalus acoroides dengan luas tutupan 5 – 20. Berdasarkan luas tutupan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 2004 di atas maka padang lamun di Teluk Youtefa dikategorikan rendah sampai sedang atau dalam kondisi kurang sehat. Kondisi ekosistem padang lamun sudah banyak mengalami gangguan sehingga tidak utuh lagi, di daerah sebelah timur kampung nafri pun sudah mengalami kerusakan fisik, di kampung tobati dan enggros rusak karena dilalui perahu-perahu untuk transportasi dan nelayan pada kondisi air surut. Padang lamun di beberapa tempat di sekitar dermaga pasar abepura sudah habis, ini diduga akibat adanya kegiatan pembuangan limbah domestik terutama dari pemukiman dan dari pasar youtefa yang dibuang ke saluran pembuangan yang bermuara ke Teluk Youtefa, serta banyaknya pasokan sedimen dari hulu akibat pembukaan lahan pemukiman dan adanya lahan marginal. 4.6.2. Terestrial Tabel 12. Produksi tanaman sayur di Kota Jayapura tahun 2008 dan 2009 ton No Jenis sayuran Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah 1 Bayam 272 11,10 392 10,24 664 2 Kangkung 472 19,25 528 13,80 1.000 3 Buncis 96 3,91 147 3,85 243 4 Kacang panjang 304 12,40 444 11,60 748 5 Tomat 150 6,12 264 6,90 414 6 Ketimun 252 10,28 300 7,85 552 7 Labu siam --- --- --- --- --- 8 Lobak --- --- --- --- --- 9 Cabe 213 8,70 246 6,43 459 10 Bawang merah 92 3,76 96 2,50 188 11 Bawang daun 28 1,14 28 0,74 56 12 Sawi 448 18,28 616 16,11 1064 12 Wortel --- --- --- --- --- 13 Lainnya 124 5,06 764 19,98 888 Jumlah 2451 100 3825 100 6276 Sumber: Kota Jayapura dalam angka, 2010 91 Data di atas tabel 12 menunjukkan bahwa produksi tanaman sayur tertinggi adalah jenis sayuran kangkung 19,25 . kemudian jenis sayuran sawi 18,28 . Sedangka produksi terendah adalah jenis sayuran bawang daun 1,14 . Tabel 13. Produksi tanaman buah di Kota Jayapura tahun 2008 dan 2009 ton No Jenis buah-buahan Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah 1 Alpokat 396 10,70 396 10,37 792 2 Mangga 548 14,81 548 14,34 1.096 3 Rambutan 104 2,81 104 2,72 208 4 Langsat 96 2,60 96 2,51 192 5 Jeruk 220 5,94 220 5,76 440 6 Durian --- --- --- --- --- 7 Jambu 108 2,92 108 2,83 216 8 Sawo --- --- --- --- --- 9 Pepaya 596 16,10 608 15,91 1.204 10 Pisang 688 18,61 733,5 19,19 1.421,5 11 Salak 152 4,10 152 3,98 304 12 Nenas 136 3,68 160 4,19 296 12 Nangka 108 2,92 108 2,82 216 13 Semangka 548 14,81 588 15,38 1.136 Jumlah 3.700 100 3.821,5 100 7521,5 Sumber: Kota Jayapura dalam angka, 2010 Data di atas tabel 13 menunjukkan bahwa produksi tanaman buah tertinggi adalah jenis buah pisang 18,61 atau 688 ton, kemudian jenis buah pepaya 16,10 atau 596 ton. Sedangka produksi terendah adalah jenis buah langsat 2,60 atau 96 ton pada tahun 2008. Produksi tanaman buah pada tahun 2009 tidak berbeda secara signifikan dibanding pada tahun 2008. Gambar 24 menunjukkan bahwa produksi buah pisang memiliki produksi tertinggi dibanding produksi buah lainnya, diikuti dengan produksi buah pepaya, Gambar 24. Diagram buah di Kota Jayapura tahun 2010 92 mangga, dan semangka. Hal tersebut dapat terlihat di lapangan seperti di beberapa pasar, dan swalayan. Buah-buahan tersebut mendominasi di pasaran. Produksi buah terendah adalah langsat, nangka, dan jambu. Sedangkan produksi durian dan sawo tidak ada. Hal tersebut di duga bahwa tanaman tersebut tidak merupakan produksi unggulan di Kota Jayapura atau tanaman tersebut tidak ada. Tanaman durian dan sawo hanya terdapat di Kabupaten Jayapura. 4.7. Kondisi sosial ekonomi 4.7.1. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Jayapura pada tahun 2010 mencapai 242.267 orang terdiri atas 128.576 jiwa penduduk laki-laki 53,07 dan 113.691 jiwa penduduk perempuan 46,93 dengan tingkat kepadatan 2,57 jiwaha dan pertumbuhan rata- rata 4,10 pertahun. Perkembangan pembangunan Kota Jayapura yang cukup pesat menimbulkan daya tarik dari daerah sekitar maupun dari luar Papua, sehingga mengakibatkan jumlah penduduk Kota Jayapura menjadi semakin bertambah. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tiap kecamatan di Kota Jayapura pada tahun 2009 diperlihatkan pada tabel 14 Tabel 14 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan No Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Abepura 34.574 29.866 64.440 2 Jayapura Selatan 34.592 29.844 64.436 3 Heram 18.682 16.906 35.588 4 Jayapura Utara 33.909 32.656 66.565 5 Muara Tami 6.819 4.419 11.238 Jumlah 128.576 113.691 242.267 Sumber: Kota Jayapura dalam angka 2010 Berdasarkan komposisi penduduk tiap distrik pada tahun 2009 bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Jayapura Utara, Abepura, dan Jayapura Selatan. Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di distrik Muara Tami. 4.7.2. Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kota. Komposisi Kota Jayapura berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2010 terbanyak adalah pada tingkat SD sebanyak 31.873 jiwa 37,91 , kemudian tingkat pendidikan universitas sebanyak 18.699 jiwa 22,24 . Sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah pada tingkat kejuruan 4.047 93 4,81 . Komposisi jumlah dan porsentase penduduk Kota Jayapura tahun 2010 berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat diperlihatkan pada gambar 25. 4.7.3. Sebaran marga-marga suku asli Teluk Youtefa a. Kampung tobati yaitu: Hamadi, Ireuw, Injama, Dawir, Assor, Mano, Haazi, Afaar, Habakuk, Itar, Sremsrem; b. Kampung enggros yaitu: Sanyi, Drunyi, Merauje, Semra, Hanasbei, Iwo, Haai, Samai, Hamadi, Habakuk, Itar; c. Kampung Nafri yaitu: Hamueki, Marahabia, Aulinero, Acali, Kay, Tamian, Awi, Fingkrew 4.7.4. Karakteristik budaya Teluk Youtefa memiliki 3 tiga suku asli yang hidup dalam suatu perkampungandesa yaitu tobati, enggros dan nafri. Suku tobati termasuk dalam suku bangsa malanesia, mereka termasuk dalam kelompok suku yang terdapat di Teluk Humbolt. Kelompok suku ini terdiri dari kelompok orang kayu pulau, nafri, skow dan tobati. Suku tobati memiliki dua kelompok masyarakat yaitu tobati Tobatji yang artinya sudah jadi orang di sini atau kampung saya di sini dan enggros Injros terdiri dari dua kata yaitu inj tempat dan ros dua maka artinya tempat tinggal kampung kedua, karena perkembangan dan jumlah penduduk pada akhirnya kedua kelompok masyarakat yang dulunya bersatu kini terpisah. Orang tobati mengisahkan bahwa dahulu hanya ada satu kampung besar tobati, namun karena perkembangan jumlah penduduk sehingga dua klen yaitu Drunyi dan Sanyi pindah ke tempat permukiman kedua Injros. Dalam sistem kekerabatan dikenal istilah Matarumah untuk menyebutkan beberapa keret yang Gambar 25 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan 94 merupakan satu sub-klen, disebut matarumah karena pada mulanya mereka bersama-sama menghuni satu rumah besar yang dibagi menjadi beberapa kekerabatan. Bilik-bilik keluarga itulah yang kemudian terpecah dan disebut matarumah yang kemudian berkembang meliputi beberapa keret. 4.7.5. Kondisi budaya Tahun 1858 orang Belanda pada awalnya datang dengan menggunakan kapal laut ETNA yang dipimpin oleh H.D.A. Van Der Goes, kemudian mendirikan pos pertama Belanda di Teluk Youtefa tepatnya di pulau debi yang kemudian pernah juga diduduki oleh orang Jepang sekitar tahun 1942. Penyebaran agama kristen pertama kali di Kota Jayapura dimulai dari pulau debi oleh seorang penginjil dari Maluku yang bernama pendeta laurents tanamal pada tahun 1923. Suku tobati hanya mengenal dan menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia yang digunakan pada acara pertemuan-pertemuan resmi dan untuk berkomunikasi dengan kelompok luar yang bukan suku mereka. Mereka menggunakan bahasa pidgin english untuk berkomunikasi dengan saudara-saudara mereka yang berada di Negara Papua New Guinea. Orang tobati termasuk dalam rumpun suku melanesia, berkulit hitam dan berambut keriting, tinggi badan pria berkisar 165 - 175 cm. Orang-orang tobati yang tinggal di kawasan tersebut bermata pencaharian sebagai nelayan. 4.7.6. Struktur sosial Penduduk kampung tobati dan Injros terdiri dari beberapa keret yang mengikuti garis keturunan ayah Patrilineal. Menurut struktur adat, pimpinan masyarakat kedua kampung ondoafi besar adalah dari keret hamadi, namun dalam masing-masing keret terdapat pimpinan keret yang disebut kepala suku. Selain kepala suku besar atau ondoafi besar, dalam kedua kampung ini masing- masing terdapat keret utama. Keret utama di kampung tobati adalah hamadi dan ireuw. Keret lain yang dianggap golongan bawah antara lain haai, dawir, asor, hababuk, injama, afaar, mano, dan itar. Sedangkan di kampung injros dua keret utama adalah sanyi dan drunyi. Sebagai lapisan bawah terdapat sembilan keret, yakni meraujwe, semra, hanasbei, iwo, haai, samai, hamadi, hababuk dan itar. 95 Terdapat pembagian peran antara keret utama maupun keret bawah menurut kedudukannya. Keret hamadi sebagai Ondoafi Besar berperan mengawasi, mengatur dan memutuskan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan bersama masyarakat kedua kampung. Keret Itar adalah kepala suku bagian perburuan babi maksudnya dialah yang berhak mengatur perburuan babi hutan, atau membeli babi peliharaan kerabatnya untuk keperluan suatu pesta adat. Drunyi adalah kepala suku Taring, yakni berhak meyimpan dan mengatur alat-alat penangkapan tradisional yang dibutuhkan untuk menangkap ikan. 4.7.7 Pola-pola pengalihan hak atas penguasaan lahan Teluk Youtefa yang letaknya relative berdekatan dengan Kota Jayapura mempunyai beberapa permasalahan dan harus mendapat perhatian khusus dalam hal pengelolaan serta pengamanan kawasan tersebut demi kepentingan konservasi. Salah satu permasalahan yang terjadi dalam Teluk Youtefa adalah pemanfaatan lahanjual beli lahan. Selain keperluan lahan untuk berkebun dan pemukiman, banyak juga permintaan pemilikan tanah oleh kelompok masyarakat, sehingga pihak masyarakat pemilik tanah menjualnya pada pihak ketiga. Hal ini terjadi seiring dengan dibukanya ruas jalan entrop kelapa dua sehingga memberi peluang kepada masyarakat untuk berusaha memiliki tanah di sepanjang jalan tersebut. 4.7.8. Pola konsumsi Masyarakat Teluk Youtefa sebagai masyarakat nelayan lebih banyak mengkonsumsi ikan sebagai lauk utama. Setelah akses ke pasar cukup lancar, proporsi konsumsi semakin berkurang karena sebagian besar dari tangkapan dijual ke pasar. Selain itu, makanan pokok masyarakat juga mengalami banyak perubahan dari sagu ke nasi. Jika di masa lalu masih ada interaksi sosial yang baik antara sesama keluarga untuk menokok sagu, sekarang fungsi sosial seperti itu semakin jarang terjadi. Masyarakat youtefa sudah mengenal berbagai kebutuhan dapur seperti layaknya orang di kota. Mereka membeli semua keperluan dapur dengan uang hasil menjual hasil buruan, ternak atau ikan. Budaya saling berbagi hasil tangkapan yang berlebih juga masih ditemukan di kampung youtefa. 4.7.9. Produksi perikanan, pengolahan dan pemasaran 96 4.7.9.1. Tingkat produksi berdasarkan alat tangkap Setiap alat tangkap memiliki produktifitas yang berbeda dimana kelompok alat tangkap jaring pukat pantai, jaring angkat mempunyai produktivitas yang tinggi. Alat tangkap pancing dan alat tangkap lain memiliki produktifitas sedang, kemudian penangkapan hasil laut tanpa alat atau memungut memiliki produktivitas yang rendah. Produktivitas alat tangkap ini juga dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan atau biota laut lainnya. Hasil tangkapan nelayan pada musim ikan normal dengan alat tangkap jaring dapat mencapai 20 – 30 ekor atau 3 – 4,5 kgtrip. Puncak musim ikan hasil tangkapan dapat berkisar dari 1,5 – 2 termos 1 termos dapat berisi 200 ekor ikan ukuran sedang atau sekitar 45 - 60 kg untuk ikan kembung, belanak dan ikan layur. Hasil tangkapan cumi-cumi, biasanya berkisar dari 50-60 ekortrip 10-20 kgtrip pada musim terang dan 10 ekortrip 1,6-2 kgtrip pada musim gelap. Pukat pantai masyarakat menyebutnya jaring dampar dalam semalam dapat menghasilkan 60 keranjang ikan hasil tangkapan. Bagan perahu ataupun bagan rakit dengan bantuan lampu petromaks atau lampu neon dapat menangkap ikan 5- 50 coolbox atau 25 – 250 kgtrip. Satu coolbox dapat mencapai 100 – 200 ekor ikan ukuran kecil atau bila masyarakat menjualnya bernilai Rp 300.000,-cool box. Alat tangkap pancing berupa pancing tenda maupun pancing dasar serta alat tangkap lain kelawai, tombak dan lain-lain biasanya memiliki hasil tangkapan yang tidak terlalu banyak. Pada keadaan normal hasil tangkapan alat pancing tidak sebanyak hasil tangkapan alat tangkap jaring meskipun alat tangkap pancing telah dimodifikasi dengan memberi kail yang banyak. 4.7.9.2. Tingkat produksi per komoditi Hasil tangkapan setiap jenis komoditas bervariasi antar kampung. Hasil tangkapan tersebut merupakan rata-rata hasil tangkapan nelayan per orang atau per kepala keluarga dengan variasi alat tangkap. Rata-rata waktu operasi penangkapan 4 hari dalam seminggu atau 16 hari dalam sebulan. Hasil tangkapan 97 tertinggi berasal dari komoditas ikan, disusul kerang-kerangan, cumi-cumi dan teripang seperti disajikan pada Tabel 15 Tabel 15. Tingkat produksi per komoditi per kampung Nama Kampung Jenis, produksi kgbln, dan rata-rata Cumi- cumi Rata- rata Ikan segar Rata- rata Kerang Rata- rata Teripang Rata- rata Abepantai --- 50-100 75 --- -- 9-10 9,5 Tobati 20-100 60 504 35-400 217,5 8-9 8,5 Enggros 24-120 82 50-100 75 48-480 204 16-18 264 Nafri --- --- 45 45 --- --- 4-6 5 Sumber : Kota Jayapura dalam angka 2010 Keterangan: Ikan campuran; termasuk cangkang kerang Tabel 15 di atas memperlihatkan bahwa tangkapan ikan segar bervariasi antar kampung. Hasil tangkapan ikan tertinggi dihasilkan oleh nelayan kampung enggros dan abe pantai, sedangkan hasil tangkapan ikan terendah berasal dari nelayan kampung tobati dan nafri. Nelayan tobati, enggros dan abe pantai dapat menangkap ikan dalam kisaran 3 – 60 kgtrip dalam musim biasa dan musim puncak ikan, sedangkan nelayan di kampung nafri hasil tangkapannya di bawah produksi tersebut Hasil tangkapan cumi-cumi terbanyak di kawasan teluk dihasilkan oleh nelayan di kampung tobati dan enggros. Nelayan kampung enggros pada musim bulan terang dapat menangkap 50 – 60 ekortrip atau 10 kgtrip dan saat musim gelap hanya dapat menangkap cumi sebanyak 10 ekortrip atau 2 kgtrip diperkirakan setiap ekor cumi memiliki berat 200 gr. Hasil tangkapan teripang bervariasi dari 5 kgbulan di kampung nafri sampai tertinggi 17 kgbulan di kampung enggros. Nelayan bila beruntung dapat menangkap sampai 5 ember berukuran sekitar 30 liter dan sebaliknya hanya dapat 1 sampai 2 ember. Hasil tangkapan kerang terbanyak berasal dari kampung enggros disusul nelayan kampung tobati dengan produksi masing-masing 217,5 kgbulan dan 264 kgbulan. Perbedaan hasil tangkapan terutama disebabkan oleh penggunaan jenis alat tangkap dan orientasi penangkapan nelayan setiap kampung. Hasil tangkapan didominasi oleh komoditas ikan karena orientasi penangkapan lebih ditujukan pada berbagai jenis ikan. Hal ini didukung oleh banyaknya alat tangkap jaring dan 98 armada penangkapan yang dominan digunakan untuk menangkap ikan. Sementara komoditas lain merupakan prioritas berikutnya. Perbedaan hasil tangkapan juga disebabkan oleh perbedaan kondisi kampung. Kampung enggros mengungguli semua kampung dalam produksi semua jenis komoditas karena letak kampungnya berada di tengah-tengah perairan Teluk Youtefa. Selain itu warga kampung enggros memiliki sedikit pilihan dalam menentukan jenis pekerjaan tambahan lain sehingga pada umumnya masyarakat di kampung ini lebih fokus pada pekerjaan sebagai nelayan. Sebaliknya nelayan di kampung nafri, ada banyak pilihan pekerjaan yang mempengaruhi motivasi melaut mereka. 4.7.9.3. Pengolahan Usaha pengolahan ikan di kawasan Teluk Youtefa dilakukan secara sederhana dan skala kecil. Jenis pengolahan yang dilakukan umumnya dalam bentuk pengeringan dan pengasapan. Jenis hasil perikanan yang pengolahannya dilakukan melalui pengeringan umumnya adalah teripang yakni dengan cara menjemur di bawah terik matahari. Pengolahan dengan cara pengasapan dilakukan terhadap komoditi kerang bia. 4.7.9.4. Pemasaran Pemasaran hasil perikanan yang dilakukan oleh pelaku perikanan dilakukan di kawasan Teluk Youtefa. Hasil tangkapan dari kampung tobati, enggros, dan pantai abe dipasarkan di pasar hamadi dan pasar youtefa. Hasil tangkapan dari nafri dipasarkan di pasar youtefa. Harga jual kerang olahan Rp 3.000tusuk 1 tusuk berisi 15 kerang. Kerang segar berharga Rp 5.000- 7.500kg, cumi-cumi segar Rp 30.000 per tumpuk satu tumpuk 5 ekor cumi-cumi berukuran sedang atau Rp 5.000-10.000ekor cumi ukuran besar. Harga jual ikan samandar satu tumpuk 5 ekor ukuran besar Rp 10.000 sedangkan 5 ekor ikan berukuran sedang berharga Rp 7.000tumpuk. Harga Ikan belanak ukuran besar seukuran telapak tangan adalah sekitar Rp 15.000ekor. 99

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi eksisting perairan Teluk Youtefa

Evaluasi terhadap kondisi eksisting di perairan laut Teluk Youtefa dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis parameter fisik dan kimia air dari sampel air laut yang diambil dengan kriteria mutu kualitas air yang berlaku yaitu mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut, maka berdasarkan keputusan tersebut dalam penelitian ini sebagai pembanding digunakan kriteria mutu air untuk biota laut. Nilai yang dipergunakan merupakan hasil tabulasi dari nilai rata-rata pada kondisi pasang dan surut. Baku mutu acuan yang digunakan mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. Data lengkap nilai rata-rata kualitas air perairan Teluk Youtefa pada saat pasang P dan surut S dapat dilihat pada gambar 26 – 33 dan lampiran 1. 5.1.1. Suhu air Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh penutupan awan, suhu udara, sirkulasi udara, dan kedalaman air. Suhu air memiliki efek langsung dan tidak langsung dihampir semua aspek ekologi perairan serta mempunyai kaitan erat dengan kualitas perairan. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air Haslam, 1995 diacu dalam Effendy, 2003. Suhu perairan yang tinggi akan meningkatkan kelarutan senyawa senyawa kimia dan mempengaruhi dampak polutan pada kehidupan akuatik. Suhu perairan juga dapat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi reaksi kimia yang berlangsung dalam air, tutupan vegetasi dan kekeruhan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai suhu perairan Teluk Youtefa pada saat pasang berkisar antara 25,4 – 28 C. Nilai suhu tertinggi ditemukan di stasiun 5 dan 6, nilai terendah di stasiun 3. Pada saat surut nilai suhu hampir sama disemua lokasi sampling yaitu 32 C gambar 26. Hal tersebut terjadi diduga pada saat sampling kondisi cuaca sangat cerah antara pukul 12.00-14.00. Nilai rata-rata suhu pada saat pasang dan surut berkisar antara 28,5 C -30 C, dengan nilai rata-rata keseluruhan 26,18 C lampiran 1. Hasil pengukuran suhu ini sesuai dengan hasil 100 penelitian kerjasama antara Universitas Negeri Papua dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua 2006 bahwa rentang suhu perairan Teluk Youtefa 29 C – 32, 8 C atau rata-rata 31,21 C dengan 10 titik pengamatan Hal ini sesuai dengan pendapat Romimohtarto dan Juwana 2011 yang menyatakan bahwa suhu air laut bisa mencapai suhu 33 C. Perbedaan suhu pada setiap stasiun pengamatan dipengaruhi oleh suhu udara, tutupan vegetasi, intensitas cahaya matahari, dan cuaca pada saat pengukuran. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa memenuhi kriteria mutu air KMA yang dapat digunakan untuk perikanan laut. 5.1.2. Total padatan tersuspensi TSS Padatan tersuspensi total total suspended solid atau TSS adalah bahan bahan tersuspensi diameter 1µm. TSS terdiri atas lumpur, bahan organik dan anorganik, pasir halus serta jasad jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai total padatan tersuspensi air di perairan Teluk Youtefa pada saat pasang berkisar antara 45 – 236 mgl gambar 27 dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 142,11 mgl. Nilai TSS tertinggi ditemukan di stasiun pantai abe 236 mgl dan nilai terendah di stasiun 2 entrop 45 mgl. Kemudian nilai padatan tersuspensi pada saat surut berkisar antara 133-348 dengan nilai rata-rata keseluruhaan adalah 241,56 mgl. Nilai tertinggi ditemukan di stasiun 4 pantai abe, nilai terendah ditemukan di stasiun 2 entrop. Nilai TSS pada saat Lokasi pengamatan C Gambar 26 Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter suhu pasang surut 101 pasang dan surut berkisar antara 45 mgl-348 mgl dengan rata-rata 191,72 mgl. Nilai tersebut telah melampaui baku mutu air laut untuk biota laut. Hal ini berarti dapat menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton, sehingga bisa menyebabkan produksi primer perairan menurun. Menurut Whardhana. 2001 bahwa air yang mengandung bahan buangan disertai dengan warna gelap, akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Kemudian menurut Adedokun et al. 2008 diacu dalam Suwari. 2010, bahwa padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota diperairan dan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Abel 1989 mengemukakan bahwa peningkatan kekeruhan perairan akan mengurangi atau mencegah potosintesis maupun produktifitas tanaman. Banyaknya kadar TSS di Teluk Youtefa disebabkan banyaknya partikel-partikel tersuspensi yang terdiri dari pasir, lumpur, pasir halus maupun jasad renik terutama akibat adanya kikisan tanah atau akibat erosi yang terbawa ke badan air melalui beberapa sungai yang bermuara ke Teluk Youtefa. Hal ini sesusi dengan pendapat Effendi 2003 bahwa TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus. Hal yang sama juga dikemukakan Saeni 1989 bahwa tingginya kadar padatan tersuspensi disebabkan buangan industri yang belum mengalami pengolahan. Untuk mengurangi kadar TSS diperairan dapat dilakukan dengan memanfaatkan biomassa yang ada. Seperti yang dilakukan Cossellu M, 2010, bahwa pemanfaatan serat alga dapat mengurangi sedimen dan bahan organik di beberapa teluk. Hasil pengukuran TSS perairan Teluk Youtefa ditunjukkan pada gambar 27 Gambar 27 Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter TSS pasang surut mgl Lokasi pengamatan BM = 20 102 5.1.3. Derajat keasaman pH Derajat keasaman pH merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah. Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kekuatan asam dan basa dalam air. Besarnya pH mempengaruhi kelarutan dan bentuk senyawa kimia dalam badan air serta pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Perubahan pH dalam air akan mempengaruhi perubahan dan aktivitas biologis. Menurut Adeyemo et al 2008 diacu dalam Suwari, 2010, bahwa pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung dengan baik pada kisaran pH 6,5-8,2. Kategori pH dikatakan buruk jika hasil uji laboratorium mendekati nilai ≤ 6 bersifat asam atau mendekati nilai ≥ 9 bersifat basa Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH air pada saat pasang di perairan Teluk Youtefa berfluktuasi disetiap stasiun. Nilai terendah 7,2 di stasiun 4 dan 7 abe pantai dan pantai abe, nilai tertinggi 7,5 di stasiun 2,3,8,9, dan nilai pH rata-rata adalah 7,4. Kemudian nilai pH pada saat surut berkisar antara 7,1-7,6. Nilai tertinggi di stasiun 3 entrop adalah 7,6, nilai terendah di stasiun 4 pantai abe adalah 7,2. Nilai tersebut masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 7 – 8,5. Nilai pH perairan Teluk Youtefa pada sembilan stasiun pada saat pasang dan surut berkisar antara 7,1 – 7,6 gambar 28. Nilai rata-rata pada saat pasang dan surut adalah 7,4. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Teluk Youtefa masih berada dalam kisaran yang dapat ditolerir untuk organisme akuatik. 103 Fluktuasi nilai pH dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain akibat limbah organik yang dapat membebaskan karbon dioksida jika mengalami proses penguraian. Kemudian juga dapat disebabkan pengaruh masukan pencemar yang bersifat fluktuatif. 5.1.4. Kandungan oksigen terlarut DO Oksigen terlarut merupakan parameter penting yang dibutuhkan oleh semua organisme, seperti ikan. Penurunan oksigen dalam perairan akan sangat berbahaya bagi kehidupan organisme akuatik. Kebanyakan ikan pada beberapa perairan tercemar mati bukan karena daya racun bahan buangan secara langsung, akan tetapi karena kekurangan oksigen dalam perairan akibat digunakan untuk proses degradasi bahan organik oleh mikroorganisme. Connel dan Miller. 1995 diacu dalam Selanno 2009, mengemukakan bahwa sebagian besar dari zat pencemar yang menyebabkan oksigen terlarut berkurang adalah limbah organik. Lee et al. 1978 mengemukakan bahwa kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Gambar 28 Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter pH pasang surut Lokasi pengamatan BM = 7,5- 8,5 104 Hasil penelitian menunjukkan bahwa oksigen terlarut pada sembilan stasiun di perairan Teluk Youtefa pada saat pasang berkisar antara 2,60 mgl – 6,00 mgl gambar 29 dengan nilai rata-rata 5,17 mgl atau sesuai dengan baku mutu. Nilai kandungan oksigen terlarut di perairan Teluk Youtefa pada sembilan stasiun lebih tinggi di stasiun delapan 5,80 mgl, sedangkan nilai terendah terdapat di stasiun empat 2,60 mgl. Nilai rata-rata pada saat pasang dan surut adalah 4,89 mgl lampiran 1. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian UNIPA 2006 yaitu 2,20 mgl pada stasiun yang sama stasiun 4. Kemudian nilai DO pada saat surut berkisar antara 1,67 mgl - 5,75 mgl dengan rata-rata 4,61 mgl. Nilai tertinggi terdapat di stasiun 7 5,75 mgl, nilai terendah terdapat di stasiun 4 1,67 mgl. Rendahnya nilai oksigen terlarut diduga akibat pengaruh limbah effluent organik yang berasal dari limbah domestik yang masuk ke dalam perairan teluk melalui dua sungai sungai acai dan sungai siborghoni yang secara geografis sangat berdekatan muaranya ± 50 m. Hal ini sesuai dengan pendapat Saeni 1989 bahwa oksigen terlarut berkurang akibat digunakan dalam penghancuran bahan organik. Kemudian penurunan kadar oksigen terlarut dapat terjadi karena adanya penambahan beban pencemaran organik dalam jumlah besar, yang disebabkan oleh buangan limbah cair yang melebihi kemampuan self purification teluk dan adanya bahan kimia yang dapat teroksidasi oleh oksigen. Kandungan oksigen terlarut yang rendah menunjukkan bahwa kondisi sungai secara umum telah tercemar oleh bahan organik. Limbah domestik, pertanian, sampah yang dibuang ke sungai dan menuju Gambar 29. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter DO Pasang surut Lokasi pengamatan mgl BM5 105 teluk menjadi penyebab utama tingginya tingkat pencemaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Emily et al 2010 bahwa kadar oksigen terlarut 2, 0 mgl di Teluk Greenwich Rhode Island USA sangat rendah akibat limbah, pellet dan peningkatan sedimen. Kemudian menurut Lee et al, 1978 bahwa tingkat pencemaran perairan akibat bahan buangan organik dapat dievaluasi berdasarkan konsentrasi oksigen terlarut dan BOD 5 . Sedangkan menurut Clark 2003 bahwa konsentrasi bahan organik yang tinggi di perairan akan menyebabkan tingginya pemakaian oksigen terlarut diperairan menurun 5.1.5. Kandungan oksigen biokimia BOD BOD merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu 20 C selama lima hari dalam keadaan tanpa cahaya. BOD digunakan sebagai cara untuk mengindikasikan pencemaran organik di perairan. Semakin banyak bahan organik yang terdapat dalam perairan, maka semakin besar nilai oksigen yang dibutuhkan, sehingga nilai BOD semakin besar yang mengindikasikan tingginya tingkat pencemaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai BOD pada saat pasang berkisar antara 7,92 mgl - 21,0 mgl gambar 30 dengan nilai rata-rata keseluruhan 9,7 mgl. Nilai tertinggi terdapat di stasiun 4 21,0 mgl, nilai terendah terdapat di stasiun 7 Gambar 30. Kualitas air Teluk Youtefa berdasarkan parameter BOD pasang surut Lokasi pengamatan mgl BM 20